◻️ 14. Semuanya Kecewa

3.9K 416 30
                                    

-Assalamualaikum wr.wb
'Selamat membaca readers'

--

'Drrt' Disaat sedang meeting seperti ini suara telepon yang terletak disebelah kiri tangan nya terus berdering. Padahal sudah beberapa kali Setya mematikan panggilan tersebut, tapi tetap saja telepon terus berbunyi sampai sekarang dan itu sangat mengganggu acara meeting penting ini.

"Permisi, saya mau mengangkat telepon," ucap Setya kepada semua reka bisnisnya.

Setelahnya Setya berjalan keluar ruangan untuk mengangkat panggilan masuk itu. Ternyata yang menelepon adalah Felly anak pertamanya.

Setya mengangkat teleponnya, "Ada apa? Ayah lagi meeting."

Seuara Felly diseberang terdengar, "Ayah, Aldo sakit."

"Astaga! Jadi kamu nelepon Ayah cuma buat ngasih tahu aja kalau Faldo sakit?" ucapnya degan nada kesal.

"Aldo dibawa kerumah sakit yah, Ayah kesini sekarang." suara Felly terdengar seperti memerintah.

Raut muka Setya langsung berubah, Ia mengusap wajahnya kasar. "Ayah gak bisa, lagi ada meeting penting. Lagian udah banyak kan yang ngerawat dia."

"Tapi yah, Aldo butuh Ay-" belum sempat Felly menyelesaikan penbicaraan nya, tapi telepin sudag dimatikan secara sepihak oleh Setya.

Setelah menutup telepon, Setya kembali masuk kedalam ruangan dan memulai kembali meeting yang katanya penting itu. Benar kata Aldo, Ayahnya itu sangat berubah banyak, bahkan saat Aldo sakit pun Setya tak perduli dan malah mementingkan meeting nya itu.

--

Meskipun jalanan tadi macet, tapi Aldi berhasil membawa Aldo kerumah sakit. Begitu sampai Aldi langsung menggendong Aldo dan membawanya masuk kedalam rumah sakit untuk segera ditangani. Bunda, Felly dan Aldi masih menunggu diluar saat sejak tadi Aldo ditangani oleh dokter.

Wajah Felly terlihat memerah, ia sedang menahan kesal karena Ayahnya. Memang tadi Felly disuruh Bunda untuk mengabari Setya bahwa Aldo sakit, dan memintanya untuk datang kesini. Namun respon yang ditunjukan Setya berbanding terbalik dengan ekspetasi Felly, bahwa sang Ayah akan sangat khawatir dan akan segera kesini, namun malah sebaliknya. Oleh sebab itu wajah Felly masih nampak terlihat kesal.

Aldi dan Bunda pun tak kalah kesal, bahkan Aldi sempat memaki sang Ayah dengan kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan oleh anak kepada Ayahnya. Tapi mau bagaimana lagi Ayahnya memang pantas untuk mendapatkan umpatan kasar itu, saat anaknya sakit harusnya Setya langsung bergegas datang kemari dan meninggalkan rapat yang dikatanya penting itu. Jika Setya memang sayang kepada Anak-anaknya.

"Urusin aja perusahaan nya." Bunda yang sejak tadi diam akhirnya berbicara, meskipun hanya meluapkan kekesalannya pada sang suami.

Tak lama setelah itu dokter keluar dari ruangan. Sontak saja Bunda, Aldi, dan Felly langsung menghampiri dokter itu.

"Aldo gimana dok?" tanya Bunda.

"Ibu tenang saja, Aldo tidak apa-apa. Dia hanya demam dan itu menyebabkannya mimisan, itu adalah hal wajar jika demam nya sangat tinggi dan juga perutnya yang kosong membuat tubuhnya menjadi lemas. Namun Aldo harus dirawat beberapa hari disini." jelas dokter lelaki itu pada Bunda.

Semuanya mengucap syukur karena Aldo tak kenapa-napa. "Boleh saya lihat anak saya dok?" tanya Bunda pada Dokter itu dan dokter itu mengangguk sebagai jawaban untuk memperbolehkan.

Begitu masuk Bunda, Felly, dan Aldi langsung disuguhkan dengan Aldo yang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit dengan jarum infus yang menancap ditangannya, serta canula nassal yang bertengger dihidung bangirnya karena nafas Aldo yang tidak teratur. Wajahnya pucat pasi, bibirnya kering tak berwarna. Entah apalagi yang harus menggambarkan keadaan Aldo saat ini, yang jelas saat ini Aldo terlihat sangat lemah.

Bunda mengampiri putranya itu, ia mengusap lembut rambut hitam Aldo dengan penuh sayang. Bunda tak pernah menyangka Aldo akan sakit seperti ini demi ingin bersama Ayahnya.

"Kamu udah telepon Ayah kan?" tanya Bunda pada Felly yang berdiri tak jauh dadi ranjang tempat Aldo berbaring.

"Iya, udah Bun," jawabnya singkat.

"Kamu udah suruh Ayah buat cepet kesini kan?"

"Udah kok, bun. Ta-tapi Ayah lebih mentingin meetingnya itu dari pada Aldo," jawab Felly dengan kepala menunduk.

Bagaimana mungkin seorang Ayah akan memilih pekerjaan nya dibandingkan dengan keadaan Anaknya. Bahkan anaknya sakitpun sebabnya karena dirinya. Aldi yang tidak tahan dengan keadaan seperti itu memilih untuk pergi-ketempat ayahnya berada.

Aldi akan memaki sang Ayah karena sudah lebih memilih pekerjaan dibandingkan Aldo-anak bungsunya.

Sementara di dalam ruangan. Aldo masih nampak tertidur karena pengaruh obat yang diberikan dokter, namun tetap saja tidurnya tak setenang seperti saat orang sedang tidur. Aldo terlihat gelisah dalam tidurnya, tubuhnya bermandikan keringat dingin. Namun Bunda dan Felly tak menyadari semua itu.

"Kak, Bunda mau bayar administrasi dulu. Kamu jagain Adek," ucap Bunda lalu bergegas keluar untuk membayar administrasi rumah sakit.

Setelah kepergian sang Bunda, Felly kembali memperhatikan Aldo yang nampak tak tenang.

"Dek," Felly berusaha membangunkan Aldo, namun Aldo tetap tak mau bangun. Ia sangat gelisah.

"Eunghh." suara lenguhan terdengar bersamaan dengan mata Aldo yang mulai terbuka. Felly yang melihat itu terkesiap melihat Aldo dengan lekat.

"Kamu nggak-papa?" tanya Felly penuh khawatir. Aldo menggelengkan kepala sebagai jawaban

"A-ayah." suaranya begitu terdengar sangat lirih, bahkan nyaris tak terdengar.

"Kamu jangan mikirin Ayah dulu kenapa sih!!" suara Felly meninggi bertandakan bahwa ia sangat kesal dengan sang Adik karena menanyakan sang Ayah yang sama sekali tak perduli padanya.

Raut muka Aldo seketika berubah. Wajahnya pucat, bahkan keringat dingin mengucur didahi nya. Ia terlihat sangat ketakutan saat Felly membentaknya.

"Kakak minta maaf," ucapnya dengan tangan yang hendak menyentuh kepala Aldo, namun Aldo segera menepisnya.

"Aldo mau sendiri." mendengar Aldo berucap Felly terlihat kebingungan.

"Nggak, dek. Maafin kakak." Felly menggeleng berusaha tetap disini. Felly mendekat berniat memeluk tubuh Aldo yang bergetar ketakutan.

"Arrgh." Aldo mengerang ketika kepala terasa sangat sakit, Felly yang melihat itu begitu khawatir.

Seseorang membuka pintu, dan menampilkan sosok Bunda berdiri diambang pintu. Bunda yang melihat anaknya kesakitan dengan cepat menghampiri Aldo.

"Sayang, kamu kenapa nak?" tanya Bunda yang jelas tak akan mendapat jawaban dari Aldo yang tengah kesakitan seperti itu.

"Pusing.." ucap Aldo lirih.

"Bunda, maafin Felly. Aldo kayak gitu gara-gara tadi Felly bentak." Felly sangat merasa bersalah, seharusnya Felly tak membentak Aldo sehingga Aldo tak akan kesakitan seperti sekarang.

Bunda mengangguk, ia tak menyalahkan Felly karena Bunda tahu pasti Felly punya alasan mengapa ia membentak Adiknya.

"Sekarang Aldo tidur ya, sayang." Aldo menggangguk, lalu kembali berbaring dengan bantuan sang Bunda.

Tak lama mata Aldo sudah tertutup kembali, "Cepat sembuh, sayang," ucapnya seraya mencium kening anak bungsunya.

--

Hallo! maaf ya part ini apa banget:") berharap aja kalian suka:)
Oh ya, Fana belum muncul. Tapi next part insyaallah Fana ada kok😂mohon maaf typo bertebaran, hehe.

*Selamat Berpuasa*

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang