◻️ 25. Tak Pernah Tahu

2.5K 328 21
                                    

"Assalamualaikum wr.wb'
-Selamat Membaca-

——

Aldo terlihat tak berkonsentrasi dalam belajar, keringat terus bercucuran di dahinya. Tangan kanan nya ia gunakan untuk menopang kepalanya, dan tangan kiri tertahan di perut. Sepertinya efek dari bakso pedas yang tadi ia makan mulai bereaksi. Sedangkan Fana masih fokus dengan mencatat, bahkan ia tak menyadari bahwa teman sebangkunya itu terlihat gelisah.

"Bu, saya izin ke toilet." Aldo mengangkat tangannya dan berujar, ia sudah tidak kuat lagi.

"Silahkan, jangan lama-lama." setelah sang guru mengizinkan nya, Aldo segera bangkit dari duduknya dan bergegas berjalan keluar dari kelas menuju toilet.

Saat Aldo berujar bahwa dia ingin ke toilet, Fana hanya melirik saja lalu kembali melanjutkan acara mencatatnya. Fana benar-benar tak menyadari keadaan Aldo.

Tiga puluh menit kemudian, namun Aldo belum juga kembali dari toilet. Fana sempat berpikir bahwa tadi sahabatnya itu hanya beralasan ingin ke toilet namun ada maksud tersembunyi, yaitu membolos.

Sementara di toilet. Aldo terus saja keluar-masuk toilet, hingga badannya menjadi lemas. Aldo tak menyangka jika efek dari memakan bakso pedas tadi akan separah ini. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik dia tak memakan nya. Biarkan saja dia malu pada Tirga, dari pada efeknya akan seburuk ini.

Merasa sudah tidak sakit perut lagi, Aldo bergegas menuju kelasnya. Meskipun kini tubuh nya terasa sangat lemas dan juga wajahnya yang pucat, tak lupa bahkan tubuh nya kini sudah banjir keringat. Langkahnya pun terseok-seok menuju kelas.

Saat sampai di ambang pintu kelasnya. Ternyata pelajaran tadi belum selesai, pasti ia akan di marahi oleh gurunya karena terlalu lama. Namun itu pun bukan keinginan nya untuk berlama-lama di toilet.

"Permisi, bu." Aldo memasuki kelas dengan wajah yang lesu dan pucat.

"Dari mana aja, kamu. Ke toilet sampai selama ini?" benar saja dugaan nya. Gurunya pasti marah.

"Emh ... Maaf bu," ucapnya seraya menundukan kepalanya.

"Kamu pasti berbohong dengan beralasan mau ketoilet, tapi kamu pasti malah merokok disana. Iya kan, jawab yang jujur Faldo." semua murid yang berada di kelas itu merasa tegang.

Aldo sontak langsung mengangkat kepalanya yang semua tertunduk itu. Gurunya benar-benar berpikir terlalu jauh, ia tidak merokok.

"Saya tidak merokok, bu." merasa dituduh, Aldo menyergah tuduhan dari gurunya itu.

"Alasan. Kamu pasti benar-benar merokok kan? Tolong jawab yang jujur Refaldo," cercahnya pada Aldo.

Aldo hanya berdecak kesal, saat ini ia benar-benar ingin duduk di tempatnya. Badan nya sudah lemas dan lagi kepalanya terasa pening. Tapi kenapa guru di hadapan nya ini tak mengerti.

"Saya sudah berkata jujur, bahwa saya tidak merokok. Lagi pula jika saya habis merokok, badan saya akan berbau asap rokok. Tapi ini tidak kan bu?" Aldo menghentikan ucapannya sesaat.

"Ibu seorang guru. Seharusnya ibu jangan asal menuduh tanpa bukti," ujarnya pada sang guru. Sementara guru di hadapan nya ini terlihat sangat kesal karena ucapan dari muridnya itu.

"Beraninya kamu berkata seperti itu pada guru kamu!"

"Saya tidak salah, mangkanya saya berani berucap seperti itu." setelah mengucapkan itu, Aldo hendak menuju tempat duduknya. Namun tak di sangka gurunya menahannya.

"Sini kamu!" Aldo menghampiri gurunya itu.

'Plak' tak disangka, gurunya akan berani menampar murid yang tidak bersalah. Semua murid di kelas Aldo termasuk Fana semuanya kaget atas apa yang di lakukan gurunya itu.

Sesaat setelah ditampar, Aldo merasa kepalanya sangat pening dan juga matanya kini mulai berkunang-kunang. Aldo tetap memaksakan untuk sampai di tempatnya. Baru saja satu langkah tubuhnya sudah limbung bersamaan dengan semua murid di kelasnya memekik kaget.

Semua murid di kelasnya terdiam karena keget dengan limbungnya tubuh Aldo. Namun ada satu orang yang maju. Yaitu Fana, ia menghampiri tubuh Aldo yang tergeletak di lantai dingin itu. Fana merasa kasihan saat melihat keadaan sahabatnya itu, wajahnya yang pucat dan juga keringat yang membanjiri tubuhnya.

"Faldo! Faldo, bangun." Fana menggucang pelan tubuh Aldo yang tak sadarkan diri itu.

"Bu! Apa ibu nggak mau menolong Faldo?" Fana sangat panik hingga berani berujar seperti itu.

"Cepat bantu bawa Faldo ke uks." Bukan nya dari tadi, ia berujar seperti itu.

Anak laki-laki yang berada di kelas akhirnya membantu membawa tubuh Aldo menuju Uks, Fana mengekorunya dari belakang. Sementara sang Ibu guru, hanya diam. Sepertinya dia merasa bersalah sampai membuat anak muridnya pingsan setelah di tampar oleh dirinya.

Setelah sampai di Uks, Aldo segera di tangani oleh dokter Yonzi yang memang jadwalnya bertugas. Murid yang membantu membawa Aldo ke Uks sudah kembali ke kelas, namun Fana tetap ingin menunggu Aldo yang sedang di periksa oleh dokter Yonzi.

Sebelum dokter Yonzi memasangkan infus di tangan Aldo, ia menyuntikan sesuatu. Matanya masih terpejam, namun keringat dingin masih bercucuran di keningnya. Pipi sebelah kanannya masih terlihat memerah akibat di tampar oleh gurunya itu. Fana hanya memandangi wajah pucat Aldo yang tengah di tangani oleh dokter.

"Dok, Faldo baik-baik aja 'kan?" tanya Fana pada dokter Yonzi saat sudah selesai memeriksa keadaan Aldo.

"Faldo, baik-baik saja. Dia kekurangan cairan, dan juga lambungnya bermasalah karena terlalu memaksakan untuk memakan makanan yang pedas. Lambungnya tidak bisa menerima makanan yang terlalu pedas, ya jadinya seperti ini." Dokter Yonzi menjelaskan nya pada Fana yang terlihat cemas.

"Udah kamu tenang aja, Faldo baik-baik aja kok. Kamu jangan khawatir," ujar dokter Yonzi saat melihat raut wajah Fana yang masih terlihat gusar.

"Kamu tolong jaga Faldo dulu, ya. Dokter mau memberi kabar ini pada kedua orang tua Faldo," ucap dokter Yonzi, lalu pergi masuk kedalam ruangan khusus disana.

Fana mengusap kening Aldo yang bercucuran keringat. Ia menjadi merasa bersalah karena sudah membiarkan Aldo memakan bakso yang pedas tadi. Fana tidak tahu jika Aldo tak bisa memakan makanan yang pedas. Ia mengerti saat jam pelajaran tadi, Aldo yang meminta izin ke toilet pasti perutnya sakit hingga lama di toilet.

Fana merutuki kebodohan nya. Kenapa ia sampai tidak tahu, padahal ia sudah lama bersahabat dengan Aldo. Saat tengah memerhatikan wajah Aldo, Fana dibuat kaget saat Aldo meringis dengan mata yang masih terpejam.

"Shh." beruntung saja, ringisan itu hanya sesaat karena setelah itu Aldo kembali tertidur.

Sementara di dalam ruangan khusus Dokter yang memang berada di dalam UKS, dokter Yonzi sedang mencoba menelpon Ibu dari Aldo. Sesaat beberapa detik, telepon itu pun tersambung.

'Hallo. Maaf ini dengan Ibu dari Refaldo Setya Dinaro?' tanya dokter Yonzi.

'Iya benar, ada apa dengan anak saya?' suara di seberang sana terdengar sangat panik.

'Jadi begini bu, saya ingin memberitahukan bahwa anak ibu saat jam pelajaran berlangsung tiba-tiba pingsan dan sekarang masih Uks, saya tidak tahu menahu apa yang terjadi dengan anak ibu, yang jelas anak ibu pingsan karena kekurangan cairan dan sepertinya anak ibu memakan makanan yang pedas hingga membuat lambungnya bereaksi.'

'Apa! Kenapa bisa anak saya memakan makanan pedas padahal anak saya tahu kalau dia tidak bisa memakan makanan yang pedas. Baik saya akan segera kesana sekarang.'

'Mengenai hal itu, saya tidak tahu menahu bu. Baik bu.' setelahnya panggilan itu terputus.

Semuanya tak tahu jika sebelum Aldo  pingsan tadi, sempat ada pertengkaran antara Aldo dan gurunya, terkecuali semua murid di kelas Aldo.

——

Gimana? Suka nggak, suka syukur nggak suka gpp😂 thank you:)) masih panjang, belum ke konflik yang berat ya. Tunggu aja, hehe😂😂❤
Makasii.

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang