◻️ 16. Ayah Yang Sesungguhnya

3.5K 369 21
                                    

Assalamualaikum wr.wb
'Selamat membaca readers'

--

Aldo memang sangat mengharapkan kehadiran sang Ayah disini, menemaninya dan menjaganya dengan penuh sayang. Namun semua itu hanya sebuah harapan yang sia-sia, Ayahnya belum datang saat hari sudah malam, apa sesibuk itu Ayahnya hingga lupa dengannya.

Disaat tengah melamun dengan mengharapkan sang Ayah menjenguknya tiba-tiba saja rasa ngantuk mengampirinya hingga lama-kelamaan matanya tertutup dan tertidur pulas.

"Tidur yang nyenyak," ujar Bunda kemudian mencium kening anaknya dan membenarkan letak selimutnya.

Setelah melakukan itu semua, Bunda berpamitan kepada Felly, Aldi dan berpesan untuk mejaga Aldo. Mereka menyanggupinya.

Bunda merasa kelakuan suaminya itu sudah keterlaluan, suaminya terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga lupa dengan keluarga kecilnya yang ia bangun dulu dengan penuh kasih sayang. Dan Bunda memutuskan untuk menyusul suaminya ke perusahaan miliknya itu.

Sesampainya disana, Bunda langsung menuju ruangan suaminya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu bunda langsung masuk melengos begitu saja kedalam. Setya yang mengetahui kedatangan istrinya langsung berdiri dan menghampiri istrinya itu.

"Kenapa datang kesini?" tanya Setya pada istrinya, lantas mengajaknya untuk duduk di sofa yang memang disediakan diruangannya.

"Mas," panggilnya untuk memulai percakapan.

"Iya, ada apa?"

"Kamu udah keterluan mas, kamu lebih mementingkan pekerjaan kamu dibandingkan anak kamu mas," ucapnya penuh emosi.

"Kenapa sih? aku kerja kayak gini juga demi kalian, untuk memenuhi kebutuhan kalian semua. Seharusnya kamu mengerti dengan posisi mas." Setya mencoba berbicara dengan nada yang rendah, ia tidak mau sampai ada keributan diantara ruamah tangga nya hanya karena masalah sepele seperti ini.

"Aku mengerti mas, tapi kamu salah seharunya kamu jangan memporsir waktu kamu hanya untuk bekerja. Anak-anak dan aku butuh waktu kamu mas. Apalagi Aldo sampai sakit seperti ini hanya karena ingin kamu membagi waktu bersama dengan dia. Tapi yang kamu lakukan apa? Kamu malah nggak peduli sama Aldo dan lebih memilih pekerjaan." Bunda tak tahu lagi harus bagaimana lagi menghadapi suaminya yang gila bekerja.

Setya terlihat prustasi, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Ia juga tak mau seperti ini, tapi mau bagaimana lagi jika tidak seperti ini keluarganya tidak akan hidup berkecukupan.

"Sebisanya aku selalu membagi waktu buat kalian, tapi saat aku punya waktu luang buat Faldo dia malah nggak ada dirumah. Jadi apa aku salah?"

"Kapan kamu meluangkan waktu buat Aldo mas?" tanya Bunda sedikit tersulut emosi.

Setya terdiam cukup lama, benar. Ia hanya meluangkan waktu saat anak-anaknya sudah tidur atau saat mereka beraktivitas.

"Maafkan mas, mas janji akan lebih banyak meluangkan waktu buat kalian terutama Faldo," mohonnya.

"Iya mas, aku memaafkan mas. Tapi jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi, jika mas melakukan lagi kita cerai mas. Aku nggak main-main," ucapnya tegas.

Setya mengangguk pasti, "Sekarang aku mau jenguk Faldo."

Bunda nampak tersenyum bahagia, akhirnya suaminya mau berubah juha, "Ayo mas."

Selama perjalanan sepasang suami istri itu tak henti-hentinya menebar senyum sesekali mereka tertawa karena mendengar cerita tentang Aldo dari sang istri. Sungguh Setya merasa malu sekarang, ia sudah melewatkan perkembangan anak-anaknya.

Faldo Its AldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang