"Assalamualaikum wr.wb'
-Selamat Membaca-——
Malam ini terasa seperti surga dunia bagi Aldo, memang terlalu berlebihan jika menyebutnya sebagai surga dunia. Tapi mau bagaimana pun menurut Aldo, malam ini adalah malam yang sangat-sangat indah.
Malam ini adalah malam pertama kalinya sejak renggangnya hubungan Aldo dan ayahnya. Aldo sekarang ini sepetti anak kecil, ia terlihat manja dengan kedua orang tuanya. Ya, malam ini Aldo tidur bersama dengan kedua orang tuanya.
Tubuhnya di himpit oleh dua orang yang sangat disanyangi nya, ia tak pernah terpikirkan malam sepeti ini akan terjadi. Lagi-lagi itu semua terjadi karena kakinya yang terkilir, Aldo rela kakinya terus terkilir agar ia bisa tidur bersama kedua orang tuanya.
Namun tetap saja, ditengah-tengah ke bahagiaan nya itu ia masih berpikir tentang kakak laki-lakinya yang tiba-tiba saja mendiamkan dirinya. Aldo terus saja berpikir mengenai Aldi, Apalagi sampai saat ini kakaknya belum juga pulang sejak kejadian Aldo jatuh dari tangga tadi.
"Kenapa nggak tidur?" saat sedang berpikir tentang Aldi, tiba-tiba saja sang ayah bertanya padanya.
"Erm, belum ngantuk yah." Aldo melirik sang ayah sebentar saat menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Kamu lagi mikirin kakak kamu?" mendadak ayahnya seperti seorang paranirmal yang bisa menebak pikiran seseorang.
"Kak Aldi, belum pulang kan yah?" tanyanya untuk memastikan, meskipun ia sudah tahu bahwa memang sang kakak belum pulang.
Sang ayah mengangguk saja, "Nanti juga kakak kamu pulang sendiri, udah sekarang kamu tidur aja."
Aldo hanya berdehan menanggapi ucapan ayahnya, lalu ia memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Dan ya, semoga saja ia bisa tidur.
——
Entah seminggu terakhir ini harinya di habiskan bersama wanita cantik di depannya itu, dari awal Aldi memang merasa nyaman jika saat bersama wanita di depannya itu. Padahal waktu kini sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun mereka masih saja mengobrol layaknya sepasang kekasih.
Mereka seolah lupa waktu, jika sudah berduaan. Saat Aldi pergi dari rumah tadi pagi dengan tak sengaja ia bertemu dengan Nura di jalanan. Tak mau melewatkan kesempatan, akhirnya Aldi mengajak Nura untuk sekedar mengobrol di kafe dekat jalan rumahnya. Sebuah keberuntungan Nura mau saja diajak ngobrol dengan Aldi.
"Lo, nggak mau pulang? Ini udah jam sembilan malam loh," tanyanya pada lelaki yang tengah menyesap cokelat panas.
"Gak, nanti aja." Aldi menjawab sekenanya saja, lalu ia kembali menyesap cokelat panasnya.
"Lo lagi ada masalah 'ya?" benar-benar, perempuan di depannya ini sangat banyak bertanya.
"Hmm," jawab Aldi sekenanya.
"Kalau lagi ada masalah, jangan gini caranya. Lo udah besar Aldi," ujar Nura sekedar menasehati, bukan bermaksud untuk ikut campur dengan masalah lelaki di hadapan nya ini.
"Siapa bilang, kalau gue sebesar sedotan ini," jawabnya sambil mengacungkan sedotan dari minuman milik Nura.
Nura hanya mendelik sebal atas jawaban dari Aldi, ia bicara serius tapi Aldi selalu saja menganggap ucapan nya sebagai lelucon saja. Nura bangkit dari duduknya, Aldi yang melihat itu langsung ikut berdiri. Ia tak menyangka gadis baik di depannya ini akan marah hanya karena lelucon nya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...