'Assalamualaikum wr.wb'
-Selamat Membaca-——
"Felly bisa kok, nganterin Aldo yah," ujar Felly.
"Iya mas, kenapa harus Aldi?" kini sang bunda yang bertanya, sedangkan Aldo masih diam, bingung.
"Aldi sekarang jadi ngelunjak, dia nggak disiplin lagi. Makanya ayah suruh dia buat anterin Faldo ke sekolah, sebagai hukuman karena semalem dia pulang malam. Nggak boleh ada yang protes!" tegas, benar-benar ayah yang sangat tegas.
Suasana sarapan pagi ini terasa canggung, apalagi Aldo. Apa Aldi akan mau mengantarkan nya ke sekolah?
"Biar ayah, yang suruh Aldi." Setya hendak bangkit, namun sang istri menahan pergelangan tangan nya.
"Biar bunda aja," ucapnya lalu berdiri hingga menimbulkan suara deritan, setelah kepergian bundanya untuk memanggil Aldi, mereka kembali melanjutkan sarapan nya.
Baru saja hendak mau menutup matanya, pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka dan lagi-lagi ia harus kembali membuka matanya. Ternyata sang bundalah yang memasuki kamarnya itu.
"Masih ngantuk ya?" seorang ibu selalu tahu apa yang dirasakan anak-anaknya.
Aldi hanya mengangguk, "Ada apa, bun?"
"Ayah kamu nyuruh, buat kamu anterin Aldo ke sekolah." saat mendengar itu wajah Aldi menjadi muram, ia kira ada apa sang bunda ke kamarnya.
"Aku masih ngantuk, bun," jawabnya.
"Iya bunda juga ngerti, bahkan kakak kamu juga udah nawarin dirinya buat nganterin Aldo ke sekolah. Tapi ayah kamu tetep pengen kamu yang nganterin Aldo,"
"Aku nggak mau bunda, ngantuk."
"Tidak ada penolakan!" mereka langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati ayahnya sudah berdiri disana.
Dengan terpaksa Aldi mau menuruti permintaan ayahnya itu untuk mengantarkan adiknya yang menyebalkan, sebenarnya ia bisa membantah, namun sudah cukup pertengkaran kemarin dengan ayahnya. Ia tidak mau memperburuk situasi dengan ayahnya.
——
Setelah mengantarkan adiknya itu ke sekolah, Aldi tidak berniat pergi kemana-mana, yang ia inginkan hanyalah tidur. Itu saja.
Saat di perjalan menuju sekolah Aldo, tak ada satupun yang membuka suara. Di dalam mobil hanya ada keheningan saja, bahkan saat sampai di sekolah pun Aldo langsung turun begitu saja dari mobil tanpa mengucapkan sesuatu seperti berpamitan atau hanya sekedar berterimakasih kepada Aldi karena sudah mengantarkan nya.
Begitu sampai rumah, ia langsung menuju kamarnya dan kembali melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Tak lama kemudian Aldi sudah terlelap.
Berbeda dengan Aldo. Di sekolah, dia lagi-lagi di buat jengekel oleh Fana. Pasalnya saat datang, ia sudah melihat Tirga—kakak kelasnya, sedang duduk di kursi miliknya.
"Ngapain disini?" tanya Aldo ketus.
"Gue lagi nemenin cewek cantik nih, kasihan dia sendirian aja ngelamun. Gue takutnya dia kesambet sama penghuni." mendengar itu Aldo hanya berdengus sebal, jawaban yang sama sekali tidak bermutu.
"Awas! Gue mau duduk," usirnya pada Tirga. Aldo sama sekali tidak takut meski dia adalah kakak kelasnya.
"Masih banyak kursi, pake aja yang lain. Gue masih mau ngobrol sama Fana, iya nggak Fan?" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldo Its Aldo
Teen FictionRefaldo Setya Dinaro. Seorang remaja berusia limabelas tahun, ia mempunyai keinginan yang sangat sederhana. Ia hanya ingin sang Ayah selalu ada bersamanya, bersama keluarganya. Ia hanya ingin seperti remaja-remaja lainnya yang selalu bersama ayahnya...