Kedua kalinya Eunha merasa nyawanya sudah lepas dari raganya, Eunha yang sedari tadi hanya membeku melihat tiga orang yang sangat ia cinta melebihi dirinya sendiri, kini sekarang telah kaku dengan keadaan mengenaskan, wajah dan perut yang membengkak dan belum lagi kuku-kuku jari yang menghitam.
Eunha tidak tau apa yang terjadi dalam hidupnya, kenapa setelah dia kehilangan hatinya, dia juga harus kehilangan hidupnya. Eunha hanya bisa menatap ke arah ke tiga jenazah yang tentunya sangat ia kenali, orang tua dan kakaknya.
Meskipun Eunha tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya, tapi pendengaran Eunha tentunya masih bisa mendengar orang di sekitarnya menbicarakan kematian kakak dan kedua orang tuanya, dan kata-kata yang mereka ucapkan sangat menyakiti dan menyayat hatinya.
"Kau tau, mentri Jung dan anaknya Jung hoseok telah melakukan KORUPSI negara dan PEMBERONTAKAN, makanya mereka bunuh diri dengan cara meminum racun, karena rencananya hari ini keluarga mentri Jung akan di tangkap," salah satu warga membicarakan soal kematian ke tiga orang itu.
"Benarkah? Padahal mereka terlihat sangat baik hati, aku tidak menyangka kalau mereka seorang penghianat. Dan kau tau, aku dengar jika mereka semua di tangkap, putri dari metri Jung akan di jual ke Gibang, tapi kenyataanya dia sudah tiada karna terjun dari jurang, sungguh tragis," sahut salah seorang.
"Kasian sekali ya meraka, padahal mereka sebelumnya akan menjadi keluarga kerajaan dan putri mereka akan jadi calon ratu kita," sahut seorang lainnya.
"Untuk apa kita kasian? Toh meraka juga tidak mengasiani kita dengan cara Korupsi, aku senang mereka akan di makamkan secara tidak hormat," tegas salah seorang.
Sekarang hati Eunha benar-benar hancur dan marah mendengar semua orang membicarakan orang tua dan kakaknya dengan buruk. Anak mana yang sanggup mendengar keluarganya di fitnah dan di hina begitu keji, terlebih lagi Eunha sangat tau kalau kedua orang tua dan kakaknya tidak mungkin berbuat apa yang semua orang tuduhkan, apalagi tuduhan tentang bunuh iri.
"Apa yang mereka semua katakan?, kanapa mereka mengatakan hal yang begitu buruk tentang keluargaku?," batinnya. Meski wajah Eunha tertutupi kain, tapi kesedihannya tidak bisa di tutupi, terlihat dari tubuh Eunha yang begetar dari balik kain dan tetesan air mata yang jatuh ke kakinya.
***
Keadaan di luar istana sedang ricuh, banyak orang yang setuju dan ada juga yang tidak terima atas kematian keluarga Jung terutama para pendukung keluarga Jung yang terus menyuarakan isi hati mereka kepada Raja dengan cara memohon keadilan di istana, karna memang benar kalau Raja sendirilah yang memutuskan kalau keluarga Jung bersalah atas pengelapan uang di istana. Tapi tetap saja para pendukung masih tidak percaya atas apa yang telah di putuskan Raja dan meminta raja untuk menyelidiki lagi kasus korupsi dan kematian keluarga Jung.
Sedangkan di bagian sisi lain istana, di sebuah ruangan para pendukung atau kita bisa sebut Klan pangeran Namjoon sedang merayakan keberhasilannya.
"Bagaimana kau bisa melakun semua ini kakek?, aku sampai berpikir kalau itu bukan rencana kakek," ujar pangeran Namjoon dengan raut wajah senang yang tidak bisa ditutupi apalagi dari tadi dia tidak lepas-lepasnya mengumbar senyuman dan tawanya.
"Kau seperti tidak mengenal kakekmu ini pangeran, aku selalu akan melakukan segalanya dengan tepat, cepat dan halus, dan kau mau tau bagaimana aku melakukannya?," dan pangeran Namjoon menjawabnya dengan aggukan semangat.
"Itu mudah saja pangeranku, aku hanya butuh sedikit mempengaruhi Raja dan memberikan bukti palsu, dia langsung mempercayainya lalu setelah itu aku tinggal melaksanakan rencana terakhir yaitu membunuh keluarga mentri Jung dengan racun, agar mereka seolah-olah bunuh diri untuk menghindari hukuman dan secara otomatis juga Raja akan berfikir kalau memang mereka bersalah," ujar nya yang di akhiri tawa puas yang menggema di seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO IS MY DESTINY✔
Fanfic#1- euntae 28-12-18 Aku mengalami penderitaan di saat kebahagian ada di depan mataku. Kenapa TAKDIR selalu menyudutkanku. Kenapa TAKDIR seperti tidak mengijinkanku untuk bahagia. Aku bahkan harus mencari sumber kebahagiaanku sendiri. Mengejar apa ya...