HAPPY READING😄
⚠Typo Bertebaran⚠***
"Maafkan aku Eunha," lirih Jungkook.***
Sinar matahari meninggi, menyisakan beberapa tetesan embun di beberapa daun, dan embun itu juga terlihat seperti sisa air mata Jungkook yang mulai mengering.
Jungkook perlahan membuka mata, dan mengusap kasar sisa air mata yang masih menempel di wajahnya, perlahan kesadaran sepenuhnya dia dapatkan, Jungkook segera mengetuk kasar kamar Eunha yang masih terkunci.
Jungkook Semalam memang tertidur di depan kamar Eunha, setelah mencoba ribuan cara membujuknya keluar kamar untuk makan, bahkan Jungkook menyiapkan beberapa makanan kesukaan Eunha yang sudah tertata rapi di depan pintu kamarnya, tapi semua itu sia2, Eunha bahkan tidak menjawab satupun ucapan Jungkook, hanya tangisan yang Jungkook dengar.
Jungkook sebenarnya bisa saja membuka kamar Eunha dengan kunci cadangan atau tenaganya, tapi Jungkook tau Eunha pasti ingin sendirian saja saat ini.
"Eunha buka pintunya, aku mohon buka pintunya, Eunha!!," Jungkook berteriak, tapi tetap saja tidak terdengar apapun dari dalam kamar Eunha, seperti hamparan gurun yang sangat gelap dan sunyi. Keresahan semakin menyelimuti Jungkook, setidaknya semalam masih terdengar suara dari dalam kamar Eunha, meski itu sebuah tangisan, tapi sekarang hanya ada suara kesunyian yang terdengar nyaring di telinga Jungkook.
"Eunha aku mohon buka pintunya. Eunha!!," teriak Jungkook lagi.
Kesabaran Jungkook menghilang, Jungkook segera mendobrak pintu itu dengan tubuhnya, meski mungkin itu akan membuat tubuhnya sakit, Jungkook tidak peduli.
"Eunha..," lirih Jungkook saat melihat keadaan Eunha dan kamarnya yang terlihat sangat kacau. Tapi terlintas perasaan lega melihat Eunha baik-baik saja.
Jungkook berjalan mendekat, mencoba perlahan agar jangan sampai dia menghancurkan pondasi terakhir hidup Eunha yang terlihat sangat rapuh dan akan hancur sebentar lagi.
Eunha duduk di lantai kamarnya yang tidak beralaskan apapun, kondisinya juga terlihat begitu buruk, matanya yang membengkak, kilat mata yang memperlihatkan kepedihan yang mendalam, mungkin tidak ada seorangpun yang tau seberapa dalam itu. Wajah yang selalu ceria, kini bertukar dengan wajah penuh keputus asaan, seakan sudah lelah dengan hidup dan dunianya sendiri.
Bekas lelehan air mata juga masih nampak jelas di wajah mungil itu, tapi satu pertanyaan yang melintas di pikiran Jungkook, Eunha tidak menangis?, Tapi kenapa itu malah membuat Jungkook semakin khawatir.
"Eunha kau baik-baik sajakan? Ayo makan, aku sudah menyiapkan semua makanan kesukaanmu, dari kemarin kau belum makan apapun, ayo?," ujar Jungkook, tapi bahkan tubuh Eunha saja tidak merespon sentuhan tangan Jungkook yang menariknya berdiri.
"Eunha kau kenapa diam saja, aku mohon jangan menyiksa dirimu seperti ini, atau menangislah sekeras mungkin dan luapkan semua emosimu padaku, tapi aku mohon jangan diam saja seperti ini, aku mohon Eunha, kau tidak boleh menyerah hanya karena laki-laki bajingan itu, hidupmu masih sangat berharga..," ucapan Jungkook terpotong dengan ucapan Eunha.
"Untuk siapa, hidupku berharga untuk siapa Jungkook, katakan? Bahkan sekarang aku sudah tidak menghargai hidupku sendiri, jika saja aku bisa meminta kematianku sekarang, aku akan memintanya. Untuk apa aku hidup Jungkook, orang yang menjadi tujuanku untuk hidup saja sudah membunuhku, rasanya aku ingin sekali mengakhiri hi-,"
"Kau gila Eunha!! nyawamu berharga, nyawamu sangat berharga untukku Eunha, aku mohon jangan katakan hal mengerikan itu lagi," kata-kata Eunha memang sangat menusuk dalam relung hati Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO IS MY DESTINY✔
Fiksi Penggemar#1- euntae 28-12-18 Aku mengalami penderitaan di saat kebahagian ada di depan mataku. Kenapa TAKDIR selalu menyudutkanku. Kenapa TAKDIR seperti tidak mengijinkanku untuk bahagia. Aku bahkan harus mencari sumber kebahagiaanku sendiri. Mengejar apa ya...