HAPPY READING..😊
⚠Typo Bertebaran⚠
***
“Maaf Jungkook..Maaf Eunha..,” gumam Taehyung dengan air mata yang sudah turun membasahi pipinya.***
Jungkook berjalan gusar menyusuri jalanan kota yang terlihat tidak terlalu ramai hari ini, apalagi langit sudah terlihat sangat gelap, ingatan tentang kejadian tadi membuat Jungkook tidak bisa berpikir dengan jernih, bagaimana dia menjelaskan semuanya pada Eunha, apa reaksinya nanti, apa yang akan terjadi selanjutnya.Bahkan pikiran buruk yang sangat mengerikan menghantuinya, karena dia tau tujuan Eunha masih bertahan hidup di dunia yang kejam ini hanya karena Taehyung, jika Eunha tau tujuan hidupnya itu hilang..
“Akhhhh.., Bajingan kau Hyung, kenapa kau melakukan ini pada Eunha,” Jungkook berteriak cukup keras membuat intensitas orang di sekitarnya mengarah padanya.
Jungkook mengacak rambutnya kasar, air mata kini sudah lama jatuh menetes membasahi bumi, di tambah lagi hujan kini turun tanpa permisi, membuat air matanya kini sudah hilang tertupi dangan tetesan air hujan.Membayangkan Eunha saat mengetahui semua ini saja sudah membuat Jungkook merasakan sakit yang teramat, bagaimana jika nanti Jungkook melihat rasa sakit itu di mata Eunha.
“Ya Tuhan, bisakah aku saja yang menanggung rasa sakit itu, dan bisakah aku memberikan seluruh kebahagianku pada Eunha, agar aku tidak harus melihat air mata kembali jatuh di pipinya, apa bisa Tuhan?,” ujar Jungkook memandang langit yang kini terlihat gelap karena tertutupi awan mendung dengan ribuan tetes air hujan yang kini menghantam tubuhnya.
***
“Jungkook kemana ya? Kenapa dia menghilang seperti itu, aku hubungi juga tidak bisa, Aish..dasar kelinci tongos, bikin orang kawatir saja, sekarang hujan lagi,” gumam Eunha yang sedari tadi mondar-mandir mengkhawatirkan Jungkook.
Sedangkan Daniel sedang tertidur dengan pulas karena obat yang baru saja dokter suntikan padanya.
Pintu kamar inap Daniel perlahan terbuka, menampilkan Jungkook yang sudah basah kuyup terkena hujan, Eunha langsung saja menganbil handuk di kamar mandi dan menempelkannya pada tubuh Jungkook yang kini sudah duduk di sofa ruangan itu.
“Kau kemana saja sih Jungkook?, akau menghawatirkanmu tau, dan kenapa kau sampai berantakan dan basah kuyup seperti ini?, kamu tidak berteduh apa? Bagaimana kalau kau sampai demam nanti,” omel Eunha panjang lebar, sambil mencoba mengeringkan badan
dan rambut Jungkook.Jungkook menahan tangan Eunha yang terus mengeringkan rambutnya.
“Kenapa? Kau bisa sakit nanti, aku akan mengeringkan rambutmu dulu lalu kau ganti baju ok,” ujar lembut Eunha dan seperti biasanya dengan senyum yang sangat hangat dan meneduhkan siapa saja.
Membuat Jungkook tidak tahan lagi menahan tangisannya, saat melihat senyuman yang sebentar lagi mungkin akan hilang selamanya dari wajah orang yang
sangat di cintainya ini.Eunha panik karena melihat Jungkook yang tiba-tiba saja menangis di hadapannya, tangisan yang mengisyaratkan kepiluan yang dalam dan itu terlihat jelas di mata Jungkook, rasa takut kehilangan sesuatu tepatnya.
“Kau kenapa Jungkook? Kenapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi? Aku mohon katakan padaku, aku sangat khawatir melihatmu seperti ini, sebelumnya kau tidak seperti ini Jungkook,” Eunha menangkup wajah Jungkook dengan kedua tangan mungilnya, Jungkook masih saja memandang lekat Eunha dengan tangisan yang seakan tidak mau berhenti.
Eunha segera membawa Jungkook ke dalam pelukannya, mengusap punggung Jungkook lembut, hanya ini yang bisa Eunha lakukan saat ini untuk menenangkan Jungkook, karena entah kenapa, hatinya begitu sakit melihat Jungkook seperti ini.
Setelah cukup lama, akhirnya keadaan kembali tenang, setelah berganti pakaian, Jungkook tertidur di sofa dan Eunha mengambil selimut dan menaruhnya di tubuh Jungkook, Eunha duduk di lantai di samping sofa yang di tempati Jungkook tidur. Eunha memandang lekat wajah sahabatnya yang kini tertidur pulas, melihat wajah Jungkook yang sekarang masih terlihat sedih meski dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO IS MY DESTINY✔
Fanfiction#1- euntae 28-12-18 Aku mengalami penderitaan di saat kebahagian ada di depan mataku. Kenapa TAKDIR selalu menyudutkanku. Kenapa TAKDIR seperti tidak mengijinkanku untuk bahagia. Aku bahkan harus mencari sumber kebahagiaanku sendiri. Mengejar apa ya...