Di chapter sebelumnya, di bagian bawah. Aku ada tanya, kalian maunya Dave-Sheera cepat nikah atau nanti-nanti aja?
Tapi gak ada yang jawab😭😭 kayaknya kalian gak pengen mereka nikah, ya? Kalau gitu, batalin aja, ya😥
Udah deh gitu aja buat yang di atas ini😊
Happy Reading!!
✳✳✳
Aku mengusap rambut Kylie yang sedang tertidur. Beruntunglah kata dokter Kylie tidak sakit apa-apa. Dia hanya mual karena kebanyakan makan, setelah itu dibuat berlari-larian. Jadilah, semua makanan yang dikonsumsinya keluar lagi.
Aku menyelimuti tubuh mungil Kylie dengan selimut tebal dan meletakan guling di kedua sisinya. Aku lalu beranjak dari dudukku dan keluar dari kamar tanpa menutup rapat pintu. Berjaga-jaga agar jika Kylie berteriak dapat terdengar olehku dan Kak Dave.
Keluar dari kamar tamu di lantai satu, aku menemukan Kak Dave sedang bersantai di ruang keluarga. Kemejanya sudah berganti menjadi kaos polos dan celana bahannya menjadi celana selutut. Kak Dave tampak asik menonton televisi dengan setoples cookies di pangkuannya.
Aku duduk di samping Kak Dave, ikut mencomot cookies lezat buatan Mama, dan menonton tayangan yang sedang ditonton Kak Dave. Ternyata Kak Dave sedang menonton drama sekali tamat yang dibintangi oleh kakak sepupuku, Kak Kevin.
"Tumben nonton dramanya Kak Kevin, Kak?" tanyaku penasaran.
"Aku bingung mau nonton apa, She. Ya udah, kali-kali lihat muka si Kevin di tv," jawab Kak Dave, lalu mengunyah cookies yang sudah dimasukkan ke mulutnya itu.
Aku terkekeh mendengar jawaban Kak Dave dan ikut memperhatikan akting Kak Kevin dengan lawan mainnya, "Kak," panggilku.
"Hm?"
"Daripada kita nonton akting Kak Kevin, gimana kalau Kakak temenin Sheera masak—maksudnya belajar masak?" pintaku pada Kak Dave yang kini tampak berpikir.
"Kamu mau belajar masak?"
Aku mengangguk cepat, "Kita lagi sama-sama santai di rumah, Kak. Jadi, kenapa gak dimanfaatin buat Sheera belajar masak? Siapa tau lima bulan lagi, Sheera udah mahir masak," aku terkikik sendiri mendengar ucapanku, "Jadi, Kakak gak perlu makan telur gosong Sheera."
Kak Dave tertawa, "Oke-oke, ayo kita ke dapur. Apa sih yang gak buat adik kesayangan aku ini?" goda Kak Dave seraya mematikan televisi lalu menutup toples cookies.
Tangannya langsung melingkari bahuku dan membawaku ke dapur Mama yang selalu terjaga kerapiannya. Tanpa mempedulikan aku yang cemberut karena kesal dengan panggilan 'adik kesayangan' yang diberikan Kak Dave tadi.
"Tuan Dave, Non Sheera, mau makan? Mau Bibi masakin?" tanya Bi Siti begitu melihatku dan Kak Dave memasuki area dapur.
"Gak usah, Bi. Ini Sheera katanya mau latihan masak," jawab Kak Dave.
Bi Siti mengangguk dan kemudian berpamitan untuk mengerjakan tugas lainnya.
"Mau masak apa?" tanya Kak Dave memilih duduk di kursi bar yang langsung menghadap dapur.
"Hmm.. Apa, ya, Kak?" aku balik bertanya dengan melihat bahan masakan yang ada di kulkas.
"Gak usah yang susah-susah, Dek," sahut Kak Dave yang kusambut dengan delikan tajam. Kak Dave terkekeh, "Gimana, ya, She, setiap kamu panggil 'Kak' itu sebenarnya aku ngerasa kayak kamu masih adik aku gitu. Jadi, suka kepengen panggil kamu 'Dek' lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relation of Daveera [Completed]
General FictionHubunganku dengannya bukan lagi sebuah hubungan antara kakak dengan adiknya. Bukan hanya sebuah hubungan persahabatan. Bukan juga saudara sekandung. Hubunganku dengannya yang sekarang adalah sebuah hubungan yang menentukan masa depan kami nantinya...