Chapter 47

5.3K 398 56
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Dave memarkirkan mobilnya di lobby. Ia meminta tolong security untuk memarkirkan mobilnya dengan benar karena ia sudah tidak sabar untuk melihat keadaan istrinya.

Dave terus berlarian menuju ruang rawat Sheera. Ia seakan tidak memiliki lelah. Padahal ia sudah berlari terus sejak tadi.

Begitu sampai di depan pintu kamar rawat istrinya, Dave menarik nafas berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dave juga meyakinkan dirinya bahwa Sheera pasti tidak apa-apa.

Dave memejamkan matanya dan tangannya bergerak membuka pintu kamar perawatan di depannya. Begitu pintu berhasil terbuka, Dave merasa tubuhnya lemas seketika. Ia benar-benar tak percaya dengan penglihatannya sendiri.

Benarkah ini?

Apakah ia bermimpi lagi?

Happy birthday to you~ happy birthday to you~ happy birthday, happy birthday, HAPPY BIRTHDAY DAVIEN!”

Semua orang tertawa dan bertepuk tangan setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Dave. Bahkan Dave melihat istrinya berdiri di tengah-tengah sambil memegang kue. Dan kamar rawat istrinya pun sudah dipenuhi pernak-pernik khas ulang tahun. Padahal saat ia tinggalkan tiga jam lalu, kamar ini masih seperti biasa.

“Sheera,” panggil Dave.

Happy birthday, Ayah. Selamat bertambah tua suami kesayangan Sheera,” Sheera tersenyum lebar, “Ayo sini. Tiup lilinnya.”

Mata Dave berkaca-kaca. Akhirnya ia dapat mendengar suara istrinya lagi dan juga melihat senyum yang tercetak di bibir Sheera. Tanpa membuang waktu, kaki Dave melangkah mendekati istrinya.

Melihat gelagat sang suami yang ingin memeluknya, Sheera mundur selangkah, “Tiup lilin dulu. Baru boleh peluk Sheera.”

Dave meniup lilin angka dua dan angka lima itu dengan cepat. Lalu mengambil kue yang dipegang Sheera dan menyerahkan kepada Aaron yang ada di sampingnya. Dave kemudian merengkuh istrinya ke dalam pelukan hangatnya.

Sheera terkekeh kecil dan membalas pelukan suaminya, “Kakak kangen banget, ya, sama Sheera?” tanya Sheera manja.

Dave mengangguk, “Banget, Sayang,” jawab Dave dengan suara seraknya.

Sheera terkikik, “Akhirnya kita bisa pelukan kayak gini lagi, ya, Kak. Biasanya dibatesi sama perut Sheera yang gede,” Sheera memeluk Dave semakin erat, “Kangen dipeluk Kakak.”

“Ehem....”

Semua orang yang berada di ruang perawatan itu berdeham untuk menyadarkan Dave dan Sheera. Sheera melepaskan pelukannya dan menyengir kepada semua orang.

“Maaf, ya. Kalau udah kangen suka lupa tempat emang.”

“Dari kapan kamu sadar, She?” tanya Dave, “Sampai bisa nyiapin kejutan kayak gini?”

Sheera menatap Dave sambil memeluk lengan suaminya itu. Ia mengajak suaminya duduk di sofa karena perutnya yang bekas operasi sudah mulai terasa sakit.

“Sheera sebenarnya udah sadar siang sebelum Kakak bangun tidur. Tapi Sheera sengaja pura-pura belum sadar. Soalnya Sheera ingat Kakak bentar lagi ulang tahun. Sheera mau ngerjain Kakak. Capek sih harus merem terus pas ada Kakak, tapi gak apa-apalah.”

“Terus tadi sebenarnya Papa gak rapat, sengaja aja kita bikin Kak Dave pergi biar bisa nyiapin semua ini. Sheera juga minta tolong Mommy nelepon Kak Dave sambil panik gitu,” Sheera terkekeh.

“Ya ampun. Kamu tega banget sih ngerjain aku. Aku khawatir banget, She. Kamu gak tau aku habis mimpi buruk apa? Sampai sekarang aja aku masih ketakutan kalau ingat mimpi itu,” Dave menghela nafas berat.

Relation of Daveera [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang