Chapter 49

4.2K 313 48
                                    

"HUUUUAAAA!!"

Aku berjengit mendengar suara tangisan kencang dari samping kiriku. Aku mengerjapkan mata, dan melirik jam yang masih menunjukkan pukul setengah satu dini hari.

Sebelum tangisan Viero membangunkan Kak Dave dan seisi rumah, aku langsung duduk dan meraih putraku ke dalam dekapanku. Memberi Viero ASI agar tangisnya terhenti.

Aku terus mengerjapkan mataku mengusahakannya agar tetap terbuka. Meski sudah sering bangun dini hari seperti ini, aku masih belum terbiasa. Terkadang aku hampir tertidur sambil menyusui Viero dalam posisi duduk.

"Tidur, ya, Sayang. Masih malam ini. Mainnya nanti pagi, ya," aku mengusap-usap kening Viero agar putraku itu mau memejamkan matanya lagi.

Tapi mata Viero masih terbuka lebar seakan tidak ingin tidur.

"Dek, ayo bobo...," aku berusaha membujuk Viero untuk tidur. Putraku itu malah melebarkan bibirnya membentuk senyuman lebar.

Aku terkekeh kecil, "Kamu mau ajak Bunda main, hm?" aku melirik Kak Dave yang masih terpejam. Tidak ingin mengganggu tidur suamiku, aku beranjak dari ranjang menuju sofa.

Biasanya saat Viero bangun, Kak Dave akan ikut terbangun juga. Tapi sepertinya kali ini suamiku kelelahan karena tadi lembur. Aku tidak tega jika Kak Dave harus terbangun karena suaraku dan Viero nanti.

Cukup lama Viero mengajakku begadang. Sampai pukul tiga kurang, Viero baru mau tertidur lagi. Setelah Viero tertidur, aku meletakkannya di boxnya dan ikut merebahkan tubuhku di atas ranjang. Tidak perlu menunggu lama, aku sudah tertidur sambil memeluk Kak Dave.

Rasanya baru saja aku memejamkan mata, tapi sinar matahari yang sudah menusuk mataku menandakan hari sudah pagi. Aku menggeliat, merenggangkan tubuhku yang terasa kaku. Mataku terpaku pada jam dinding yang sekarang sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Aku langsung terlonjak dari tidurku, mengakibatkan kepalaku pusing.

Aku melihat ke samping kanan, Kak Dave sudah tidak ada di sana. Begitupun ketika menoleh ke kiri, aku juga tidak menemukan Viero.

Baru ingin beranjak dari tempat tidur, pintu kamar sudah terbuka dan memperlihatkan Kak Dave yang masuk sambil membawa sebuah nampan. Kak Dave tersenyum melihatku yang sudah terbangun.

"Good morning, Sayang," sapanya mendekatiku, "Ini aku bawain kamu sarapan."

Bibirku mencebik, merasa bersalah. Seharusnya aku yang menyiapkan suamiku sarapan. Bukan dia yang menyiapkan bahkan membawanya ke kamar.

"Udah gak usah merasa bersalah. Sekali-kali gantian aku yang layani kamu," Kak Dave mengecup puncak kepalaku, "Makan."

"Sheera belum mandi. Baru bangun," aku berucap pelan.

"Gak apa-apa. Jarang-jarang ini," Kak Dave meraih sendok dan menyuapkan nasi goreng itu ke mulutku.

Aku mengunyahnya dengan senang, "Kakak yang masak, ya?" tanyaku setelah menelan suapan pertama.

Kak Dave mengangguk dan kembali menyuapiku.

"Oh ya, Viero mana, Kak? Kok Sheera gak dengar dia nangis dari tadi? Emang gak haus?"

"Sama Mama. Tadi dikasih ASIP, gak tega mau bangunin kamu. Aku tau kamu baru tidur jam tiga tadi," jelas Kak Dave, "Kamu tenang aja. Jagoan kita udah dijemur, udah mandi, udah ganteng deh pokoknya. Aku loh yang tadi mandiin Viero, diawasin Mama juga sih."

Aku tersenyum mendengar nada bangga Kak Dave setelah memandikan Viero. Semenjak Viero diperbolehkan pulang, Kak Dave memang belum berani memandikan Viero, takut tulangnya kenapa-napa katanya. Aku sebenarnya juga takut, tapi aku langsung belajar pada Mama cara memandikan bayi. Aku ingin benar-benar mengurus Viero dengan tanganku sendiri.

Relation of Daveera [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang