Chapter 8

6.7K 362 48
                                    

Aku, Lena, dan Fay meletakkan hasil masakan yang kami buat susah payah di atas meja makan. Hasilnya...

Ya Tuhan! Sungguh, aku tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya. Secara yang memasak adalah tiga orang yang tidak bisa memasak. Dan yang membumbui juga kami sendiri.

"Ehem.. Karena Sheera, Lena, sama Fay udah susah-susah nih masak buat kita," Kak Via menggantung ucapannya, "Jadi, untuk laki-laki yang merasa pasangannya Sheera, Lena, sama Fay, silahkan duduk di meja makan."

Kulihat Kak Dave, Kak Ken, serta Aaron meneguk ludahnya seraya menatap masakan kami. Para lelaki itu memang datang sekitar setengah jam yang lalu. Kecuali Kak Kevin yang sedang ada job dan Kak Valdo yang sedang ada tugas jaga.

"Ayo. Yang katanya sayang sama pasangannya, langsung duduk," timpal Kak Sofie, menarik lengan adiknya agar duduk di kursi, "Fay, coba lo ambilin Aaron nasi sama lauk pauknya."

Fay menurut dengan wajah sungkan pada Aaron, "Kalau kamu sakit perut abis makan ini, aku minta maaf, ya," ucapan Fay membuat Aaron meringis.

"Davien, Kenzo, kok masih diam aja?" Kak Via mengedip pada Kak Dave dan Kak Ken yang melotot padanya.

Lalu, Kak Dave dan Kak Ken saling bertatapan seakan memberi kode. Keduanya mengangguk bersamaan.

"Gak boleh kabur loh!" tegur Kak Via.

"Siapa yang mau kabur sih, Alivia?" tanya Kak Dave santai.

Kak Ken mengangguk dan melangkah mendekati Kak Via bersama dengan Kak Dave, "Tapi kayaknya gak seru kalau chef-nya gak ikutan makan. Yang bisa nilai masakan mereka kan chef. Chef-nya cuma lo. Jadi, lo harus ikut makan," Kak Ken berucap seraya menarik tangan Kak Via agar ikut duduk di kursi.

"Eh, eh, gue kan udah bantuin mereka masak," Kak Via hendak berdiri, tetapi bahunya ditahan oleh Kak Dave sehingga kembali duduk.

"Chef, lo harus cobain masakan mereka, oke?" Kak Dave mengerling dan berhigh-five pada Kak Ken karena berhasil memaksa Kak Via duduk.

Seburuk itukah masakan kami sehingga mereka merasa tidak yakin? Yah, aku sendiri juga tidak yakin sebenarnya. Tapi cukup menyakitkan saat mendapat penolakan seperti ini.

"Segitu gak percayanya, ya, kalian sama kita?" Lena tiba-tiba menceletuk, menyuarakan isi pikiranku, "Kalau emang gak mau cobain, gak apa-apa. Biar kita bertiga yang makan sendiri. Iya, kan, Ra, Fay?"

Aku mengangguk, menyetujui perkataan Lena, "Iya. Kayaknya emang kita bertiga gak berbakat di dapur. Jadi, kalian gak usah makan masakan kita yang gak enak ini."

"Biar kita sendiri yang makan," Fay menimpali, tangannya meraih piring yang sudah ada di hadapan Aaron.

"Alena Sayang..." Kak Ken beranjak mendekati Lena, tetapi Lena mengibaskan tangannya.

"Gak apa-apa, Kak," Lena meraih dua piring kosong dan menyerahkan satu padaku.

"Len, Ra, Fay," panggil Kak Nico.

"Kenapa, Kak?" balasku santai seraya menambahkan capcay, ayam goreng, serta perkedel ke dalam piringku yang sebelumnya sudah ada sedikit nasi.

"Aku yang bakal makan itu," ujar Kak Nico.

"Gak usah, Kak. Bahaya kalau Kakak sakit perut. Ini masakan kita bertiga, jadi kalau kita bertiga yang sakit perut, gak masalah," aku tersenyum tipis.

"She," Kak Dave menahan tanganku yang ingin menyuapkan sesendok makanan ke mulutku, "Biar aku yang makan," Kak Dave mengarahkan sendok di tanganku ke mulutnya.

Relation of Daveera [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang