Chapter 37

5.2K 376 32
                                    

“Aku berangkat kerja dulu, ya, Sayang,” pamit Kak Dave padaku.

Aku mengulas senyum dan mengangguk. Sesuai perjanjianku dengan Kak Dave, setelah dua hari menemaniku di rumah, Kak Dave baru boleh bekerja.

Kak Dave mengusap rambutku, “Kok kamu pucat sih, She? Perut kamu sakit lagi?” tanya Kak Dave khawatir.

“Sheera cuma lemas aja, Kak,” jawabku pelan masih dalam posisi tiduran.

“Lemas gimana?” Kak Dave semakin khawatir, “Ma, Sheera, Ma. Mama,” Kak Dave berseru memanggil Mama.

“Ada apa sih, Dave? Ngapain kamu teriak-teriak?” Papa yang datang menghampiri.

“Mama mana, Pa?”

“Lagi ke kamar mandi. Kenapa sih?”

“Sheera, Pa. Lihat deh, dia pucat lagi,” Kak Dave masih panik.

“Kak, Sheera gak apa-apa. Cuma lemas doang,” aku berusaha menenangkan suamiku. Aku memang tidak merasa perutku sakit, aku hanya merasa lemas dan agak mual saja.

“Tapi kamu pucat banget, Sayang.”

“Dave, kenapa? Kata Bibi kamu cari Mama?”

Kak Dave mengadukan hal yang sama seperti kepada Papa tadi.

Mama kemudian mendekatiku, “Perut kamu keram lagi, Sweetie?”

Aku menggeleng pelan, “Gak, Ma. Sheera cuma lemas kok.”

“Kayaknya Dave aja nih yang terlalu khawatir,” timpal Papa.

“Iyalah, Pa. Gimana gak khawatir lihat Sheera sepucat itu?” Kak Dave masih terlihat gusar.

Aku mencoba menggenggam tangan Kak Dave, “Sheera gak apa-apa, Kak. Kakak gak usah khawatir. Kakak berangkat aja,” ujarku.

“Kamu beneran gak apa-apa kan, Sayang? Gak nutupin sesuatu dari aku?”

Aku menggeleng, menandakan aku tidak menutupi apapun dari suamiku itu.

“Ma, Dave titip Sheera, ya. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi Dave, ya, Ma,” pinta Kak Dave pada Mama.

“Tanpa kamu suruh juga Mama pasti jagain Sheera, Dave,” balas Mama.

“Makasih, Ma,” Kak Dave memeluk Mama sekilas, lalu menatapku lagi, “She, jangan bandel, ya. Nurut sama Mama. Jangan lupa makan yang banyak. Jangan lupa minum susu. Minum vitamin yang teratur. Jangan pergi kemana-mana dulu.”

“Iya, Kak,” aku, Mama, dan Papa mengulum senyum geli mendengar cerocosan Kak Dave.

“Aku berangkat. Jangan bandel loh, Sayang,” Kak Dave mengecup keningku, “Cepat sehat, ya,” bisik Kak Dave sembari tangannya mengelus perutku.

“Iya, Kak. Hati-hati.”

“Papa juga mau berangkat deh,” lalu Papa juga mengecup kening Mama, “Biar Mama gak jealous sama Sheera.”

Mama terkekeh geli.

“Papa berangkat, ya, Princess. Jangan sakit terus Princess-nya Papa,” Papa meninggalkan sebuah kecupan juga di keningku.

“Iya, Papa. Hati-hati, Pa.”

Setelah Kak Dave juga berpamitan pada Mama, Kak Dave dan Papa langsung berangkat ke kantor. Sedangkan aku dan Mama tetap berada di kamar.

Beberapa saat setelah kepergian Kak Dave dan Papa, aku merasa perutku seperti diaduk-aduk. Tidak sakit seperti saat aku pendarahan kemarin. Tetapi seakan ada sesuatu yang ingin keluar.

Relation of Daveera [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang