Asheera’s Point of View
Bersyukur dan terus bersyukur.
Aku bersyukur karena masih dapat berkumpul bersama keluarga dan sahabat-sahabatku. Merasakan canda tawa mereka lagi. Merasakan kehangatan yang tercipta ketika semuanya berkumpul. Merasakan kembali dilindungi oleh para lelaki di sekitarku.
Sejujurnya aku sudah sangat pesimis ketika mengalami pendarahan. Aku sudah ikhlas jika harus pergi dan membiarkan anakku hidup bersama ayahnya. Aku ikhlas harus meninggalkan Kak Dave dan yang lainnya.
Tapi ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bersama orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku. Bahkan tidak ada adegan drama seperti koma, lupa ingatan, atau lainnya. Aku langsung tersadar begitu saja keesokan harinya.
Aku justru kaget ketika Mommy memberitahuku jika Kak Dave pingsan sesaat setelah aku selesai operasi dan masih belum sadarkan diri. Kata Mommy Kak Dave pingsan saat dokter Riko mengatakan jantungku berhenti berdetak, tanpa mendengar penjelasannya lebih lanjut. Dan mungkin karena terlalu kelelahan, makanya Kak Dave belum sadarkan diri.
Lalu aku mengingat jika anakku terlahir tanggal 19 April kemarin. Itu berarti hanya berbeda empat hari dari tanggal lahir Kak Dave, yaitu 23 April. Anakku hebat ternyata, ia menyamai bulan lahir ayahnya dan tanggal lahir ibunya.
Aku berencana memberikan kejutan untuk suamiku. Maka dari itu aku meminta bantuan Mommy dan yang lainnya untuk mengatakan aku belum sadar pada Kak Dave saat suamiku itu sadar nanti.
Tapi hatiku langsung mencelos ketika Kak Dave bercerita bahwa ia mengalami mimpi buruk. Di dalam mimpinya itu, aku pergi meninggalkannya dan membiarkan ia merawat anak kami seorang diri hingga tiga tahun. Lalu anak di dalam mimpinya itu terjatuh dan menyebabkan Kak Dave terbangun dari mimpi buruknya.
Aku tidak tega mendengarnya dan ingin memeluknya serta menenangkannya. Apalagi saat baru datang Kak Dave langsung memelukku dan menangis. Tapi sebisa mungkin aku mempertahankan aktingku, meski sudah dikatakan oleh Kak Dave bahwa akting itu porsi Kak Kevin.
Setiap saat ketika tidak ada Kak Dave, aku memompa ASI-ku untuk diberikan kepada bayiku. Aku sebisa mungkin tidak membiarkan bayiku diberi susu formula. Aku selalu menurut ketika Mama atau Mommy menyuruhku makan makanan yang dapat memperlancar ASI, meski rasanya kurang enak. Aku tidak mau egois. Anakku butuh nutrisi. Dan nutrisi terbaik untuk seorang bayi adalah air susu ibu.
Hari ini adalah hari yang sangat kunantikan. Bukan aku saja sepertinya, tapi semua orang juga menantinya. Ya, hari ini Baby Viero sudah bisa keluar dari inkubator. Dokter bilang Viero sudah kuat untuk berada di luar.Aku sendiri sudah keluar dari rumah sakit hampir dua minggu yang lalu. Tapi tetap saja aku sering ke rumah sakit untuk melihat keadaan putraku. Meski ia sudah diberi lima bodyguard oleh kakek buyutnya, aku kurang tenang jika belum melihatnya sendiri.
Kelahiran anakku ini membawa kesenangan lain untukku. Aku yang tadinya memiliki tiga bodyguard, berkurang menjadi satu saja. Karena dua bodyguardku dialihkan untuk menjaga anakku. Sama saja sih sebenarnya, tapi setidaknya aku bisa sedikit bernafas lega.
“Aahh, Sheera gak sabar, Kak,” kataku gemas sambil meremas lengan Kak Dave sambil berjalan menuju ruangan tempat Viero berada.
Hanya aku dan Kak Dave yang menjemput anak kami. Sedangkan yang lainnya menunggu di rumah Papa.
Ketika dokter membuka inkubator Viero, aku tersenyum dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Aku mengulurkan tangan untuk meraih bayiku ke dalam dekapan. Dan saat Viero sudah nyaman berada di pelukanku, airmataku menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relation of Daveera [Completed]
Genel KurguHubunganku dengannya bukan lagi sebuah hubungan antara kakak dengan adiknya. Bukan hanya sebuah hubungan persahabatan. Bukan juga saudara sekandung. Hubunganku dengannya yang sekarang adalah sebuah hubungan yang menentukan masa depan kami nantinya...