“Mommy, Mama, Daddy, Papa, Nenek, Kakek,” aku berseru girang saat memasuki rumah Kakek, “Jeongmal bogoshipo.”
“Nado, Baby. Nado bogoshipo,” balas Mommy, “Kenapa gak minta jemput aja?”
“Gak mau. Biar kayak kejutan gitu, Mom, ceritanya,” aku terkekeh.
“Ciee yang habis honeymoon cerah banget deh mukanya. Berseri-seri,” Kak Nico bersiul menggoda.
“Gak terlalu berseri-seri, karena lo sama Ken gangguin terus, Nic,” timpal Kak Kevin.
Kak Dave mendengus kesal. Mungkin mengingat telepon dari Kak Ken malam itu.
“Awas aja kamu, Nico, kalau sampai pesanan Om gak jadi gara-gara kamu ganggu mereka terus,” Papa mengancam Kak Nico dengan nada bercanda.
“Om tenang aja. Kayaknya sih walaupun digangguin aku sama Ken, pesanan Om bakal tetap jadi,” Kak Nico mengerlingkan matanya padaku dan Kak Dave dengan seringai jahilnya.
“Ih, jangan ledekin aku terus sih,” aku mencebik, “Nanti kalau Kakak beneran nikah sama Disha, Disha bakal aku ledek sampai nangis dan gak mau didekatin sama Kakak. Atau aku takut-takutin aja, biar Disha gak mau malam pertama, dan Kak Nico bakal ditolak Disha. Lihat aja nanti,” aku tersenyum penuh kemenangan memikirkan ide-ide yang akan kulakukan ketika pernikahan Kak Nico yang entah kapan dilaksanakan.
By the way, tidak ada Disha di ruang keluarga ini, makanya aku berani berbicara seperti itu. Karena Disha tidak akan mendengarnya.
“Eh eh, kok ancamannya gitu sih? Mentang-mentang paling senior dalam pernikahan di antara kita, jadi mau nakut-nakutin Disha. Gak baik, Sheera,” mendadak, Kak Nico melupakan segala kejahilannya padaku.
“Biarin aja. Disha bakal lebih percaya sama aku, daripada Kakak,” aku menjulurkan lidahku pada Kak Nico.
“Dave, bilangin istri lo, jadi orang gak boleh iseng yang berlebihan, karena itu gak baik,” kali ini Kak Nico berbicara pada suamiku yang hanya mengangkat kedua bahunya.
“Itu lo tau kalau iseng berlebihan itu gak baik, kenapa lo masih suka iseng, ya, Nic?” bukannya mendapat pembelaan dari Kak Dave, justru Kak Dave melempar umpan pada Kak Nico.
Aku terkikik melihat wajah sebal Kak Nico begitu mendapat pertanyaan dari Kak Dave.
“Udah-udah, kalian ini masih sama-sama iseng,” sela Mama, “Jadi, gak usah tunjuk-tunjukan kayak gitu.”
“Emang tuh, Tan, umur aja yang pada tua. Kelakuan masih kayak bocah semua,” celetuk Lena yang langsung mendapat cubitan di pipinya dari sang kakak.
“Bocah ini nih paling pintar kalau ngomongin orang,” ujar Kak Nico.
“Kakak lepasin,” Lena menepis-nepis tangan Kak Nico dari pipinya.
Mommy menggelengkan kepalanya melihat tingkat kakak beradik itu, “Dave, Sheera, kalian gak mau istirahat dulu? Nanti waktunya makan malam, biar makanannya di antar ke kamar,” kata Mommy.
“Mau mandi aja, Mom. Tapi nanti kita makan di bawah aja,” Kak Dave yang menjawab pertanyaan Mommy.
Mommy hanya mengangguk.
“Lena, suruh yang di rumah Aaron ke sini dong, terutama yang ceweknya. Aku ada beli banyak make up sama skin care waktu di Jeju kemarin. Ayo, kita bedah,” aku menaikturunkan alisku dengan senyuman senang di bibir.
“Woahh!! Harus banget nih kita bedah sekarang!” seru Lena antusias, “Oke, aku bakal suruh mereka ke sini.”
“Ya udah, nanti ke kamar aku aja, ya. Soalnya kopernya udah di sana,” kataku sambil beranjak berdiri, “Nanti nyusul aja, Len,” ucapku seraya berjalan menyusul Kak Dave yang sudah menuju kamar kami terlebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relation of Daveera [Completed]
General FictionHubunganku dengannya bukan lagi sebuah hubungan antara kakak dengan adiknya. Bukan hanya sebuah hubungan persahabatan. Bukan juga saudara sekandung. Hubunganku dengannya yang sekarang adalah sebuah hubungan yang menentukan masa depan kami nantinya...