Chapter 10

7.8K 361 46
                                    

"Semuanya udah kamu siapin?" tanya Mommy padaku.

Aku menutup resleting koperku dan mengangguk, "Udah semua, Mom."

"Kamu gak apa-apa kan kalau Mommy gak ikut?"

"Gak apa-apa, Mom. Sheera juga bukan anak kecil lagi yang kemana-mana harus sama orangtua," ujarku sembari duduk di atas ranjangku bersama Mommy.

"Tau deh yang udah mau nikah, kemana-mana sama calon suami," goda Mommy membuatku terkekeh geli.

"Yang penting kan calon suami sendiri, Mom, bukan calon suami orang lain," balasku.

Mommy tertawa bersamaku, tapi beberapa saat kemudian, Mommy menghentikan tawanya. Wajah Mommy terlihat sendu, sehingga aku juga menghentikan tawaku demi mengamati Mommy.

Aku menyentuh tangan Mommy, "Kenapa, Mom?" tanyaku.

Mommy tersenyum tipis, sebelah tangannya yang lain bertumpu di atas tanganku dan mengusapnya pelan. Mommy menghembuskan nafas berat.

"Mommy cuma gak nyangka aja kalau kamu udah mau nikah, Baby," kali ini Mommy menarik nafasnya, "Rasanya baru kemarin Mommy bareng kamu. Tapi sekarang udah mau pisah aja."

Oh, astaga! Aku tidak menyangka dibalik keantusiasan Mommy menyiapkan pernikahanku dengan Kak Dave, ternyata Mommy menyimpan kesedihan.

"Mommy tenang aja, Sheera akan sering main ke sini kok," aku menghibur Mommy.

"Beda, Baby. Kamu gak setiap saat di sini."

"Ya udah, nanti Sheera minta sama Kak Dave buat tinggal di sini."

Mommy menggeleng pelan, "Istri yang harus ikut suami, Baby. Bukan sebaliknya."

"Ahh, Sheera serba salah kan."

Mommy tersenyum kecil, tangan Mommy terulur mengelus kepalaku, "Kadang, Mommy nyesal gitu, Baby. Kenapa dulu Mommy harus seambisius itu di dunia model dan dengan egoisnya nitipin kamu ke orang lain? Bukan cuma satu atau dua tahun, tapi Mommy nitipin kamu selama limabelas tahun ke Siena dan Darrel. Mommy nyesal karena gak bisa menghabiskan banyak waktu sama kamu.

"Dan bukannya nebus semua kesalahan Mommy selama limabelas tahun, Mommy malah marah sama kamu karena—karena..." Mommy tidak bisa melanjutkan perkataannya, karena sudah lebih dulu terisak. Aku tahu maksud Mommy. Yang Mommy maksudkan adalah saat kami bertengkar karena ‘calon adikku’.

Aku memeluk Mommy erat dan mengusap punggung Mommy yang bergetar, "Walaupun waktu kebersamaan kita cuma sebentar, tapi Sheera senang karena masih bisa ngerasain kasih sayang Mommy dan Daddy. Sheera beruntung karena punya kalian berdua di hidup Sheera. Sheera bahagia, Mom."

Bukannya tenang, Mommy justru semakin terisak, "Ma—maafin Mommy, Baby. Mommy gak bisa jadi ibu yang baik untuk kamu."

Seketika aku merasa deja vu dengan perkataan Mommy.

"Mommy gak lihat tumbuh kembang kamu. Mommy gak lihat pertama kali kamu bisa jalan, bisa bicara, sekolah, bisa baca, bisa hitung. Mommy gak lihat itu semua karena rasa ambisius Mommy. Bahkan kamu aja lahir kurang sebulan dari waktu seharusnya, caesar lagi. Mommy benar-benar ibu yang buruk."

Aku merenggangkan pelukan kami dan menghapus airmata Mommy, "Tapi tanpa Mommy, Sheera gak akan ada dunia ini," aku tersenyum, menghibur Mommy.

"Please, Mom, kita lupain masalah itu. Kita jadiin itu sebagai pelajaran," ujarku.

Mommy akhirnya menarik sudut bibirnya dan membawaku kembali ke dalam pelukannya, "Kamu dewasa juga, ya, Baby," kata Mommy membuatku merengut.

Relation of Daveera [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang