Ketukan di pintu yang disusul dengan terbukanya pintu itu membuat perhatian kami semua teralihkan. Aku melihat suamiku yang menggendong Viero berjalan masuk bersama Alex Oppa.
“Udah ketemu Kak Kevin-nya?” tanyaku yang dibalas anggukan oleh Kak Dave.
Omong-omong, sebelum aku ke ruangan yang ditempati Kak Via ini, aku sudah lebih dulu ke ruangan Kak Kevin bersama Kak Dave dan Viero. Tentu saja untuk mengucapkan selamat kepada kakak sepupuku itu. Aku hanya sebentar di sana karena ruangan Kak Kevin dipenuhi oleh kakak-kakakku yang laki-laki.
“Viero,” Lena langsung mengambil alih putraku dari Kak Dave. Dan kini putraku itu dikerumuni oleh para sahabatku yang tampak antusias membuat Viero tertawa.
“Alivia, congrats,” Kak Dave menyalami Kak Via, kemudian memeluk satu-satunya wanita yang bersahabat dengannya sejak kecil.
Kak Via ikut memeluk Kak Dave, “Makasih, Dave,” balasnya.
“Walaupun lo udah nikah sama Kevin, jangan lupain gue, Valdo, Nico, sama Ken. Kita tetap sahabat sampai kapanpun, lo tetap jadi perempuan kesayangan kita. Kalau ada apa-apa, lo bisa cerita ke kita. Oke, Vi?” wejangan itu diberikan Kak Dave sambil mengusap punggung Kak Via.
Kak Via tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian mengangguk pelan, “Thank you, Dave. Gue beruntung banget punya sahabat kayak kalian. Dijaga dan dilindungi sama kalian,” ujar Kak Via yang mengeratkan pelukan mereka, “Gue yakin, susah buat kalian tetap ada di pihak netral kalau gue dan Kevin berantem. Tapi, kalian hebat, kalian gak bakal judge gue atau judge Kevin. Kalian adil. Sayang banget deh gue sama kalian.”
Kak Dave terkekeh, “Kita juga sayang lo, Vi,” Kak Dave kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap Kak Via, “Udah, jangan sampai airmata lo jatuh dan ngerusak make up lo. Acaranya udah mau dimulai, Vi.”
Kak Via memukul lengan Kak Dave, “Siapa suruh lo nemuin gue jam segini?! Tadi pagi, mereka bertiga udah bikin baper gue sampai nangis-nangis. Untung aja ini bisa tercover sama concealer. Sial banget emang mereka, bisa aja bikin gue nangis. Sekarang lo malah nambahin,” omel Kak Via.
“Kalau gue kan harus ngurus Viero dulu, Vi, jadi baru bisa agak siangan ke sini.”
“Halah, yang ngurus Viero kan Sheera. Sok ngaku-ngaku lo.”
“Kan gue nungguin anak sama istri gue, Vi,” elak Kak Dave, “Udah ah, mau balik aja ke istri gue,” Kak Dave menarikku mendekat dan merangkul bahuku.
“Tau, Kak, ntar Sheera cemburu loh,” timpal Lena yang membuatku mendengus.
“Ngapain cemburu sama Kak Via? Mereka udah hampir seperempat abad bareng,” sahutku santai.
“Sheera mah cemburunya sama Kak Sofie,” Fay menyambar.
“Ah, jangan bahas-bahas itu lagi!” aku menggelengkan kepalaku.
Bersamaan dengan itu, terdengar rengekan dari putraku. Sepertinya Viero mulai tidak betah ditempeli oleh tante-tantenya. Bayiku itu menatapku dengan binar matanya yang menggemaskan dan tangan yang diulurkan padaku, serta bibirnya yang bergumam-gumam seperti memanggilku.
“Bububu~” gumamnya.
“Kenapa, Sayang?” aku bukannya menghampiri Viero justru melingkarkan lenganku ke pinggang Kak Dave, “Bunda mau sama Ayah aja ah. Gak mau sama Viero,” aku menggoda bayi lelakiku.
“Emak aneh,” celetuk Disha.
“Bububu~” rengek Viero.
“Ayo, Ayah, tinggalin dedek sama tante-nya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Relation of Daveera [Completed]
Fiction généraleHubunganku dengannya bukan lagi sebuah hubungan antara kakak dengan adiknya. Bukan hanya sebuah hubungan persahabatan. Bukan juga saudara sekandung. Hubunganku dengannya yang sekarang adalah sebuah hubungan yang menentukan masa depan kami nantinya...