.
.
.
Pagi harinya mereka berencana untuk mendaki, jugo dan kiba memilih untuk tidak ikut, jugo memilih untuk berjaga ditenda, sedangkan kiba beralasan ingin menghabiskan waktunya untuk memancing. Padahal dia hanya tidak mau lelah karena mendaki.
Shikamaru, naruto, sui, sai dan sasuke berangkat lengkap dengan barang bawaan mereka. Diantara mereka berlima, narutolah yang paling bersemangat disini, dia terus mengoceh tentang keindahan alam sekitar yang akan mereka lihat dipuncak gunung sana, lalu dia juga mengoceh panjang lebar tentang curamnya jurang yang mereka lalui, terkadang mengeluh capek karena medan yang terus menanjak. Terkadang teman-temannya menyahuti kicauannya, dan sai yang menanggapinya dengan ledekan dan perkataannya yang tak pernah dia saring sebelumnya, dan berakhir dengan percekcokan antara mereka berdua. Shika dengan malas memisahkannya.
Sasuke yang berada didekat naruto rasanya ingin menyumpal mulut cerewet lelaki itu. Rasanya sangat menyebalkan, kalian bayangkan saja dari mulai mereka berangkat hingga kini mereka sudah setengah jalan, pemuda tengil itu tidak juga berhenti berkicau. Dan ini sudah lebih dari dua jam mereka mendaki.
“diamlah dobe, rasanya aku ingin menyumpal mulut bodohmu itu dengan batu besar disana”, sasuke menunjuk pada batu yang sangat besar yang terletak beberapa meter dengan tempat mereka. Ia bersumpah jika naruto tidak bisa diam, dia tidak akan segan-segan menyumpalkan batu itu padanya. *seperti kau kuat saja.
“yak kau jahat sekali teme, aku ini temanmu”, seru naruto kesal, “lagi pula kalau aku tidak berisik bukankah akan membosankan, seharusnya kau bersyukur brengsek”,
“idiot”, sai menambahkan perkataan sasuke
“KA-hmmp”,
naruto hendak menyahuti mereka berdua jika saja shikamaru tidak membekap mulutnya, “mendokusainaa, kau berisik sekali, cepat jalan, atau aku akan mendukung sasuke untuk menyumpal mulut besarmu itu, jika kau tetap mengoceh kita akan sampai dipuncak tengah malam”,
Dia menyeret naruto untuk melanjutkan perjalanan mereka
Mereka melanjutkan perjalanannya, perjalanan mereka memakan waktu hingga lebih dari setengah hari, mereka sampai dipuncak saat matahari hampir tenggelam. Mereka takjub melihat matahari yang tegelincir turun melalui cela gunung,
“waow, bukankah itu terlihat mengagumkan”, naruto mengalungkan lengannya pada bahu sasuke, berhubung sasuke masih menikmati sunset dipuncak gunung kali ini, dia tidak memperdulikan tangan naruto yang lancang merangkulnya.Dia masih menatap takjub dengan panorama yang tersaji didepan matanya, dia bersumpah ini adalah salah satu hal yang paling menakjubkan yang pernah dilihatnya.
Bukan hanya sasuke yang dirangkul oleh naruto, sai pun ikut dirangkulnya, mereka berlima saling berangkulan menikmati suasana sunset mereka, mengagumi maha karya tuhan tiada tara. Dada mereka sesak mengagumi maha karya tuhan tiada tara.
Mereka puas, akhirnya pendakian mereka tidak sia-sia, semua terbayar lunas dengan panorama dihadapan mereka. Semua larut dalam pemikiran yang sama.
.
.
.
.
.
.
Sepertinya mereka terlalu cepat bersyukur, lihatlah keadaan mereka sekarang. Mereka menggigil kedinginan.
Malam dipuncak gunung sungguh sangat tidak menyenangkan, dikarenakan udaranya yang benar-benar dibawah nol derajat, plus tekanan atmosfir yang sangat terasa disini membuat mereka terkadang merasa sesak napas. Walaupun semua itu sepadan dengan pemandangan yang tersuguh didepan mata, bahkan mereka bisa dengan jelas melihat taburan bintang dilangit layaknya berjuta berlian yang menunggu untuk dipetik. Tak jarang juga mereka melihat beberapa bintang jatuh diatas langit sana. Menebak berbagai rasi bintang yang mereka kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's say in Love ????
FanfictionSasuke harus menelan pil pahit karena ulah teman-temannya. Dia tidak bisa lari dari hukuman yang dijatuhkan oleh teman-temannya kepadanya. Dia diharuskan tidur dengan seorang gadis pilihan teman-temannya. Gadis yang tidak pernah dikenalnya Gadis si...