Sakura berlarian pagi-pagi buta, kedua tangannya menenteng setumpuk koran yang harus dia antarkan kerumah-rumah penduduk sekitar.
Peluh keringat didahinya tidak dia hiraukan, bibirnya mengulas senyum tipis untuk menyemangati dirinya. Dia tidak mau mengeluh dengan segala beban hidup yang harus dia pikul.
Hidupnya sangatlah sulit, masa remajanya harus dia korbankan untuk bertahan hidup ditengah kesulitan yang terasa mencekiknya. Bersekolah ditempat yang sangat jauh dari rumahnya, menyebabkan dia harus berjauhan dari neneknya, satu-satunya keluarga yang dia punya demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Memaksanya untuk menjadikan dirinya gadis yang kuat, senyum kecilnya terlihat iklas tanpa adanya keluhan. dia percaya, semua pasti akan membuahkan hasil yang manis nantinya.
Kakinya terus dia pacu untuk berlari ditengah hawa dingin yang terasa menusuk. Dia mengabaikannya, dia mengantarkan seluruh koran-koran itu dari satu tempat ketempat lain.
"Sakura-chan", seorang wanita paruh baya menyapanya didepan sebuah rumah yang akan dia antar koran.
Sakura tersenyum, "ohayo bibi anko", sapanya ramah, dia menyerahkan sebuah koran untuknya, "ini koran pagi untukmu bibi".
Anko menerima dengan senang hati, dia menyerahkan sebuah bungkusan pada Sakura, "ini untukmu, aku tahu kau pasti belum sarapan kan",
Sakura menerima bungkusan itu, hatinya tersentuh dengan perhatian kecil dari anko yang berarti begitu besar untuknya, "terima kasih bibi, kau sangat baik padaku", matanya terasa memanas.
Anko mengusap lengan atas Sakura, "sudah jangan dipikirkan Sakura, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri, melihatmu berlari-lari dipagi hari dengan perut kosong membuatku tidak tega, apa lagi setelah ini kau harus bersekolah kan",
Sakura mengangguk kecil, "um, kalau begitu terima kasih sekali lagi bibi, aku pamit pergi", Sakura memungguk kecil, lalu berlalu pergi.
.
.
.
.
Sakura berangkat sekolah lima menit sebelum gerbang ditutup. Dia menghempaskan tubuhnya ditempat duduknya dikelas.
"ohayo, jidat", sapa yamanaka muda padanya.
"ohayo pig", jawab Sakura sambil menetralkan napasnya.
"aku kasihan sekali padamu karena harus menyaksikanmu kelelahan seperti ini setiap pagi. Apa kau tidak bisa mendapatkan pekerjaan lainnya jidat", tanya Ino yang masih memperhatikan Sakura, lihat saja keringat yang membasahi seragam Sakura dibeberapa tempat.
Sakura hanya tersenyum, dia menggeleng kecil, "setidaknya pekerjaanku ini tidak mengganggu sekolahku pig, buktinya aku tidak pernah terlambat masuk kan",
"yeah, hanya nyaris dan hampir", sindir Ino padanya.
Sakura terkekeh kecil, "sudahlah, hey kau sudah mengerjakan tugas dari iruka sensei?", raut wajah Ino langsung berubah kaku, " Kutebak pasti belum",
Ino nyengir, "hehehe, pinjam bukumu Sakura-chan", Ino mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya.
Sakura mendesah kecil, dia sudah menduganya, dia mengeluarkan bukunya dan menyerahkan pada Ino.
Ino menerimanya dengan raut wajah sumringah, "terima kasih jidat, hehehe, aku janji akan mengerjakan tugasku sendiri lain kali",
"kemarin kau juga berkata begitu padaku", cibir Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's say in Love ????
FanfictionSasuke harus menelan pil pahit karena ulah teman-temannya. Dia tidak bisa lari dari hukuman yang dijatuhkan oleh teman-temannya kepadanya. Dia diharuskan tidur dengan seorang gadis pilihan teman-temannya. Gadis yang tidak pernah dikenalnya Gadis si...