Part 20

6K 505 25
                                    


Hubungan Sai dan Sakura semakin dekat semenjak obrolan mereka ditaman. Sai yang mengungkapkan kejujurannya menyatakan dengan jelas bahwa dirinya tertarik dengan Sakura, dan dia mengatakan jika dirinya menyukai Sakura. ingat, baru sebatas suka. Entah kedepannya akan menjadi apa.

Sakura yang mendengar perkataan Sai, awalnya menolak dengan tegas bahwa dia tidak ingin terlibat apapun dengan Sai. Hatinya masih tertutup oleh bayang-bayang masa lalu yang masih sering hinggap dalam ingatannya, hingga membekaskan luka. Tapi Sai bersikeras untuk tetap ingin dekat dengan Sakura. dia tidak perduli bagaimana Sakura dulu, tidak perduli jika gadis itu mengatakan jika dirinya sudah tidak pantas untuknya. dia mengatakan jika dirinya sudah kotor atau apapun itu. Setidaknya pria itu ingin menjadi temannya terlebih dahulu. Dia menginginkan sebuah ikatan dengan Sakura, meskipun itu hanya sebatas pertemanan.

Melihat kesungguhan Sai membuat hati Sakura luruh. Dia mengangguk menyetujuinya. Mulai saat itulah mereka mulai dekat. Hampir setiap hari pria itu akan mampir kerumah sakit menjenguk Sakura, membawakan bunga, cemilan maupun buah-buahan untuk Sakura. terkadang dia akan mengantar Sakura untuk jalan-jalan ditaman belakang sambil mengobrolkan keseharian mereka. Pria itu dengan senang hati menemani Sakura kemanapun. Jika Sakura sedang tidak ingin kemana-mana, Sai akan duduk di kursi dekat ranjang Sakura. dia akan duduk disana seraya memandangi Sakura hingga si empunya kesal dan menggeplak Sai gemas.

"pulang sana", Sakura selalu mengusir Sai jika pemuda itu sudah mulai bertingkah mengesalkan. Sai akan tertawa melihat raut wajah jengkel Sakura, karena dia berpikir jika wajah itu bertambah cute dan manis secara bersamaan. Dia merasa dirinya sudah mulai gila. Harusnya dia ikut dirawat juga dirumah sakit.

"apa kau tidak bekerja hah?",

Sai mengangkat sebelah alisnya, "kenapa kau bertanya begitu?",

"ck, sebal sekali jika aku harus melihatmu setiap hari",

"tapi aku tidak akan bisa tenang jika belum melihat wajahmu setiap hari hime",

BLUSS

Njiiir, rasanya ada letupan-letupan kecil yang bermuara didasar perut Sakura, merambat keatas hingga kehatinya. (*sweet banget sih bang). Pipi Sakura sampai merona manis karena ucapan Sai.

Tiba-tiba pintu kamar Sakura dibuka oleh seseorang.

"woy setan, ngapain dateng lagi?! balik sono", Deidara yang melihat Sai sudah duduk anteng disebelah Sakura langsung maju menarik Sai berdiri dari tempat duduknya.

"lah, tante sendiri ngapain disini", Sakura ngakak mendengar Sai tetap memanggil Deidara dengan sebutan tante. Dulu saat pertama kali Sai bertemu dengan Deidara, pria itu mengira jika Deidara adalah seorang transgender karena tampilan Deidara yang Sai anggap sudah seperti waria. Wanita bukan, pria juga masih diragukan, jadi untuk cari amannya dia memanggil Dei tante saja. eh dia malah kena semprot karena memanggil Deidara tante. Deidara langsung mencak-mencak ingin menggampar mulut Sai, "belum pernah digampar sampe neraka ya?",

Sai cengar-cengir saja melihat Deidara yang hendak memukulnya saat itu, Sai memang diam, tapi Ino yang kerepotan menenangkan kakaknya,

" gimana pengurusan kepulangan Sakura, sudah seleSai?", tanya Ino baru saja masuk kedalam ruangan, terlihat olehnya kakaknya dan Sai sudah sampai duluan darinya. Maklum hari ini Ino ada mata kuliah yang dosennya ganteng, jadi mubadzir kalau disia-siakan. Ya Kali aja jampi-jampi Ino berfaedah disini. 'namanya juga usaha'.

(Back to story)

"Aa, sudah semua. Kau sudah membereskan barang-barang Sakura-chan kan?", Ino mengangguk.

Let's say in Love ????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang