Pagi itu di sebuah rumah sederhana, Drisa tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pelepasan siswa/siswi 28 di gedung Binara, yang jaraknya hanya 15 menit dari rumah Drisa jika menggunakan kendaraan pribadi.
Drisa terlihat sangat manis, ia menggunakan kebaya modern berwarna merah muda dengan kain dan selendang berwarna senada, memakai wedges berwarna putih setinggi 7cm, rambut di biarkan tergerai rapi dengan poni nya yang sangat menggemaskan.
Tidak lupa dengan sentuhan make up natural karya sang kakak perempuannya.Drisa berjalan dengan anggunnya menuju teras depan kediamannya.
"Ibu.. ayo dooong, nanti telat" teriak Drisa tidak sabar sembari merapikan poni nya.
"Iya.. iya.. Sa, sabar bentar lagi selesai" jawab ibu Drisa dengan suara tidak kalah keras dari sang anak.
"Ibu-ibu lama banget sih" gumam Drisa mengecek jam tangan yang di pakainya.
Tidak lama kemudian
"Yuk Sa"
"Drisa cantik ga bu?" Tanya Drisa mengerlingan matanya centil
"Cantik.. mau ketemu siapa sih?" Goda ibu Drisa yang memicingkan matanya
"Ko ketemu siapa? Orang mau ke acara sekolah woooo"
⚛⚛⚛
Sesampainya di gedung tersebut, Drisa memberikan kartu undangannya pada petugas yang duduk di balik meja tamu di samping pintu masuk.
"Untuk orangtua di sebelah kiri dan untuk murid di sebelah kanan, sudah di atur sesuai kelas nya ya" petugas itu memberikan informasi dan menujuk tempat duduk yang di maksud.
"Terimakasih mba" ucap Drisa tersenyum, setelah memasuki gedung, Drisa berpisah dengan ibu nya. Ia melihat sudah padat nya keadaan gedung itu dengan para orangtua, panitia, guru-guru dan dan siswa/siswi 28.
Drisa meneliti satu persatu barisan kelas pada kursi itu lalu mencari keberadaan teman-teman sekelasnya.
"Ahhh disana" gumam Drisa
"Saaaa" Shinta melambaikan tangannya agar Drisa segera menghampirinya.
Drisa melangkahkan kakinya dengan anggun, menuju kursi yang di tunjuk oleh Shinta.
"Ini udah gue tempatin khusus buat lo"
"Thanks Shin" ucap Drisa terkekeh.
Cek.. 1..2..3.. tes
Suara microfon mulai terdengar, suasana riuh pun mulai hening karna peringatan sang MC.
"Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua. Bapak kepala sekolah dan bapak wakil kepala sekolah yang saya hormati, bapak/ibu guru dan staff tata usaha yang saya hormati, orangtua wali murid yang saya hormati, serta seluruh siswa/siswi yang sekolah ini banggakan.."
Setelah menyampaikan kata sambutan, mc pun membacakan susunan acara dengan jelas.
Lalu.. kepala sekolah, perwakilan guru dan pewakilan salah satu murid yang terpilih memberikan pidato singkat yang membuat seisi gedung dengan cermat mendengarkan dan memperhatikannya.
"Acara selanjutnya adalah pemberian simbolis untuk siswa/siswi berprestasi di bidang akademik maupun non akademik yang akan diberikan sebuah oleh Bapak Kepala Sekolah" suara mc pun terdengar, setelah menyebutkan beberapa nama pada masing-masing kelas, tiba saatnya mc menyebutkan siswa/siswi berprestasi di bidang akademik pada kelas Drisa.
"Muhammad Rizky Putra"
"Drisa Anastasya"
Dan..
"Liliana Lestari"
Terdengar suara tepuk tangan yang meriah memenuhi gedung itu.
"Dimohon kepada tiga nama yang di sebutkan untuk naik ke atas panggung"
Drisa masih belum percaya, jika namanya di sebutkan oleh mc. Ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri dan tiba-tiba..
"Woy Sa.. sana naik ih malah bengong" Shinta mengguncang pelan bahu Drisa
"Ah iya" Drisa bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju panggung dengan perasaan gugup bercampur bahagia, dari atas panggung ia melihat ke arah ibunya yang sedang tersenyum penuh haru sembari mengacungkan ibu jarinya pada Drisa dari kejauhan, Drisa mengangguk lalu tersenyum haru. Ia juga melihat ke arah Dimas dan teman-temannya yang masih memasang wajah seolah tidak percaya Drisa berada di atas sana dan juga Drisa melihat berpasang-pasang mata para siswi yang melihat Drisa dengan tatapan tidak suka.
"Ibu.. Drisa berhasil! Alhamdulillah, Ini buat ibu sama ayah" batin Drisa
Drisa menerima sebuah piagam penghargaan untuk siswi berprestasi pada bidang akademik, dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya serta ucapan rasa syukur yang ia panjatkan kepada Allah swt.
Drisa kembali melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang semula ia tempati.
Ia melihat Dimas dan beberapa anggota Alaska berdiri dari kursi nya lalu menghampiri Drisa."Wah, gue ga nyangka lo pinter Sa" kata Alwi tersenyum manis yang mengakibatkan matanya semakin minim
"Iya, seorang Drisa yang pernah bandel sama kita ternyata siswi berprestasi" timpal Rino terkekeh
Drisa hanya tersenyum mendengar penuturan kedua anggota Alaska itu.
Lalu tanpa di duga tiba-tiba Satya bangkit dari kursinya dan menghampiri Drisa lalu memberikan selamat pada Drisa dengan tersenyum
"Selamat ya Sa, maaf kalau gue ada salah" kata Satya yang terlihat tulus"Thanks Sat" Drisa mengangguk kemudian tersenyum, ia pun bingung bagaimana harus bersikap pada Satya setelah apa yang sudah terjadi.
Dimas ikut tersenyum lalu membuka suara
"Selamat ya tuan putri, aku bangga" ucap Dimas "dan kamu cantik" bisik Dimas yang membuat Drisa salah tingkah karna dari deretan kursi orangtua wali murid terlihat sang ibu tengah memperhatikannya dengan seksama, lalu Drisa memberikan senyuman yang memperlihatkan deretan gigi nya pada sang ibu."Andai aja lo Damar, udah pasti kebahagiaan gue makin bertambah dan harusnya yang tersenyum bangga saat ini tuh Damar bukan lo Dimas. Damar lo dimana?" Batin Drisa
⚛⚛⚛
"Menjadikan orang lain sebagai pelampisan atau pelarian itu ga enak!"
"Berdamai dengan orang yang pernah membuat kita sakit mungkin itu cara terbaik, meskipun sulit melupakan apa yang pernah ia lakukan terhadap kita"
"Tutup telingamu jika banyak kata-kata yang membuat kamu tersakiti, balas lah dengan prestasi yang telah kita raih"
~ Drisa Anastasya
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMAR (Drisa&Damar) {COMPLETED}
Genç KurguBerawal dari Taruhan Damar diharuskan mencari pacar dalam waktu 30 hari, jika tidak ia harus menjalankan sanksi selama 30 hari juga. karna bagi Damar gengsi diatas segalanya terpaksa Damar menyetujui ide gila teman-temannya. Akankah berhasil? Drisa...