"Rio! Bantuin gue." Tiba-tiba Ify masuk ke dalam kamar sambil menenteng sebuah buku dan mendekati Rio yang sibuk bermain game di ponselnya.
"Buat?"
"Minggu depan kita UN, Rio. Lo mah enak udah pintar. Nah gue? Jadi bantuin gue, yah. Emangnya lo mau punya bini bego?" cerocos Ify panjang.
"Ya udah, di mana?"
"Di sana aja yah." Ify menarik Rio untuk ke meja belajar yang terdapat di dalam kamarnya.
"Tapi gak gratis." Rio tersenyum jahil sambil melirik Ify. Ify yang tau maksud Rio, mendengus.
"Dasar mesum!"
"Apa? Gue belum ngomong-ngomong apa kok," kata Rio pura-pura tak merasa bersalah.
"Gue tau, Rio. Gue bisa baca pikiran kotor lo itu. Ternyata selain pintar, lo omes juga, yah," kata Ify dan sengaja menoyor-noyor kepala Rio.
"Apa yang lo gak tau?" Rio mulai menunjukkan ekspresi serius
"Ini." Ify menunjukkan rumus-rumus Fisika yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling.
"Lo bodoh banget, yah, sama fisika?" Ify mendelik mendengar perkataan Rio yang terdengar mengejek.
"Kagak! Cuma gue gak bisa. Makanya gue pengen belajar biar bisa."
"Sama aja."
"Bedalah," sahut Ify tidak mau kalah.
"Yo, gue mau nanya boleh gak?" tanya Ify tiba-tiba menjadi serius.
"Apa?"
"Kapan sih Upin-Ipin masuk SMA? Nobita nikah sama Sisuka? Tayo pensiun jadi Bis? Doraemon suka sama tikus? Tobot berubah jadi polisi tidur?" tanya Ify bertubi-tubi dan bisa dipastikan tak ada satu pun pertanyaan Ify yang masuk akal.
Rio cuma melongo mendengar sederet kalimat yang meluncur dari mulut Ify.
"Ify! Sampe Ivan Gunawan jadi langsing, tuh khayalan gak bakal jadi terjadi,"gemes Rio.
"Kenapa? Kan asik tuh kalo kejadian."
Rio menghela napas. Beginilah kalau Ify kumat. "Mau belajar gak? Kalo gak, gue tidur duluan nih?" ancam Rio.
"Eh, eh, iya! Gue mau belajar." Ify segera membuka buku fisikanya sebelum Rio tak jadi mengajarinya.
Rio mulai mengajari Ify belajar. Ify sibuk memperhatikkan apa-apa saja yang diterangkan Rio.
Satu jam berlalu, Rio dan Ify masih belajar. Namun, tampaknya kedua insan itu sudah dilanda kantuk.
"Udah, 'kan? Gue udah ngantuk."
"Hm, oke. Btw, makasih, Yo," ucap Ify tulus. Rio membalasnya dengan senyuman tipis.
Cup!
"Hadiah manis dari gue. Good night, Rio." Rio terkejut karena tiba-tiba Ify mencium bibirnya secepat kilat lalu berlari ke ranjangnya.
***
Satu minggu kemudian....
Kini saatnya mereka harus menghadapi UN. Mereka harus berperang dingin dengan kemampuan otak mereka. Menghadapi rumus-rumus yang berputar-putar di kepala.Saat ini, Rify, Cagni, Shiel, dan Alvia sedang berada di kantin. Mereka harus mengistirahatkan otak mereka sejenak.
"Alvin! Ntar kita nonton drakor, yah." Via tiba-tiba mengajak Alvin.
"Belajar, Via!"
Via kontan mengerecut bibirnya. Belajar mulu, bosan juga kali.
"Yah, tapi bentar doang, yah? yah, yah, please.... Ayo dong Alvin." Via tak langsung menyerah. Ia lalu merengek-rengek sambil menarik seragam Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)