40. Bahaya sesungguhnya

1.5K 145 10
                                    

Semenjak hari itu, Rio selalu bermain dengan Debby sementara Vano selalu bersama Ify. Namun, tiba-tiba Ify mendatangi Debby.

"Kamu nggak akan ketemu Rio lagi!" marah Ify dan mendorong dan membentur Debby ke dinding. Seketika Debby tak sadarkan diri.

***

Pria di dalam rumah itu dan sempat memarahi Ify, membawa jasad Vano keluar. Menembus kerumunan orang-orang yang sudah gila itu. Kemudian ia meletakkan Vano di dalam mobil dan melajukan mobilnya ke salah satu rumah sakit. Hatinya dilanda kecemasan yang mencekam.

 Sesampainya di sana, ia langsung meminta pertolongan medis untuk menangani Vano, yah itu adalah Gabriel. Gabriell membawa Vano ke dokter kepercayaannya, dokter Yuan.

 Selang beberapa menit, keempatnya masih di periksa bersama-sama. Semuanya dalam masa kritis dan mencemaskan. Sampai dokter Yuan mengatakan sesuatu.

"Maaf Lord Gabriel, istri bapak dan putra bapak tidak bisa di selamatkan. Kami hanya bisa menyelamatkan putri Bapak," kata dokter Yuan.

Gabriel membeku. Seolah dirinya tengah disambar petir di siang bolong.

"ARGH!" Gabriel mengerang frustasi. Sungguh ia tidak pernah menyangka akan ditinggalkan secepat ini oleh keluarganya.

***

Setelah dari rumah sakit, jasad Vano, Rio, dan Zahra dibawa ke rumah termasuk Agni. Gadis kecil itu masih tidak sadarkan diri.

Gabriel memandangi raga Zahra, Vano, dan Rio terbaring di kasur yang sengaja diletakkan oleh Gabriel. Entah apa yang dilakukan Gabriel, ia hanya terdiam melamun dengan tatapan lurus ke depan.

"Apa kau sedih?" tanya seseorang.

Gabriel tersentak dalam lamunannya dan menoleh. Didapatinya sesosok yang amat di kenalnya.

"Ayah?" kaget Gabriell.

"Sungguh malang nasib cucuku ... ah, ayah kalian ini memang tidak becus menjaga kalian."

Gabriel tertunduk sedih. Rasa sakit itu makin menikam ke dalam dada karena perkataan ayahnya sendiri.

"Ambil ini!"

Gabriel mendongak. Sion, ayahnya menyodorkan sebuah belati yang sangat cantik berwarna silver.

"Untuk apa?" tanya Gabriel.

"Kamu tidak akan kehilangan semuanya, pilihlah salah satu antara Vano dan Rio yang akan kamu hidupi!" kata Sion.

Gabriel menerimanya dengan ragu. Antara Rio dan Vano? Sesungguhnya ia ingin semuanya dapat hidup kembali.

"Mereka masih punya tugas untuk menjaga gadis kecil itu," lanjut sion.

Gabriel tak berkomentar. Ia melihat Sion mulai duduk di lantai sambil mngucapkan sesuatu.

"Letakkan belati itu di sini!" Gabriel menuruti dan meletakkan belati itu di depan sion.

"Siapa yang kamu pilih?" tanya Sion.

Gabriel bungkam. Sangat sulit untuk memilih salah satu dari mereka.

"Akan ada dua jiwa di satu raga," lanjut.

"Aku memilih untuk menghidupi Vano saja. Dia yang mengenal gadis itu," kata Gabriell sedikit berat.

"Tapi Rio sudah bertemu dengan other side- nya bukan? aku rasa,Rio lebih baik dihidupkan."

"Kenapa begitu?"

"Aku tidak punya waktu untuk mengobrol," kata Sion dingin. Ia kembali merapalkan sebuah manra apaan itu.

Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang