"Caranya ceritakan semua apa yang selama ini kamu alami dan apa yang selama ini kamu pendam."
Ucapan Rio berhasil membekukan Ify. Bagaimana bisa ia menceritakan semua? Ia sedikit ragu saat ini.
"Haruskah?"Ify memastikan. Rio mengangguk dan membuat Ify menggigit bibir bawahnya.
Untuk pertama kalinya ia melihat Ify segugup ini.
"Aku terpaksa." Jawaban singkat itu belum bisa memuaskan untuk Rio. Terpaksa apa maksudnya?
Ify akhirnya memutuskan untuk duduk karena posisi mereka saat ini memang sedang berdiri. Rio pun ikut serta duduk.
"Aku punya masa lalu yang kelam. Saat umurku lima tahun, aku mengadakan sebuah pesta." Bayangan masa lalu mulai muncul di benaknya. "Waktu itu aku tidak tau apa-apa. Aku punya sahabat namanya Vano, jiwa yang sedang bersemayam di tubuh kamu."
"Sebelumnya aku mendengarkan nada kecemasan di suara bunda. Karena belum tau apa-apa, aku tidak mempedulikannya yang penting pesta ulang tahunku berlangsung."
Rio menyimak dengan serius setiap kata yang meluncur di mulut Ify.
"Awalnya pestaku berjalan sempurna, tapi aku mulai merasa janggal. Aku bisa menebak hadiah apa yang Vano kasih dan saat aku memandangi sebuah gelas, mendadak gelas itu pecah. Aku bingung tapi aku berusaha untuk menghilangkan pikiran aneh itu."
"Tak lama setelah itu, pestaku berubah menjadi kacau. Orang-orang berubah menjadi zombie dan saling membunuh. Aku menyaksikan orang tuaku dan Vano terbunuh oleh seseorang. Aku tak bisa melihat siapa orang itu. Dia bilang dia hampir membunuh putranya dan ia hanya sebagai perantara." Ify mendesah berat. Bayangan itu terus mencuat dalam pikiran Ify.
"Aku tidak tau harus apa. Aku memilih kabur dari sana. Sampai akhirnya aku bertemu dg Debby. Awalnya aku takut karena aku mengira Debby itu setan tapi akhirnya aku terbiasa. Dia menawarkanku tempat tinggal. Setelah itu aku tau, kalau dia hanya roh yang kehilangan raganya. Dia tidak pernah merasakan proses kematian. Beberapa hari setelahnya, aku hanya mengurung diri sambil mendekap boneka pemberian Vano terakhir kalinya."
Lagi-lagi Ify teringat masa kecilnya yang sangat mirip. Dulu, ia hanya mampu menangis tanpa suara.
"Tiba-tiba Debby membawaku ke sekolahan. Namanya SMA Grabel. Debby menyuruhku membuka mataku. Aku tak berani tapi ia berjanji setelah ini, aku boleh menutup mataku selamanya. Aku membuat orang-orang saling membunuh. Semakin banyak darah yang menetes, semakin membuatku kembali segar. Setelah itu, kami kembali dan aku tak pernah lagi kemana-mana sampai sepuluh tahun lamanya. Meski aku sering keluar untuk 'sarapan', tapi aku setengah sadar setengah tidak."
Rio mengernyit. Sepertinya ada yang janggal.
"Eh, tunggu dulu! Maaf, aku memotong sebentar. Apa kamu bilang? Setengah sadar setengah tidak? Maksudnya?"
"Transisi. Aku punya other side dan aku hanya bisa berkomunikasi dengannya lewat cermin. Dia lebih suka di panggil Xia daripada Ify. Saat aku membunuh, ia lebih sering mengambil alih tubuhku makanya aku sedikit asing dengan orang-orang yang kutemui saat pembunuhan. Tapi terkadang juga tidak."
"Berarti waktu itu aku ngomong sama siapa? Kamu apa Xia?" Rio teringat dimana ia nekat membuntuti Ify di saat hujan deras.
"Itu aku hehehe .... Aku tidak tau siapa saja korbanku dan aku sama sekali tidak tau saat tubuhku di ambil alih oleh Xia. Dia licik, dia membencimu Rio."
Kening Rio spontan berkerut. Benci? Mengapa?
"Sejak awal, ia sangat membencimu berbeda denganku yang begitu penasaran dengan kalian. Aku mencium aroma yang khas dari kalian, makhluk immortal. Apalagi saat aku melihat cahaya di dahimu, bertambah pula kepenasaranku. Aku yakin kalian bisa membantuku. Tapi aku salah, aku membuat kalian terjebak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)