11. Fall in love?

3.7K 225 9
                                    

Pagi-pagi Ify sudah dikejutkan dengan kedatangan Rio yang entah sejak kapan berada di luar pagar dengan kuda besinya.

"Rio? Lo ngapain di sini?" tanya Ify sambil menghampiri Rio.

Rio yang awalnya sibuk mengagumi dirinya di cermin langsung terkesiap dan menoleh ke arah Ify.

"Jemput lolah," jawab Rio santai.

Kedua alis Ify menyatu. "Jemput gue?Tumben."

"Gak tau. Pengen aja."

"Ya udah." Ify langsung menaiki motor Rio dan memeluk pinggang Rio. Rio nampaknya cukup kaget dengan tindakan Ify yang mendadak. Beberapa saat ia terdiam.

"Yo, ayo cepat jalan! Entar kita telat lho," kata Ify menyadarkan Rio dari lamunanya.
Rio dengan segera menjalankan kuda besinya dan melaju ke sekolah.

***

Sesampai di sekolah, Ify langsung turun dari motor Rio dan tepat saat itu Agni dan Cakka beriringan masuk ke parkiran.

"Yes! Gue yang menang!" sorak Agni bahagia karena berhasil mendahului Cakka.

"Ya udah lo maunya apa?" Cakka menghela napas pasrah.

"Kalian ngapain sih?  Bikin orang kaget aja." Ify menggerutu sebal karena memang ia sedikit jantungan akibat aksi dari Cakka dan Agni yang tiba-tiba menyalip motor mereka dengan kecepatan tinggi.

"Balapanlah. Nah, si curit cicak ini kalah, Fy," kata Agni setengah mengejek.

"Karna lo kalah, ayo traktir gue sampe malam nanti." Agni berujar semangat sambil membayangkan betapa enaknya makanan gratis.

"Ini mah namanya meres," gumam Cakka sambil menyusul Agni yang mulai berjalan di depannya.

"Saudara lo pandai banget nyembunyiin masalahnya," bisik Ify ke Rio.

"Ya gue harap ada kemajuan sih dalam hubungan mereka." Rio menatap punggung Cakka dan Agni yang mulai menjauh dengan tatapan ... entahlah.

"Kalo kita?" balas Ify sambil merangkul Rio. Rio spontan menolah dan terlihat cukup kaget dengan ucapan Ify.

Cup!

"Love you...." bisik Ify tersenyum lalu meninggalkan Rio yang mematung dengan perkataan Ify.

Apa ... Ify mencintainya?

Sadar dirinya ditinggal, Rio segera menyusul Ify yang mulai menjauh.

***

Via sedang menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal. Pasalnya bis yang membawanya ke sekolah belum juga lewat padahal biasanya jam segini bis tersebut sudah melewati halte.

"Ish ... mana sih bisnya? Gue, kan, mau ke sekolah. Entar kalo telat gimana? Pasti gue kena hukuman sama Pak Jono yang galaknya minta ampun. Enggak enggak enggak! Tapi bisnya mana? Bis mana bis mana ... bis mana dimana ... di kuburan!" Via menggerutu sambil bersenandung. Hatinya mulai gelisah sedangkan matanya tak henti-henti melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

"Via?"

"Aaaa!" Via berjengit kaget karena seseorang tiba-tiba berada di sampingnya. Seseorang itu adalah Alvin. Entah sejak kapan Alvin di sana.

"Alvin? Sejak kapan lo di sini? Kok gue gak tau?" tanya Via sambil mengelus dadanya.

"Sejak lo ngebeo," jawab Alvin seadanya.

"What? ah ... jatuh dah pamor gue di depan Alvin," batin Via malu.

"Ikut gue aja!" ajak Alvin.

Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang