"Hai!"Langkah Cakka terhenti. Sesosok wanita tengah berdiri dihadapannya sambil tersenyum begitu manis. Yah, manis, tetapi psychopath.
"Ada apa?" tanya Cakka datar.
"Lo nggak kangen sama gue?" tanya Dea memperlihatkan senyumannya.
Cakka menghela sebentar. "Kangen sama seorang psychopath? Kayaknya nggak," ujar Cakka tenang.
Dea mengulum senyumannya. Baginya Cakka justru tampak lucu saat ini. "Bisa bicara sebentar? Gue nggak mau ada yang liat kita di sini."
"Maaf, gue nggak ada waktu." Cakka ingin berlalu meninggalkan Dea, tetapi segera Dea menahan lengan Cakka membuat Cakka mau tak mau harus berhenti.
"Mau lo apa sih?" Suara Cakka naik satu oktaf.
"Gue mau lo. Gue serius dengan ucapan gue waktu itu," ucap Dea sungguh-sungguh.
"Lo bisa nggak sih berhenti gangguin gue?!" Cakka mulai emosi. Sebenarnya apa mau gadis ini? Mengapa ia mengganggu Cakka?
"Nggak! Sebelum lo kembali sama gue. Gue masih sayang sama lo, Kka."
Cakka menyinis mendengar penuturan Dea. Baginya semua omongan Dea hanyalah omong kosong semata.
"Maaf, gue udah ada Agni dan sebentar lagi gue bakal jadi ayah. Jadi, jangan ganggu gue lagi!" tegas Cakka.
Namun, bukan Dea namanya kalau keinginanya belum terpenuhi ia akan menyerah.
"Lo bukan Cakka yang gue kenal," desis Dea menahan amarah.
Cakka menyinis mendengar perkataan Dea. "Sejak kapan gue kenal lo? Gue nggak pernah tuh kenal sama cewek yang namanya DEA!"
"Gue ini Ta–" Cakka memotong perkataan Dea dengan sorot mata yang tajam.
"Lo bukan Tasya! Tasya yang gue kenal itu baik bukan seseorang yang menyalahkan takdir. Minggir!"
Setelah mengatakan itu, Cakka langsung melenggang pergi sebelum emosinya makin meledak. Bahkan pria itu sengaja menabrak bahu Dea.
"Gue pastikan lo kembali di sisi gue!" Dea menghilang setelah mengatakan itu.
Tanpa disadari Cakka dan Dea, Shilla melihat dari kejauhan. Bahkan Shilla mendengar semua percakapan Dea dan Cakka. Kaget? Itulah yang dirasakan gadis ini. Obrolan Dea dan Cakka seperti saling mengenal dan Shilla bisa merasakan ada keterikatan antara Dea dan Cakka.
"Cakka ...." Shilla bergumam lirih.Ia segera pergi dari sana. Tujuannya satu. Ia ingin mengatakan ke Agni apa yang dilihatnya.
***
Agni sedang memakan makanan yang sengaja ia bawa dari rumah. Alasannya sih biar lebih higienis. Namun, Shilla tiba-tiba datang dengan langkah tergesa-gesa.
"Kenapa lo?" tanya Agni.
Shilla yang merasa kelelahan duduk di depan Agni. Semenjak kehamilannya yang kian membesar, Shilla merasa mudah kelelahan.
"Cakka sama Dea!"
Agni terdiam. Tiga kata yang meluncur dari mulut Shilla berhasil membuat aktivitasnya berhenti seketika. Agni mendesah sebentar dan menatap Shilla.
"Oh."
Shilla mengernyit bingung dengan respon Agni. "Cuma oh? Lo nggak cemburu?" bingung Shilla.
Agni kembali terdiam. Jika di bilang cemburu, tentu saja Agni cemburu. Namun, ada satu hal yang membuatnya tidak bisa meluapkan rasa cemburunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)