43. Perperangan sengit

1.5K 134 10
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gabriell membantu Shilla yang terodorong oleh bu Ella. Bu Ella terlihat seperti predator yang melihat mangsanya.

" Lo?!" Gabriell tak bisa melanjutkan ucapannya. Amarahanya seketika naik ke ubun-ubunnya. Jika ramalan itu benar, akan ada pertumpahan darah besar-besaran pada purnama yang ke tujuh.

" Hai, Adikku tersayang! Kamu semakin cantik saja. Hmmm, sudah berapa tahun yah kita tidak bertemu? Sepuluh tahun atau mungkin lebih? kupikir kau sudah mati."

Gabrielseakan terdiam di tempat dengan kemarahan yang mengelilinginya.

Bu Ella perlahan mendekati Shilla demgan senyuman manisnya yang terkesan sinis dan sadis.

" Aku sangat merindukanmu, Rashilla, adikku yang paling bodoh." Bu Ella mencengkram dagu Shilla kuat.

" Ke--ke ... Keke," ucap Shilla terbata.

Yah, bu Ella a.k.a Keke. Kakak kandung Shilla yang dulu gemar menyiksanya bersama ibunya. Itu terjadi sepuluh tahun yag lalu dan itu masih melekat kuat dalam ingatan Shilla. Mungkin jika tidak ada keluarga Alvin yang menyelamatkannya, Shilla sudah lama mendekam di bawah tanah.

 Sementara Gabriel menahan emosinya sambil mengepalkan kedua tangannya. Hanya satu yang ada di kepalanya. Gabriel menundukkan kepalanya gusar.

"Inikah waktunya?"

***

 Agni menelan ludahnya kasar. Pemandangan di depan matanya serasa mengerikan bagi Agni. Semuanya terlihat saling mengejar, membunuh, dan memakan sesama mereka seperti zombie. Benar-benar mengerikan.

"Kka, aku takut. Mereka terlihat mengerikan," lirih Agni di samping Cakka. Berbeda dengan yang lain, Cakka terlihat tenang dan diam.

" Cakka! kamu masih di sini?." seseorang mendekati Agni dan Cakka. Agni membulatkan mulutnya melihat siapa yang datang kepada mereka.

"Dea?!" kaget Agni. Iya, seseorang yang menghampiri mereka adalah Dea. Sementara Dea hanya tersenyum miring dan terlihat meremehkan.

"Lo kaget?" tanya Dea dengan senyum sinisnya.

"Lo ngapain di sini? Ini bukan tempat lo," kata Agni. Dea mendesis sinis.

"Bukan tempat gue? Yang benar itu bukan tempat gue tapi lo. Bangsat!" bentak Dea.

"Tasya ...," lirih Agni pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Dea.

" Tesya siapa yang lo maksud? gue? Hell! gue Dea bukan Tasya! Tasya yang lo kenal itu udah mati. "Dea menatap tajam Agni. Agni terlihat gusar.

"Sya, lo ke–"

"Apa?! Jangan pernah campurin urusan gue lagi. Gue bakal balas sama apa yang lo lakuin dan gue selalu menunggu saat-saat seperti ini. "Dea menatap ke arah Cakka dengan pandangan penuh arti. Agni menatap Cakka bingung. Dia tidak mengerti apa maksud perkataan Dea.

"Ayo, Kka. Katanya kamu udah kangenkan? ayok!" Agni membelalakan matanya saat Dea dengan santainya mengamit lengan Cakka. Kalian tau apa reaksinya? Cakka hanya diam dengan tatapan kosong.

" Sya, lo mau bawa Cakka kemana?" tanya Agni panik. Dea menatap ke arah Agni dengan sinis.

"Lo nggak usah tau. Minggir!" Agni terpaku saat Dea menarik Cakka untuk mengikutinya. Cakka tak bereaksi dan itu membuat Agni semakin bingung.

"Tasya! lo bawa Cakka kemana?! Tasya! Cakka!" Agni berusaha mengejar langkah Dea dan Cakka tetapi baru beberapa langkah Agni sudah terjatuh.

"Arghh!" erang Agni sambil memegang perutnya yang serasa saat. Agni menatap nanar ke arah Cakka dan Tasya yang berjalan jauh dan semakin memghilang di balik kegelapan.

Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang