Rio menatap ke sekelilingnya. Rio mulai merasa bingung dan bertanya-tanya di mana sekarang ia berada. Tidak ada kehidupan di sini. Sejauh pandangan Rio hanya kabut putih yang mengelilingnya. Semuanya serba puth bahkan pakaian Rio pun berwarna putih.
"Jangan-jangan gue udah mati? Hi!" Rio bergidik sendiri menanggapi pemikirannya.
Rio mulai berjalan tanpa tau arah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Semuanya kosong, tetapi tiba-tiba Rio melihat seseorang berdiri sambil melambaikan tangannya. Rio menyipitkan matanya menajamkan pandangannya.
"MAMA ... VANO ...!" Rio langsung berlari saat mengetahui siapa seseorang itu. Rio langsung berhambur ke pelukan sang mama dan saudaranya.
"Rio kangen kalian," kata Rio pelan di pelukan Zahra–mamanya.
"Mama juga kangen sama kalian. Anak mama udah besar, yah?" canda Zahra melepaskan pelukannya.
"Ma, bagaimana Rio bisa di sini?jangan-jangan Rio udah mati yah?kasian Papa sama Agni dong. Eh, Ifynya juga gimana? Masa nanti anak Rio nggak ada bapaknya."
Zahra tersenyum melihat kecerewetan anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa.
"Kamu belum mati, Sayang. Tugas kamu masih banyak," jelas Zahra tersenyum.
Melihat senyuman Zahra, seolah rasa rindu di hati Rio terobati.
"Terus, kenapa Rio ada di sini? Apa Rio lagi mimpi?" tanya Rio masih diselimuti kebingungan.
"Mama sama Vano mau ajak Rio jalan-jalan. Rio udah lama, kan, enggak jalan-jalan sama mama?" kata Zahra lembut. Senyuman di wajahnya masih bertahan.
"Mau dong. Ya udah, kita kemana?" Rio menyetujui dengan antusias.
"Ikut mama, yuk!" Tanpa pikir panjang, Rio menurut.
Mereka mulai berjalan bersama menembus kabut putih itu. Tanpa sadar, Rio memasuki dimensi lain terlalu jauh.
***
Rio, Zahra, dan Vano berhenti di sebuah rumah. Tentu saja Rio mengetahui rumah siapa ini. Rumah ini adalah rumah mereka dulu atau rumah yang sekarang di huni oleh Gabriel dan Shilla.
Di sana, terlihat seorang wanita tersenyum bahagia melihat tiga bayi mungil berhasil ia lahirkan walaupun ia merenggang nyawanya sekalipun.
"Kita menamakannya siapa, Sayang?" tanya Zahra. Wanita yang tengah berbaring itu menatap Gabriel.
"Aku sudah mencari nama yang bagus untuk mereka. Namanya Rionald Haling, Ragnissya, dan Radevano," kata Gabriell.
"Nama yang bagus. Jadi, ini Rio, Agni, sama Vano." Zahra mencium pipi anaknya gemas.
"Sayang, aku punya firasat tentang Rio!" Zahra menatap Gabriell serius. "Seperti ramalan, akan ada pernikahan saudara beberapa tahun kemudian," ujar Gabriel serius.
"Maksudnya?"
"Entahlah, aku bahkan tidak mengerti dengan semuanya. Aku hanya berharap semuanya berjalan dengan normal."
"Semoga."
Rio, Zahra, dan Vano melihat semuanya layaknya menonton film di bioskop.
"Pernikahan saudara?maksudnya?" gumam Rio bingung.
"Simpan pertanyaan kamu dulu, Sayang. Semua akan terjawab di sini. Jadi, saat kamu membuka mata kamu tahu bahaya apa yang akan kamu hadapi," ujar Zahra dan mendadak mereka pindah tempat.
Sama halnya di rumah Gabriel dan Zahra, di rumah Angel ia baru saja melahirkan seorang bayi perempuan. Namun, seseorang terlihat berbicara serius dengan Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)