.
.
.
.
.
.
.
Sesosok wanita tengah melamun. Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Bibir dan mata kian memerah, wajah tampak makin memutih dan pucat, dan tubuh yang mulai dingin."IFY!"
Ify menoleh ke arah pintu.Dilihatnya Via, Shilla, dan Agni menghampirinya.
Ya, wanita itu adalah Ify. Dirinya terlihat lemah saat ini hanya saja jika dipikir secara logika, Ify terlihat baik-baik saja. Muka yang terlihat pucat, bibir merah merekah namun terkesan kering, kedua bola matanya bergerak tak tau arah, dan tubuh yang mulai lemah.
"Fy, lo kambuh? Gue panggil Rio yah!" Agni menyadari keanehan pada diri Ify.
Ify menghela napas. Ia tau teman-temannya tau kondisi saatnya ini. Ini bukanlah pertama kalinya Ify mengalami kondisi seperti ini. Mungkin sudah berulang kali.Itu terjadi saat tubuhnya kekurangan cairan tubuh seperti dehidrasi. Namun, bukan karena ia tak cukup minum air putih, ia hanya kekurangan darah. Ah, keadaan Ify saat ini sulit di jelaskan secara logis.
"Nggak usah! Rio lagi otw ke sini kok," tolak Ify. Tatapannya menatap ke arah pintu kelas. Menunggu pangeran untuk menyelamatkannya.
"IFY!"
Ify tersenyum saat melihat Rio berlari ke arahnya. Namun, senyuman itu perlahan mengendur. Kedua bola matanya bergerak tidak tau arah dan ....
BRUK!
Ify ambruk tepat pada saat Rio ada di hadapannya.
"Ya ampun ... tubuhnya dingin banget." Rio langsung membopong tubuh Ify. Dapat Rio rasakan dinginnya tubuh Ify saat ini.
"kalian di sini aja! Biar gue aja yang ke ruangan itu," ucap Rio sebelum membawa Ify keluar dari kelas.
Mereka mengangguk menyetujui. Mereka berharap tidak akan terjadi sesuatu.
***
Rio meletakkan Ify di ruangan yang bertuliskan 'Raify's room'. Suatu kehormatan bagi Ify. Seolah tau dengan kondisi Ify, ketua yayasan sekolah ini menyediakan ruangan ini khusus untuk Ify. Segitu diseganinya kah seorang Ify?
Rio memasangkan infus di tangan Ify. Rio tau akan seperti ini. Maka dari itu sebelumnya Rio sempat mencari target seseorang.
Rio mendekatkan wajahnya. Merasakan hembusan napas hangat Ify mengenai wajahnya. Rio menempelkan bibirnya dan spontan Ify membalasnya begitu agresif. Rio sempat meringis saat Ify menancapkan taringnya di bibir Rio dan menyedot semua darah yang di simpan Rio.
Rio melepaskan ciumannya. Tubuhnya kembali normal dan tidak sedingin tadi. Rio juga melihat Ify perlahan membuka matanya.
"Aku kangen Debby."
Rio menatap Ify dengan alis bertautan. Tumben sekali Ify berkata seperti itu. Memang akhir-akhir ini Debby tidak menampakkan dirinya.
"Aku tidak mau bertengkar dengan Debby. Aku sayang sama dia. Dia adalah keluarga aku satu-satunya."
Tiba-tiba Rio terisak. Rio kelimpungan saat Ify tiba-tiba menangis. Hey, kenapa gadis ini?,pikir Rio.
"Aku benci diriku, Yo. Aku nggak mau bertengkar dengan Debby, tapi aku di luar kendali. A--ku ... aku jahat sama dia." Ify makin mengeraskan suara tangisannya.
Rio yang bingung hanya memeluk Ify. Mencoba menenangkan Ify saat ini.
"Yo, kamu mau tidak berjanji?" Ify menatap Rio dengan serius.
"Berjanji untuk apa?"
"Kalau misalnya aku nggak bisa dampingin kamu lagi, kamu harus janji jaga anak kita. Carikan mereka untuk menggantikanku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasíaSeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)