8. Mata Raify

4.3K 263 7
                                    

Mereka semua sama-sama terdiam memikirkan semua yang diucapkan Ify tadi. Pembunuh? Apa benar Ify seorang pembunuh? Lalu apa maksudnya untuk mempertahankan hidup?

"Ify ngebunuh buat apa sih?" tanya Via bingung.

"Bertahan hidup maksudnya apa tuh?"

"Apa hubungannya coba dengan kejadian sepuluh tahun yang lalu pembunuhan berantai itu?"

"Ini yang dari awal gue bingung, kill me heal me! maksudnya?"

"Misterius."

Gabriel terdiam mendengar semua komentar teman-temannya, kecuali Rio. Pria itu sama terdiamnya dengan Rio.

Gabriel mencoba menggabungkan semua pertanyaan yang dilontarkan temannya, tetapi tetap saja itu sulit.

"Pembunuh, darah, pembunuhan berantai, cahaya, dan ... bahaya?" Rio menggumamkan kata-kata yang sekiranya terdengar mengherankan.

Rio teringat akan Ify. Ia penasaran apa yang dilakuan gadis itu dalam keadaan hujan sepeeti ini. Ia lalu bangkit dari duduknya bermaksud ingin menyusul Ify.

"Lo mau kemana?" tanya Cakka melihat Rio berdiri.

"Nyusul Ify."

"Ntar Ify marah lho, Yo, bisa dibunuh lo nanti." Cakka berujar dengan sedikit menakut-nakuti Rio.

"Gak akan, Kka, kayaknya Ify gak mungkin deh ngebunuh pangeran tampan kayak gue," narsis Rio kemudian berlalu keluar dari rumah Ify.

"Hm ... tinggal kita aja nih,"Shilla memandang temannya satu persatu.

"Ke kamar aja, yuk! Tidur!" Via langsung menarik sohib-sohibnya ke kamar yang waktu itu mereka tiduri.

Gabriel, Cakka, dan Alvin hanya mendesah berat di tempat duduknya. Raut wajah mereka mengisyarat jika saat ini mereka sedikit bingung dan juga pusing.

***

Hari ini Jakarta lagi-lagi diguyur air hujan. Tampak mobil Rio melesat membelah jalanan ibu kota. Ia terus melajukan mobilnya meski ia tidak tau kemana arahnya karena ia memang tidak tau jejak Ify.

Mobil Rio akhirnya berhenti di dekat gang. Rio keluar dari mobilnya sambil berlari sedikit tergesa-gesa. Rio tak peduli kalau ia kehujanan. Yang penting kepenasarannya harus tuntas!

Langkahnya terhenti. Ia bersembunyi dibalik gang. Rio mengintip sedikit di ujung netrnya. Mata Rio kini benar-benar melihat pemandangan yang biasa ia lihat, tetapi dia tak menyangka dengan sosok pelaku tersebut.

Tampak seorang gadis membunuh seorang pria paruh baya yang kelihatannya habis mabuk-mabukan. Terbukti dari botol yang tergeletak di terletak di pinggiran jalan tepatnya di samping tubuh pria parug baya tersebut. Botol itu adalah botol bir.

Gadis itu menghirup aroma dari sesuatu yang berwarna merah, kental, dan juga amis. Darah! Lidahnya perlahan menyapu pisaunya, berniat tak ingin meninggalkan noda setitik pun sampai kembali bersih dan mengkilap.

Rio meneguk salivanya susah saat gadis itu menatap ke arah tempatnya berdiri. Sepertiny gadis itu menyadari kedatangannya.

"Mampus!" gumam Rio ke dirinya sendiri sambil membalikkan tubuhnya dan menempel sempurna di dinding gang dengan deru napas yang mulai bertempo cepat.

Rio mengintip sedikit dan gadis itu sudah tidak ada lagi. Hanya pria yang sudah tak bernyawa tergeletak di jalan.

Belum sempat Rio menoleh, ia terpaksa menahan napasnya saat ia merasakan benda dingin menyentuh lehernya. Rio meneguk ludahnya kasar.

Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang