Malam harinya Ify memutuskan untuk membuat sesuatu untuk sahabatnya. Tak mungkin anak orang tak dikasih makan. Ify juga bingung karena Debby tak menemuinya hari ini.
"Debby mana, yah? Tumben gak muncul kayak dedemit ciluk ba," dumel ify sambil mengaduk masakannya.
"BAAAA!"
Ify terpelonjak kaget karena Debby tiba-tiba datang dan mengagetinya. Tuhkan apa Ify bilang kalau Debby ini tuh dedemit ciluk ba. Emangnya Ify anak kecil yang langsung ketawa sampai cegukan, nah ini cuma pasang muka datar.
"Dedemit ciluk ba balik lagi," gumam Ify santai.
"Ify! Gue gak suka yah lo panggil gue dedemit cilukba! Lagian gue itu bukan dedemit, Ify." Debby cemberut dengan tampang merajuk.
"Dedemit gak tau diri!" ledek Ify lagi. Debby mendengkus karena sifat Ify yang menyebalkan.
"Serah lo deh, Fy," pasrah Debby kemudian duduk di sofa Ify.
"Lo bawa orang lain ke rumah lo, 'kan, Fy,?" Debby bertanya sambil menatap Ify yang serius menuangkan masakannya ke piring.
"Udah tau kenapa masih nanya." Debby meringis mendapat jawaban dari Ify. Tidak ada lembutnya sama sekali
"Lo sewot banget sih, Fy. Gue cuma nanya doang kali. Udah, ah, gue mau pergi sebelum teman lo teriak ngeliat gue." Sekejap mata Debby hilang dari pandangan Ify.
Ify tak heran lagi dengan Debby yang suka menghilang. Toh, memang kebiasaannya yang suka hilang tiba-tiba lalu muncul dadakan. Jadi jangan bilang Ify lebay kalau Ify menjuluki Debby dengan sebutan 'dedemit ciluk ba'.
***
Ify menaruh masakannya di meja. Tak perlu memanggil temannya karena teman-temanya udah turun duluan. Sepertinya aroma masakan Ify menguar begitu tajam hingga memasuki indera penciuman mereka.
"Wih ... kayaknya lezat nih? Buat gue semua, yah, Fy?" kata Via yang langsung mengambil duduk.
"Kebiasaan nih anak. Jaga body woy!" celetuk Shilla. Via tak mengindahkannya lalu mereka mulai memakan masakan Ify begitu pun Ify.
***
Rio, Cakka, Alvin, dan Gabriell menginap di rumah Cakka. Memang dari kecil Cakka dan Via takut di tinggal sendiri. Ada suatu kejadian yang membuat ia dan Via tak mau tinggal sendiri.
"Woy! Gue mau cerita nih."kata Alvin.
"Gak usah pake izin segala! Biasanya nyelonong aee," ujar Cakka sambil memakan camilannya
"Hari ini gue ngerasa aneh."
"Aneh? lo ngeliat kucing bertelur yah?" pertanyaan tak masuk akal meluncur bebas dari mulut Cakka dengan tampang polosnya.
"Ya kali kucing bertelur. Mau kiamat apa?" sahut Gabriel gemas melihat kelakuan Cakka.
"Ya Alvin kan Bilang aneh."
"Bukan begitu, Cakka. Nih yah, hari ini gue kayak dengar suara melebihi kapasitas manusia," kata Alvin yakin. Semuanya mengernyit bingung.
"Maksud lo?"
"Oh yang tadi yah, Vin. Lo kayak denger suara hati orang, 'kan?" tanya Rio sambil mengingat kejadian di sekolah tadi.
"SUMPAH, VIN?" teriak Cakka lebay dan seketika mendapat toyoran sana sini. Nasib punya teman sableng.
"Gak tereak juga denger kali, Kka. Ya kali masa gue bohong."
"Tapi gue gak percaya." Mereka kompak menatap ke arah Iel kecuali Rio yang seolah mencibir ke arah Iel.
"Kenapa?"
"Karena gak mungkin."
"Tapi ini nyata lho."
"Tapi gue beneran gak percaya. Mungkin lo cuma halusinasi doang." Gabriel tetap kekeh dengan pendiriannya.
"Tapi kenapa tebakan gue bener denger suara hati Rio? Gak meleset lagi dan kata-katanya juga sama persis."
Gabriel terdiam. Ah, Gabriel tetap tidak percaya dengan perkataan Alvin. Mana ada orang bisa gitu.
"Serah lo, deh! Pokoknya gue gak percaya ama yang gituan. udah, gue mau tidur." Gabriel langsung merebahkn diri dan menutup matanya memilih mengabaikan perkataan Alvin yang menurut tidak logis.
"Eh, ikut gue yuk ngeliat sesuatu!" ajak Rio tiba-tiba.
"Ngeliat apa, Yo? Kartun Upin ipin apa Tayo?" Rio menatap Cakka datar sementara yang di tatap cuma cengengesan doang.
"Hehehe ... peace, Yo. Becanda gue," kata Cakka sambil nyengir.
Rio mengabaikan ucapan ngawur dari Cakka. Jemarinya mulai menari di atas keyboard laptopnya.
"Liat nih!" Rio menunjukkan salah satu blog dengan judul '10 kemampuan indigo'.
Mereka saling menatap dan mengerutkan dahinya bingung. Mengapa Rio menunjukkan itu kepada mereka?
"Maksud lo gue indigo gitu?"
"Bukan lo aja tapi gue juga. Tadi gue gak sengaja ngeliat masa lalunya Ify." Rio berujar santai meski mendadak terbesit rasa bersalah karena sudah lancang melihat masa lalu kelam Ify.
"Eh, beneran, Yo? Lo liat Ify ngapain waktu kecil? Maling mangga tetangga? Kecebur di got? Ngekhayal jadi princess atau apa?" tanya Cakka bertubi-tubi dan dipastikan semua tebakan Cakka meleset jauh.
"Eum … kurang jelas," ucap Rio sedikit berbohong. Ia tak mau Ify marah hanya karena ia membuka privasy Ify. Tadi saja sudah sangat marah begitu walaupun Rio juga tidak tahu dengan jelas kronologis ceritanya.
Ngung....ngung....
Ah, nyamuk menyebalkan. Memang keadaan di luar agak mendung mungkin juga sebentar lagi hujan akan turun.
Plaaaakkk!!!
Cakka menepuk sebuah nyamuk menggunakan tangannya. Namun, sesuatu yang aneh seketika terjadi. Alvin dan Rio diam bahkan nyamuk seolah terhenti berterbangan. Cakka juga melirik jam di dinding yang berhenti berdetak. Cakka bingung tingkat derajat.
"Yo, Vin, kalian kenapa?" tanya Cakka bingung sambil menepuk pundak kedua sahabatnya, tetapi tak ada respons.
"Kok diem? mau latihan teater jadi patung lo berdua?" Cakka semakin bingung.
"Ini juga. Jam rumah gue rusak yah? Duh, berasa gue tuh sampe gak mampu beli baterai jam." kebingungan Cakka bertambah saat melihat jam di rumahnya berhenti. Apa jamnya kehabisan baterai?, pikir Cakka.
"Eh, ini ada apaan sih?" Cakka mengacak rambutnya frustrasi. Ia semakin bingung dan berusaha berpikir keras.
Aneh. Dunia seakan berhenti. Apa yang harus Cakka lakukan? Mengapa mendadak seperti ini?
Tiba-tiba Cakka teringat sesuatu. Ia memutuskan kembali melakukan apa yang ia lakukan pada Nyamuk menyebalkan ini.
Plaaaakkk!
Jeng jeng jeng! Keadaan kembali normal. Jamnya yang udah kayak sakratul maut berdetak kembali, Rio kembali memainkan laptopnya seolah tak terjadi apa-apa.
Hei, apa yang baru saja ia lakukan? Mengapa saat ia menepuk tangannya dunia seolah berhenti.
"Woy, Kka! Lo ngapa diem aja? ke sambet setan pendiem lo?" tanya Alvin heran melihat Cakka tiba-tiba terdiam.
"Gak. gue kepikiran sesuatu," kata Cakka.
"Apaan? Lo mikir kalo lo yang ngeberhentiin waktu di dunia ini yah?" tebak Alvin dan ... Good! Tebakan Alvin sangat tepat sasaran. Ah, ternyata bener Alvin bisa membaca pikiran orang atau mendengar suara hatinya.
"Eh, lo becanda kira-kira dong, Vin? Mana bisa Cakka kayak gitu. Nih yah, kalo pun Cakka Indigo, mana ada kemampuan begitu." Rio menunjukkan beberapa macam kemampuan indigo yang ia dapat dari beragam situs.
Di sana tidak ada tertulis dengan apa yang barusan Alvin sebutkan.
Aneh
***
Publish 6 Februari 2018
Revisi 03 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)