Suara monitor terdengar memenuhi setiap sudut ruangan. Hening, sepi, dan sunyilah yang tercipta saat itu. Masih terngiang di pikiran Rio bagaimana ia melakukan tindakan itu. Membuat batinnya berperang satu sama lain.
Rio hanya mampu menatap wajah teduh Ify. Mata indahnya terpejam dan aura yang mencekamkan seketika berubah menjadi menyedihkan.
Rio kembali ingat dengan kejadian hari itu. Ia harus menancapkan belati itu ke tubuh Ify agar Xia terlepas dari jiwanya dan perginya Debby.
***
"Apa kau pikir aku akan kalah dengan iblis seperti kau?!" geram Debby meski sekujur tubuhnya terasa sakit.BRAK!!
"Argh! bahkan kau menyerangku tanpa menungguku siap. Dasar pengecut!"
BRAK!!!
Rio hanya bisa menahan napas melihat Ify melempar Debby hanya lewat tatapan matanya dan ternyata Debby juga mempunyai tatapan yang menyeramkan. Mereka saling membanting dan menyerang. Rio merasakan aura semakin mencekam.
Rio memejamkan matanya. Merasakan sesuatu di genggamnya yang entah datang darimana. Rio kembali berpikir tindakan apa yang harus ia lakukan.
"Help me! please, kill me."
Rio merasakan ada bisikan aneh. Entahlah suara siapa itu. Apakah suara ify? Mana mungkin. Dia tengah berperang.
"Help me, please!"
"Help me!"
"Kill me!"
"ARGH!!" Rio mengerang frustrasi. Kepalanya terasa sakit dengan suara aneh-aneh itu.
DUAAAARRRRRR!!!
Rio tersentak kaget dan matanya langsung mencari sumber suara ledakan. Mata Rio membelalak kaget melihat Debby tersungkur dengan bersimbah dan Ify yang sepertinya siap-siap menghempaskannya. Auranya terlihat antusias membunuh Debby agar ia abadi.
"Selamat tinggal, Saudaraku!"
JLEP!!!
"ARGHHH!!!" Debby terkejut melihat kehadiran Rio yang tiba-tiba sudah menancapkan sebuah belati ke punggung Ify.
"ARGGGHHHHHHH!!!" Ify berteriak nyaring dan sesuatu seperti terdorong keluar. Tubuh Ify ambruk bersimbah darah, tetapi sesuatu yang mirip seperti Ify perlahan seperti terbakar. Ia kepanasan lalu beberapa saat ia menghilang. Benar-benar menghilang.
"Terima kasih, Rio!" setelah mengatakan itu, tubuh Debby ambruk. Dunia seolah berhenti bagi Rio dan raganya ikut terjatuh di antara ratusan jasad bergelimpangan.
***
Di sinilah Rio. Ia sudah sembuh berbeda dengan Ify. Ia masih melakukan transplantasi kejiwaan. Di mana dua akan menjadi satu. Ranjang Ify dan Debby bersampingan dan semuanya sama-sama hening.
"Rio ...." Rio menoleh mendapati Debby terbangun, tetapi ia menggunakan mindlink. Mungkin ia belum mampu berbicara.
"Terima kasih, Rio. Kamu melakukan pilihan yang tepat. Aku mencintaimu dan kuharap setelah kepergianku, kamu tetap bersamanya. Jati diriku sebenarnya. Selamat tinggal!" Rio tercekat. Mata itu ... mata itu kembali tertutup dan menghela napas panjang. Perlahan Debby menghilang dan sesuatu seperti cahaya memasuki raga Ify.
Rio bungkam. Sama sekali tidak bisa menanggapi keadaan. Debby pergi. Yah, dia pergi dan Rio tidak akan pernah bertemu dengannya. Rio memgalihkan tatapannya ke Ify. Matanya yang berwarna kemerahan lenyap seketika.
" Rio?"
"Welcomeback to new world."
Ify terdiam. Dia mengedarkan pandangannya ke segela penjuru. Dia menatap Rio kemudian dirinya sendiri.
"Aku tidak ingat apapun,"ujar Ify lirih.
"Akanku ceritakan."
"Di mana teman-teman?"
"Mereka ... mereka akan ke sini. Hari ini mereka semua udah di perbolehkan membawa anak mereka masing-masing."
"Anak? apakah kami melahirkan?" Ify sedikit terpekik. Rio hanya tersenyum.
"Di mana mereka? Aku ingin melihatnya. Please, bawa aku! aku tidak menyangka aku masih bernapas saat mereka datang ke dunia." Ify tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya bahkan ia lupa bahwa ia baru sadar dari komanya.
Dengan senang hati, Rio membawanya menuju para bayi di letakkan. Ify terlihat antusias menatap dari balik kaca. Menunggu para suster itu membawanya keluar. Ify begitu senang di beri kesempatan menggendong salah satu di antara ke lima bayi itu.
"Kenapa matanya ...." Ify menatap Rio dengan tatapan bertanya.
"Aku tidak tahu. Bukankah Xia sudah musnah?"
"Xia memang musnah, tetapi kemampuan yang di turunkan Xia akan berpindah ke salah satu anak kita. Jagalah dia! Karena dia istimewa." Ify terdiam merasakan ada suara halusinasi di pikirannya.
"Debby ..."
"Fy, kamu enggak papakan?"
"Enggak papa kok. Mungkin Xia pergi, tapi kemampuannya turun ke dia. Siapa yah nama yang cocok itu mereka?"gumam Ify.
"Menurutmu apa?"
"IFY!!!" Ify terkejut mendengar suara cempreng dari teman-temannya. Ia melihat Via, Shilla, dan Agni datang.
Mereka membawa pengawal wanita yang menggendong para baby satu persatu.
"Akhirnya kamu sadar juga,Fy!"
"Masih ingat tidak dengan janji kita?" Mereka semua menatap ke arah Via dengan tersenyum.
"The power of alfabetis."
"So? Siapa nama baby cantik yang kau gendong ini?"
"Ara, Almuktia Graviella Texia."
Ify tersenyum kemudian kembali menatap kedua bola mata buah hatinya. Dia begitu menyayanginya dan Ify berjanji tidak akan membuat mata itu seperti neraka untuk anaknya. Tidak akan!
Ify bersyukur takdir berkata lain. Ia masih di beri kesempatan bernapas di saat ia memyandang status sebagai ibu. Ify berharap setelah ini hidupnya damai tentram tanpa harus terlibat teka-teki kehidupan. Satu yang ia harapkan, bahagia. Meski Debby tidak di sini, tapi mereka satu dan mereka tidak akan terpisahkan lagi.
*
ENDAkhirnya cerita ini bisa selesai direvisi setelah sekian lama. Butuh niat dan kesabaran yang cukup untuk membenahi kehancuran tulisan ini yang ... ah, gitu deh! Awal-awal jelas masih malas banget. Udah mabok duluan apalagi jumlah kata perbab itu banyak-banyak, tapi berusaha tegar.
Ada yang tidak sreg dengan endingnya? Maaf, yah. Awalnya aku juga sempat bingung ada apa dengan endingnya. Malah rasanya kayak lupa gitu. Jadi maaf kalau mengecewakan.
Terima kasih buat kalian yang senantiasa meluangkan waktu membaca cerita pertamaku yang masih tidak jelas plotnya.
Publish 09 November 2018
Revisi 22 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Misterius Girl of Dead Eye (Revisi)
FantasySeorang gadis memiliki kemampuan yang jarang dimiliki orang lain berusaha mencari identitasnya. Sepuluh tahun bersembunyi akhirnya Ify membawa banyak misteri dan teka-teki baru di dalam kehidupannya yang baru bersama teman-temannya. (Tamat)