Part 10

3.2K 212 2
                                    

Disekolah Prilly masih saja diam, padahal kejadiannya sudah kemarin. Dia juga sudah ceria waktu itu. Entah kenapa makan dikantin dengan memandang wajah murung Prilly membuatku ingin memakan Prilly saja.

"Udah, gausah jadi Artis aja"
Prilly yang dari tadi murung lansung membanting padangan padaku. Aku pura pura saja makan, walaupun mungkin dia merasa kalau daritadi aku melihatnya.

"Gak segampang itu"
Jawab Prilly kembali mengaduk jus tomanya, lihat dia sampai tak makan hanya untuk profesi sialan itu.

"Gue nanti perform pertama kali di cafe gitu. Mau nonton gak?"
Tanyaku basa basi, ternyata respon Prilly diluar dugaan dia tersenyum.

"Mewakili apa nih?"

"Nggak, gue kerja. Kemaren sempet nanya gitu. Mereka butuh pemain drum gak ternyata butuh. Yaudah gue terima"

"Wah selamat! Gue pasti nonton. Jam berapa?"

"Jam 4 an gitu"
Kataku sambil sesekali melahap bakso yang hampir habis.

"Okedeh. Nanti gue kesana abis selesaiin urusan. Cuman bentar doang kok"
Aku mengangguk.

Aku dan Prilly kembali diam, dia juga nampak memperhatikan daerah sekitarnya. Aku tidak tahu dia mencari siapa yang penting dia menemani aku makan aja. Tiba tiba wajahnya terlihat sangat bersemangat. Aku tidak tahu dia melihat apa namun dengan cepat dia menyenggol tanganku.

"Ali. Itu qila jalan kesini. Gue harus pergi gak?"
Aku menggeleng tak sama sekali melihat pandangan Prilly.

"Gausah sini aja"
Aku kembali memakan bakso sambil menanti qila datang kesini. Siapa tau kalau prilly hanya bohong padaku kan?

"Hai, boleh gabung?"
Aku melihat kearah prilly tanpa melihat kearah qila.

"Boleh banget kok kak"
Prilly membalas senyum qila sedangkan aku hanya diam sambil menghabiskan kuah bakso terenak ini.

"Kalian dari mana aja kemarin?"
Tanya qila basa basi tapi aku hanya diam saja. Prilly yang jengkel langsung menendang kakiku, dia memberikan instruksi untuk membalas perkataan qila.

"Dari mall"
Jawabku seadanya membuat prilly kembali dongkol.

"Oh ya? Kok kamu gak angkat telpon aku sama sekali li?"
Prilly mulai seperti merasa bersalah. Dia akan berdiri pergi, namun aku menahannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa bikin prilly merasa gak enak. Tidak!

"Gak semua hal yang gue lakuin gue laporin ke elo kan? Kalo elo mau cari cowok yang 24jam mantengin handphone mending loe cari yang lain. Karna gue nggak ada waktu untuk itu"
Prilly hanya melongo. Aku lansung berjalan kearah prilly dan menyeretnya untuk pergi dari tempat yang diduduki oleh qila. Aku bahkan rela meninggalkan kuah bakso terenak untuk itu.

Prilly yang diam saja saat kugandeng untuk keluar dari kawasan kantin. Ini tidak jadi pandangan asing, karna aku sama prilly sudah terkenal mesra disekolah. Walaupun mereka tau kalau prilly dan aku sama sama digosipkan dekat dengan yang lain. Tapi ini tidak masalah bukan? Aki hanya mengandeng tangan sahabatku. Langkahku terus berjalan sampai tiba di sebuah ruangan dekat dengan UKS yaitu ruang musik. Aku tidak tau kenapa sekolah meletakkan disini, dekat dengan tempat orang istirahat. Walaupun ini ruangan kedap suara tapi kan tetap saja.
Yasudah itu urusan sekolah.

Aku baru melepaskan tangan prilly dan memasuki ruangan itu. Aku mempersiapkan diri untuk memainkan drum yang sudah disediakan sekolah. Ruangan ini memang dikunci namun aku tak kalah pintar untuk menduplikat nya.
Prilly membiarkan aku bermain drum dengan penuh emosi, prilly hanya duduk dan diam tanpa terganggu. Sebenarnya bukan qila yang membuatku gila, tapi dia. Prilly. Aku tidak bisa melihat wanita yang dekat denganku selalu menyakiti prilly itu juga menyakiti ku ternyata.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang