Part 4

3.9K 195 1
                                    

"Paling bisa emang nyusahin temen" kuletakan kasar tahu gejrot yang tadi dipesan Prilly. Bukan, bukan pekerjaan ku menjadi kurir tapi sahabatku yang amat kusayangi ini merengek bahkan menangis memohon padaku dibelikan tahu gejrot saat itu juga.

Keadaan pun tidak mulus, aku juga harus berhujan hujan ria mencari tahu terlaknat ini. Aku melepaskan helm beserta jas hujanku saat aku sudah sampai di backstage tempatnya bekerja.
Dengan keadaan rambut di roll handphone di tangan juga kertas yang seperti buku paket tebalnya itu adalah skenario yang harus dia baca. Kadang aku berfikir kenapa dia masih bertahan dengan nilai bagus kalau tiap hari menghafal itu? Emang disitu ada rumus juga?

"Ahhh makasihhh" melihat kedatanganku dia langsung memanggil asisten nya untuk mengambil piring property.
Selesai melepas semua aku mengambil kursi yang tak jauh dari sana lalu duduk disebelah Prilly dan menghadapnya.

"Gak pulang?"
Apa dia bilang. Kenapa aku menyayangi wanita sejahat ini Tuhan. Aku memasang wajah kaget lalu mengambil helmku.

"Oh okay aku pulang"

"Ihhh becanda doang" katanya sambil tertawa lalu menarikku kembali duduk. Wajahku tetap datar menatapnya tertawa. Padahal ini adalah part kesukaanku dari Prilly senyumnya.

"Cari dimana tadi?" Tanyanya sambil menuangkan tahu gejrot kedalam piring yang sudah dibawakan asistennya.

"Ada dijalan mau kesini"
Jawabku singkat.

"Ihh resekk jadi sok jual mahal"
Katanya sambil tertawa dan memakan tahu gejrotnya.

"Ihh kok gak pedes" katanya sambil melihat kearahku diiringi wajah merengek andalannya.

"Terus?"

"Kan gue pesen yang pedes banget"

"Loe mau mati besok?"
Kataku dihadiahi pukulan naskah yang tadi berada dipangkuan nya.

"Iya ini mana kerasa"

"Udah cabe 3 aja cukup. Kurang pedes lihat cabe cabean tuh, banyak disini kebetulan" Ralat. Yang aku maksudkan wanita wanita yang juga artis maybe. Berpakaian minim membuat mata perih. Betulkan kataku?

"Perih mah itu bukan pedes"
Dia tertawa masih sambil menghabiskan tahu gejrotnya.

"Tadi nongkrong sampai jam berapa?"

"Jam 7 udah balik"

"Sekarang jam 8"

"Ya elo nggak lihat gue pake seragam?"
Kataku sambil menatap nya kejam, sungguh aku gemas melihat tingkah nya yang sengaja menggodaku terus.

"Haha. Iya yaa.. duhh baik banget sih kesayangan akuh" Lalu mencubit pipiku sekilas.
Aku dan Prilly larut dalam obrolan sederhana yang mungkin berbau perdebatan karna memang kita tidak pernah bisa untuk berdamai.

"Pril siap? 10menit lagi ya"
Kata seorang yang kuyakini kru film ini memanggil Prilly lalu pergi. Asisten Prilly dengan sigap melepas rol dikepala Prilly dan dia melihat kearah kaca sambil membenarkan make up natural nya.

"Cantik belom gue?"

"Cantik. Mirip istri shrek"

"Resek" pukulnya kepundakku lagi.

"Mau lihat gak?"

"Boleh?"

"Bolehlah. Kayak baru pertama loe kesini nemenin aja. Yukkk"
Prilly menarik tanganku paksa hingga aku mengikuti nya ke latar tempat yang digunakan untuk syuting. Sambil berjalan kearah latar itu aku melihat sekeliling banyak orang sibuk ternyata.

Kukira selama syuting hanya satu latar saja. Tapi semua latar dipakai secara bersamaan, benar juga sih biar cepat selesai.
Setelah sampai latar Prilly duduk di seat artis yang sudah disediakan asistennya sambil membaca sedikit dialog yang ada di buku tadi. Aku yang berada disitu bersendekap saja dibelakang Prilly.

"Clear belom pril?" Tanya seorang pemain lain, yang belom aku kenal sama sekali bahkan tiba tiba duduk dekat dengan Prilly.

"Gue cuman nggak paham sama adegan ini sih. Mau dibikin gimana?" Tanya Prilly memberikan buku tebal itu kepada lelaki itu. Melihat nya saja membuatku panas, tau gini aku mengikuti saran Prilly untuk pulang tadi.
Aku hanya diam sambil menatap arah lain untuk menghindari hal yang tidak tidak seperti melakukan serangan mendadak mungkin?

"Eh iya. Max kenalin, ini sahabat aku ali. Li, kenalin patner kerja aku Maxime"
Aku menjabat tangannya dengan senyum kubuat seramah mungkin. Memang hanya Prilly yang bisa ramah.

"Syuting juga bro?" Katanya babibu padaku.
Aku menggeleng.

"Gue nggak bisa main ginian, gue mah apa adanya aja"

"Maksud loe gue nggak apa adanya? Sialan" Prilly memukul pundakku sambil tertawa. Dan lihat si jangkung itu, ikut tertawa saja.

"Emang. Sok kurus padahal bantet"

"Sekali ngmg gue jitak yaa"
Teriak Prilly yang seakan biasa bagiku. Ya, mungkin karna aku selalu menggodanya dan dia terus berteriak.

Waktunya Prilly untuk syuting, aku menduduki kursi seat yang tadi Prilly duduki, asisten Prilly yang berada di sebelahku dari tadi menatap Prilly diam sambil membawa sebotol besar air minum yang kuyakini milik Prilly.

"Mas, kayaknya mbak Prilly deket sama max deh"
Aku menatapnya sedikit. Dan asisten Prilly menatap Prilly dan max yang ada di seat aneh.

"Baper sama sinetron kali lu"

"Nggak mas, aku sering mergokin beberapa kali Prilly tuh telponan"

"Gue bilang Prilly nih loe jail suka nguping" kutunjuk asisten Prilly dengan otomatis asisten Prilly langsung takut sambil melambaikan tangan tanda untuk aku tidak melakukan itu.

"Jangan mas, ya walaupun Prilly nggak pernah cerita, aku mah suka tau mas"

"Prilly kan lagi deket sama anak pejabat itu"

"Katanya udah putus"

"Loe lama lama gue ikutin casting presenter acara gosip nih cip"
Kataku menatapnya malas karna dari tadi dia mengoceh gosip tentang Prilly. Yang anehnya itu adalah majikannya.

"Iyaa maap maap"
Setelah itu kami diam. Menatap orang yang beradegan di depan kamera itu. Prilly terlihat menangis menahan Maxime untuk tidak pergi dari hidupnya. Dan max? Apalagi yang dia perbuat tentu seperti sinetron kebanyakan. Membujuk Prilly untuk tetap diam tak mengikuti karna itu yang terbaik.

"Cut!" Teriak seorang yang dari tadi didepan layar monitor kecil melihat gambar prilly secara detail. Sesekali bahkan mereka mengcloseup muka prilly yang bulat seperti cilok itu.

Prilly menghampiri asistennya dan aku secara otomatis berdiri. Prilly tersenyum lalu duduk ditempat yang kududuki tadi. Terlihat asisten Prilly menghapus sisa air mata buaya Prilly yang digunakan untuk berkerja itu. Sialan. Pantas saja aku tidak bisa menolak saat dia meminta sesuatu, dia pasti memakai ilmu ini juga untuk merayuku.

"Pril, ada yang sakit ga pas aku dorong kamu tadi?"
Tanya max khawatir membuat aku memutar bola mata muak.

"Santai aja" Prilly tersenyum sambil terus mengipas tubuhnya dengan kipas elektrik Doraemon itu, aneh! Padahal ini sedang hujan.

"Aku pengen makan tahu gejrot dari Ali yang belom habis tadi. Ambilin dong cip di backstage"
Dengan sigap cipa asisten Prilly langsung melangkah kaki untuk mengambil tahu tadi yang aku belikan.

"Ali punya usaha tahu gejrot?" Tanya Maxime membuat ku melotot tajam. Namub Maxime tidak tahu atas kelakuan ku ini.

"Haha, nggak dia tadi beliin aku"

"Ralat. Dipaksa!" Sengakku menjawab perkataan Prilly membuat dia tertawa renyah.

"Oh kirain" jawab max enteng.

"Muka ganteng gini dibilang Abang tahu gejrot. Jangkung jangkung manusia apa tiang listrik" gerutu ku yang aku yakin hanya didengar oleh Prilly. Melihat itu Prilly memukulku lagi dengan naskah tebal itu. Jangan tanya kenapa Prilly suka memukul. Karna terhitung sejak bersahabat dengan aku hobi nya bukan lagi acting tapi memukulnya dengan apapun.
-----------------------------------------------------
Siapa suka cemburu sama sahabat cowok / cewek pas deket sama gebetan nya? Wkwk!

Like. Comment and share ❤

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang