Part 8

3.1K 183 0
                                    

Aku memberhentikan mobil disebuah rumah yang ada dikawasan tak jauh dari mall tadi. Prilly terlihat terburu buru memasuki rumah itu tanpa menawarkan aku untuk masuk, lihatlah cocok sekali jadi supir bukan aku?
Aku menunggu Prilly di mobilnya sampai dia keluar. Anyway, aku memang bisa menyetir mobil karna papaku sendiri yang mengajari namun aku tidak pernah pakai mobil karna untuk apa menyombongkan yang bukan milik kita? Iya kalau Prilly, dia kan beli mobil ini sendiri wajar dibawa kemana saja bukan.
Aku duduk di kursi kemudi sambil menganggukan kepala mendengarkan musik. Aku juga menutup mataku untuk menikmati alunan musik sedikit rock ini menggema.

*Dok*
Aku terkejut saat terlihat Prilly memukul kaca mobil dengan keras sampai menimbulkan goyangan ringan di mobilnya sendiri. Aku lupa kalau aku mengunci mobil ini dari dalam.
Aku langsung membuka mobilnya dan Prilly memasuki dengan wajan badmood.

"Kenapa loe?"
Kutanya, dia terlihat membawa setumpuk kertas untuk dia hafal.

"Nggak papa" Jawabnya sambil memandang kertas itu dipangkuan nya.

"Itu apaan?"

"Bukan apa apa, udah deh jangan bawel. Jalan aja!"
Aku langsung diam dan menjalankan mobilnya, jika seperti ini Prilly pasti sedang dalam keadaan tidak baik. Dan ini juga tidak baik untuk diajak berbicara atau bergurau.
**
Hampir 5 jam mobil mewah milik Prilly ini tidak juga mendarat dirumahku, bagiamana Prilly bahkan tidak mau pulang dan hanya mau berkeliling tidak jelas. Dijalan juga macet sampai kesemutan nih kaki rasanya.

"Pi, kita mau kemana sih?"

"Gue gak mau pulang!"
katanya sambil pada posisi tetap, menatap kedepan dengan wajah marah.

"Ya kalau gitu kenapa nggak loe aja yang nyetir, gue tuh nggak biasa bawak mobil. Yang cuman diem aja gini. Biasa naik motor Vespa yang suka mogok tiba tiba"
Aku mengelus-elus pantat ku yang juga mulai ikut kesemutan.

"Elo kan gamau lihat gue nyetir selama gue sama elo!"

"Iya tapi gue gini juga capek!"
Kataku ikut meneriakki dia.

"Yaudah gue turun!"

"Yaudah"
Aku langsung tersadar. "Eh, bego kan! Ini mobil loe!!!"
Teriakku makin kencang dan dia diam saja.

"Yaudah deh, gue aja yang cari tempat. Loe diem aja. Ini nggak akan pulang, tapi minimal bisa istirahatin kaki gue yang kesemutan"
Dia hanya diam saja.
Aku melajukan mobil ketempat yang aku maksud

Sampailah pada tempat yang aku maksutkan , tempat ini sederhana dan murah yang pasti , mana mungkin aku mengajak Prilly ketempat mewah seperti pacar barunya itu. Aku ini hanya siswa SMA biasa tanah beruntung bisa berteman dengan artis.

"Tempat apa?"
Prilly seperti tidak pernah ketempat ini. Tepat! Ini adalah taman bermain sederhana yang membayar 2.500 untuk masuk mungkin digunakan bagi fasilitas. Banyak sekali anak kecil disini dan yang aku suka tidak akan ada penggemar Prilly yang terus terusan meminta foto atau video darinya.

"Main"
Kataku sambil mengeluarkan selembar 5ribu dari dompetku untuk beli 2 tiket. Sangat sayang sebenarnya, karna ini bisa buat jajan dua hari. Tapi demi Prilly senang apa yang tidak aku lakukan bukan? , "Yuk masuk"

Aku menggenggam tangan Prilly untuk masuk, dia tampak kaget namun kubiarkan saja. Toh aku ini sahabat nya dari SMP bukan?
Saat memasuki taman Prilly langsung berbinar, yang perlu kalian tahu Prilly ini sangat suka dengan yang berbau anak kecil. Tapi bukan berarti dia suka anak kecil, dia hanya sering terlihat kekanak-kanakan bermain atau membeli hal yang seperti anak kecil itu kebiasaan nya. Aneh memang, tapi inilah Prilly yang sebenarnya.
Mungkin jika kalian melihat Prilly dia televisi dia tampak anggun , dewasa , dan mandiri. Tapi itu semua sirna ketika kalian menjadi sahabat nya sejak SMP.

"Lucu banget tau gak si"
Prilly berteriak ketika melihat patung Doraemon kesukaan nya. Dia memang aneh, tapi simpan saja olokan kalian. Karna aku suka sikapnya yang ini.

"Iya dongg, duh capek banget gueee" aku duduk dikursi dekat patung Doraemon itu, sedangkan Prilly asik berfoto dan bermain tak jauh dariku. Kenapa terlihat aku menunggu anakku sedang bermain jika seperti ini?
Prilly sesekali tertawa lepas, ketika ada anak kecil yang mendorong ayunan prilly hingga tinggi. Aku khawatir, tapi kubiarkan saja toh setingginya anak itu mendorong Prilly anak itu tidak akan bisa menggelinding kan badan Prilly yang seukuran mereka.

"Ali, beli itu yukk"
Aku yang beristirahat dengan menidurkan tubuhku langsung kaget ketika prilly menarik jaketku.

"Apasih, udah elo main aja sama temen baru" kata ku masih terus berpura pura tidur, karna sebenarnya aku tidak tidur memang.

"Temen baru mana?" Katanya tidak sadar diri, setelah sadar dia langsung memukul pundakku dengan keras.
"Nyebelin!!!! Masak gue temenan sama bocah sik?!!!!"

"Yaudah mau apa?"
Kataku bangun dengan wajah masam melihat Prilly.

"Itu, yang digantung. Arbanat atau apasi ituu"
Dia menunjuk kembang gula berwarna warni tak jauh dari tempat ini.

"Itu mah kembang gula"

"Iya itu, ayukkk"
Aku yang kesal hanya menuruti dia saja. Uang yang masih selamat tinggal 50rb kini juga harus melayang karna menuruti bocah besar satu ini.
Setelah Prilly mendapatkan yang ia mau kuharap aku bebas. Tidak, ternyata dia masih minta naik bebek bebek yang ada di danau.
Disini memang ada danau tanah tak terlalu besar, aku kurang tahu ini buatan atau asli tanyakan saja pada penjaga jika ingin tau, tapi aku tidak.

"Naik itu yuk, lama gue gak naik"

"Kaki gue kesemutan , kok malah loe ajakin naik itu sih? Gamao" kataku menolak dan akan pergi dari Prilly.

"Ahh ayolah, nanti kan aku bisa bantuin genjot nya. Yuk"
Melihat mata Prilly membuat aku luluh. Dia benar benar wanita yang ajaib, bisa membuat siapapun menjadi nurut dihadapannya.
Dengan langkah terpaksa aku menuju ketempat persewaan. Kini hilang lagi uang yang kuceritakan lagi.
Ya ampun nasib!

Bahkan Prilly sendiri yang memilih bebeknya dengan senang, aku yang melihatnya hanya diam. Apa yang bisa dilakukan laki laki saat ini bukan?
Prilly terlihat senang ketika sudah berhasil naik dan mengelilingi danau, aku yang duduk disebelahnya hanya pasrah sambil menggenjot pedal bebek itu.

"Ini yang namanya weekend"
Teriak Prilly di tengah danau, kubiarkan saja toh tidak ada yang komplain tentang teriakan Prilly yang cempreng itu.

"Makasih Ali"
Prilly memelukku secara tiba tiba membuat aku terkejut. Aku yang mulai sadar langsung memukul pelan lengannya tanda kalau aku menjawab pernyataan nya.

"Elo itu nyebelin, tapi elo juga yang buat gue jadi seneng. Jangan hilang ya Li"
Katanya masih dalam posisi yang sama.

"Loe kira gue hantu bisa ilang"

"Janji bahwa kita bakal kayak gini terus walaupun elo punya istri dan gue punya suami nanti. Terus anak anak kita yang lanjutin sahabatan kita"

"Apa kata loe aja lah"
Dia melepaskan pelukannya lalu memukulku marah. Mungkin dia serius , tapi aku bahkan tidak berharap begitu
Aku harap kamu dan aku jadi mama dan papa anak kita nanti Pi.

------------------------------------------------------
Baru next. Karna pulang kampung.
Hai..
Jangan lupa like dan comment nya 💙💙💙💙💙💙💙

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang