Menemani Prilly shooting membuat aku kelelahan, sebenarnya aku ingin pulang sejak dia sudah break dan menghabiskan tahu gejrot yang aku belikan tadi. Tapi Prilly melarang sampai aku mengikuti dia pulang , pukul 1 malam tepatnya.
Kubuka pintu rumah pelan, untung saja bunda selalu memberi kunci rumah dimasing-masing kunci motor. Jadi aku bisa masuk walaupun rumah sudah terkunci.
Rumah sederhana tak terlalu besar cukup ditinggali oleh aku , bunda dan ayah. Ya, aku anak tunggal laki laki yang jelas disayang. Tapi, aku merasa diperlakukan biasa saja dikeluargaku.Setelah aku menyusuri ruang tamu dengan langkah pelan, dan sengaja melepas sepatu diluar tiba tiba lampu ruang tengah menyala dengan sendirinya. Aku yang kaget langsung melihat arah lampu dan bergidik ngeri.
"Dari mana Li?"
Tanya bunda membuat jantungku hampir copot. Kini bunda bersandar di pintu kamarnya, yang memang dekat dengan ruang tengah."Dari nemenin pily Bun" Jawabku sambil melangkah ke dapur untuk minum dan cuci kaki. Ehh bukan. Kamar mandiku memang dekat dengan dapur.
"Kenapa nggak pulang dulu?" Bunda mengikuti ku kearah dapur juga rupanya.
"Dia, tadi maksa aku kesana pas abis nongkrong. Yaudah aku kesana aja, lagian pulang juga bakal balik lagi"
Kini aku mengambil air dari guci kesayangan bunda yang katanya barang pertama yang bunda dan ayah beli saat sudah menikah. Apa pentingnya bukan?"Terus? Sampai malem?"
Kulirik bunda duduk di meja makan kecil yang berada tak jauh dari dapur tentunya."Sebenarnya ali udah mau pulang dari tadi. Tapi kesayangan bunda itu nahan nahan Ali"
"Dia baru pulang juga berarti?"
Aku mengangguk lalu mengembalikan gelas ketempat nya. Kulihat bunda yang memakai daster biru terang tetap terlihat cantik meski rambut sudah tak berbentuk habis bangun tidur rupanya."Kasihan banget anak bunda ituu, besok ajak kesini lah. Ehh bunda mau tidur lagi lah ngantuk, tadi kebangun sama suara motor kamu"
Bunda berdiri dan aku hanya menatap bengong. Bunda tidak khawatir denganku? Malah dengan Prilly? Yang jelas jelas membuat anak semata wayangnya ini jadi asisten?"Bunda khawatir sama Prilly tapi sama Ali nggak?"
Teriakku saat bunda sedikit jauh dari dapur."Buat apa? Kamu kan laki laki. Cemen banget minta dikhawatirin bunda"
Lampu ruang tengah kembali mati. Dan aku sendiri meratapi nasib tersaingi oleh sahabat sendiri. Kini aku menyesal mengenalkan Prilly pada bunda. Apalagi bunda tapi Prilly cantik tentunya, baik, sopan dan perempuan yang jelas.Dengan sebal kumatikan lampu dapur lalu melangkah ke kamarku yang berjarak beberapa langkah dari dapur. Memikirkan wanita tua maupun muda sama saja ternyata menghabiskan tenaga dan waktu.
Setelah kulepaskan semua baju dan celanaku tinggal boxer dengan dada yang telanjang karna aku paling tidak bisa tidur dengan baju. Itu akan sia2 membuat baju kotor banyak dan aku juga yang mencuci nya.Saat kurebahkan tubuhku dikasur berukuran sedang ini handphone yang dari tadi berada didalam tas berbunyi. Awalnya aku menghiraukan hingga akhirnya nada panggilan terdengar membuat aku buru buru mencarinya.
Ketemu. Kulihat nama yang ada di handphone ku tenyata sahabatku yang seharian ini menyusahkan aku saja."Kenapa?" Jawabku dengan nada malas.
"udah sampek lu?"
"Daritadi."
"Bunda marah?"
"Khawatir"
"Oh ya?" Jawabnya dengan nada kaget aku tahu, bunda tidak pernah khawatir padaku. Apalagi semenjak ada Prilly.
"Sama loe!" Sentakku
"Haha. Iya?"
"Besok suruh kesini tuh.",
"Siapp besok meluncur. Belom tidur sih loe, gue kira nggak bales SMS udah tidur"
"Iyaa, berhubung loe telpon gue bangun"
"Haha. Maaf cuman testimoni ajaa"
"Artis endorse"
"Resekk" Terdengar suara kekehan pelan nya disana.
"Udah ah tidur gue" Jawabku menutup agar makin tidak merindukan wanita ini.
"Iyaaa, hmm.. makasih buat hari ini alikuuu"
"Iya"
"Gitu doang?"
Terus?"
"Apa kek gitu."
"Sama sama pilypilyku" Nada bicaraku kubuat seunyu mungkin agar dia bahagia tentunya.
"Haha. Jijik gue.. yaudah good night annoying"Tut. Panggilan putus sepihak tanpa menunggu aku menjawab.
Good night too love..
Apa yang kau pikirkan Ali? Memanggil sahabatmu dengan sebutan love? Sudah gila.
Fajar sudah memunculkan wajahnya hari Minggu ini aku berencana untuk tidur sepuasnya namun itu gagal ketika ada yang mengoyak tubuhku pagi buta seperti ini.
"Ali ih loe jorok bgt sikk jam segini belom mandi.. bangun gak!!"
Sedikit kubuka mataku melihat Prilly yang sudah nampak rapi dengan kaos crop nya dibalut jaket jeans tak kurang celana jeans yang ia gunakan."Ini jam berapa?"
"Jam 10"
"Masih pagi" aku kembali mengelung diriku dengan selimut namun dengan cepat Prilly menahan dan menarikku paksa.
"Pagi palelo! Udah panas gini"
"Sekalian jamak tidur siang" Jawabku asal karna memang masih sangat mengantuk.
"Cemen amat sikk, gue biasa pulang jam segitu aja nggak gini gini amat li"
"Karna gue bukan loe" Kataku pelan namun dengan mata tertutup.
"Gue nggak mau tau, bangun sekarang mau gue ajakin nonton yukkk!" Dia tidak menyerah rupanya masih setia menarik narik selimutku dan aku juga tidak menyerah bertahan dibalik selimut lembut ini.
"Nonton nanti malem aja"
"Gue syuting"
"Bolos aja"
"Mana bisa ih" Prilly masih berusaha menarik selimutku. "Ayo li, atau gue nonton sama max?"
Ancam Prilly dapat hadiah pelototan dariku namun dengan keadaan mata yang belum buka secara sempurna.
"Apa?" Tanya nyolot Prilly yang sudah lelah perang selimut denganku.
"Kok loe pake bawa bawa max? Loe ada apa sama dia?" Tanya ku introgasi, karna dari sekian banyak cowok kenapa max yang dia sebutkan?
"Hmm gimana ya?" Kini Prilly duduk di ranjang tak jauh dariku sambil malu malu memelintir selimut ku kecil kecil, ala ala anak SD merayu mama nya buat beli permen.
"Apa gimana?"
"Iya lagi deket sih" aku terbelalak dan yang dia lakukan hanya tersenyum.
"Loe? Suka sama model pager taman safari gitu?" Kataku masih tak percaya kenapa max yang ia pilih dari artis artis lawan main lainnya, baru ini dia terlibat cinta lokasi.
"Ali ihhh, dia romantis tau"
"Bisa bikin loe kenyang?"
"Apanya?"
"Romantisnya?"
"Ali ihh" dia memukul tubuhku dengan bantal sekali lagi, ya seperti biasa kebiasaan dia yang baru. "Udah sana mandi nanti gue ceritain di mall"
"Terus ceritanya gue jadi kacang loe sama max pas nonton gitu?" Teriakku pada Prilly yang mulai keluar dari kamarku, dia menoleh kearahku sambil tersenyum.
"Nggak Li, ini cuman kita berdua yang nonton. Genre film yang mau gue tonton gak pas buat pasangan PDKT" katanya sambil menopang tubuh di pinggiran pintu. "Udah mandi sana! Gue tunggu sambil nonton FTV nya max hari ini"
"Jijik" Kataku ketika dia sudah keluar dan berlalu dari kamarku
"Mau gue cariin pacar artis gak?" Teriak Prilly dari luar menggodaku.
"Males, alay"
"Jangan lupa! Sahabat yang loe sayangi ini juga artis woyy!"
Ahh bodoh! Benar juga, Bahkan sejak tadi hatimu sakit kan ali? Mendengar dia berbinar menyebutkan nama lelaki selain dirimu? Bersemangat ketika bercerita lelaki lain selain dirimu? Ahh iya sakit sekali.
------------------------------------------------
Bukan niat bully atau gimana. Cuman tbtb kelintas aja nama dia ehehe :)Happy new year!!! Semoga hati hati para hatters sudah bertobat tahun ini.. aminn ❤
Jangan lupa! Like , comment and share💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah
FanfictionGue gak ngerti lagi bisa suka pada pandangan pertama. tapi gue yakin aja dia bakal buat gue - Aliazka Terinspirasi dari novel "Teman Tapi Menikah" by Ditto dan Ayudia. Jangan salah paham jika bilang menjiplak saya hanya terinspirasi mungkin ada yan...