Part 33

3K 174 6
                                    

Melakukan pernikahan itu rasanya semua campur aduk. Bahagia, Lelah dan juga gugup menjadi satu. Belum sehari aku menjadi istri dari sahabatku sendiri aku sudah merasa diriku sangat dewasa, bagaimana tidak aku melihat banyak orang yang dulu masih sangat kecil bersamaku mereka sudah tumbuh besar dan menyalamiku bersama kekasih nya masing masing. Padahal dulu aku dan mereka hanya sibuk memakan kue saat hajatan. Rasanya sudah lama waktu itu berlalu.

Aku dan Ali beserta keluarga sudah pindah lokasi resepsi berada disebuah gedung yang tak jauh dari rumahku. Sengaja memang supaya jika ada apa apa orang terdekat bisa mengambilkan barang yang tertinggal dan dibutuhkan dirumah. Aku sudah cantik jika kata Ali menggunakan gaun yang menjuntai berwarna merah dengan menampilkan pundakku yang memakai kalung pemberian Ali saat dia melamarku waktu itu. Ali memakai jas hitam nya menunjukkan sisi dewasa nya, dia juga menjambul rambutnya atas permintaanku karena aku sangat suka ketika melihat kening nya terpampang. Entahlah hanya suka, kami keluar dari kamar hotel setelah selesai didandani dengan demikian. Aku memegang erat lengan Ali takut terjerat oleh rok ku sendiri yang sangat panjang. Sangat menegangkan.
Duduk disinggasana disaksikan oleh banyak mata membuat aku semakin gugup setengah mati. Apalagi banyak media juga yang sedang meliput pernikahanku dengan Ali. Pernikahanku memang tidak tertutup siapapun boleh datang, jika membagi kebahagiaan merupakan kegiatan baik kenapa tidak. Satu persatu temanku, teman Ali, keluargaku, keluarga Ali bahkan Mantan kekasih Ali menyalami memberiku selamat bersama dengan Ali. Hingga kami menikmati beberapa penyanyi papan atas yang merupakan temanku didunia entertaiment meramaikan acara kami. Benar benar acara yang sangat seru dan aku bersyukur untuk itu.

Tak terasa ini bahkan baju ketiga yang kami pakai, aku memakai dress putih yang menampilkan punggungku dengan rambut tergerai, dan Ali memakai jas putih yang senada denganku. Kakiku hampir patah karena sudah berapa jam aku bahkan tidak duduk untuk sebentar saja. Selalu ada saja orang yang menghampiri kami dan memberi selamat. Dan kini rasanya ingin mati saja ketika Ali mengajakku berkeliling untuk menemui teman dan keluarga jauh nya yang belum mengenalku secara langsung, aku hanya tersenyum saat Ali mengambil pinggangku untuk mendekat ke arah mereka dan mengenalkan diri. Aku melirik jam dinding yang berada didalam gedung itu menunjukkan pukul 9 malam yang tanda nya ada sisa waktu 1 jam setegah untuk setelahnya acara akan selesai, aku menghela nafasku kasar karena mengingat aku masih lama untuk mengenakan heels sialan ini.

"Kamu kenapa?" Tanya Ali berbisik kepadaku, Ali sedang mengobrol dengan beberapa teman nya jadi dia memilih untuk berbisik kepadaku.

"Aku capek" Balasku manja, entahlah sifat ini akan natural muncul ketika aku bersama dengan Ali.

"Kamu kekamar dulu aja, biar aku yang nemuin tamu tamu" Katanya sambil mengelus punggung ku yang polos karena model baju yang sangat aneh tapi cantik ini, aku berbinar namun kemudian pikiran aneh melewati pikiranku.

"Bagaimana jika temanmu menanyakan kemana istrimu?"

"Aku tinggal bilang, Istriku Prilly Latuconsina tidak akan yang tidak tahu bukan?" Aku terkekeh lalu mencubit pelan lengan Ali membuat dia ikut tertawa walaupun mengeluh sakit.
Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan mereka menuju kamar hotel yang sudah dipesan daripada aku akan kehabisan tenaga jika disini menemani mereka. Memang aku akan ngapain membutuhkan tenaga? Pikiranku memang sudah tidak sikron sekarang. Aku akan tidur dan mengganti pakaianku yang aneh ini agar aku kembali menjadi Prilly dengan benar.

**

Tidurku sedikit terganggu ketika ada seseorang yang menjatuhkan benda dari dekatku. Aku membuka mataku sedikit melihat Ali yang masih menggunakan kemeja nya walaupun sudah berantakkan dengan wajah yang sangat lelah. Dia tersenyum merasa bersalah sambil melihat kearahku yang duduk untuk melihatnya.

"Kaget ya?" Dia mengambil barang yang dia jatuhkan ternyata sebuah vas yang ditempatkan dinakas tempat tidur. Aku menganguk lalu menatapnya masuk kedalam kamar mandi. Dengan kesempatan itu aku menatap ponselku yang tertera pukul 1 pagi. Gila, dia baru masuk kamar disaat pukul segini?

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang