Part 7

3.1K 179 0
                                    

**
"Li ayo bangun"
Aku mengerjabkan mataku, sudah kuduga bukan, kini aku tertidur bahkan jika aku ingat film mulai pada menit ke 15 aku mungkin sudah tidur entahlah.

"Sudah? Masih ngantuk nih"
Aku kembali menutup mataku namun aku merasa pukulan keras dipipi bahkan mungkin kini ada bercak merah bentuk tangan yang ada dipipi ku , dia membuka tutup botol saja nggak pernah bisa tapi mukul aku bisa sekencang ini. Benar benar gila.

"Pale Lo. Ayoo pulang Ali mah"

"Iya iya"
Aku bangun dan membereskan baju yang sudah kusut akibat tidur, kulirik Prilly yang membereskan beberapa barang yang sudah ia keluarkan, lihat matanya sembab. Dia habis nangis atau malah ikutan tidur selama film mulai?

"Loe nggak nonton film nya kan?".

"Ha? Nonton lahh, gila aja gue udah bayar mahal"

"Mata loe sembab abis tidur?"
Aku menunjuk mata Prilly spontan dia mengeluarkan kaca mata hitam untuk menutup i mata yang katanya cacat karna sembab.

"Sedih banget tau film nya"

"Sedih apanya? Kartun doang"
Protesku lalu dihadiahi pukulan yang ringan kali ini, tumben sekali.

"Loe gak nonton gak usah sok tau deh pliss"
Dia mengapit tanganku untuk ia tarik keluar. Diluar sudah banyak pegawai bioskop yang memberi salam tanda terima kasih pada kita.
Bukan , bukan kita lebih tepatnya Prilly. Dia artis bukan. Aku curiga apa ini tadi bagian dari endorse? Dasar pemburu gratisan.

Aku dan Prilly berjalan berkeliling mall , hanya berjalan. Namun sesekali Prilly mampir kke toko brand tas yang harga bisa mencapai satu mobil, lalu ke toko kacamata dan ia dapat endorse , bukan hanya dia tentu saja aku mendapat juga. Ini mungkin enaknya bersahabat dengan artis. Kalian tau bagian membosankan nya? Adalah ketika Prilly bertemu fans nya dan menyuruh aku memfotokan meraka, hey! Kenapa? Tidak kalian tidak juga idola kalian selalu memperbudak ku?
Kulirik sedikit arlojiku yang melingkar ditangan kiri ku, menunjukkan pukul 1 siang. Pantas saja perut ini terus memanggil untuk diisi.

"Makan yuk pi, loe belanja terus"
Kataku sambil melihat Prilly yang sedang mengotak atik handphone barunya yang dapat dari endorse barusan.
Dan aku? Nasib. Membawa barang belanjaan wanita kampret ini.

"Iya, gue laper juga. Ke restoran Korea yuk"
Prilly terlihat menoleh kanan kiri untuk membentuk mood makannya mungkin?

"Ha? Keluar dong"
Dia mengangguk, dia ingin cari mati apa? Berjalan keluar , ambil mobil macet baru makan? Bisa saja kita mati didalam mobil bukan?

"Loe gila? Kan kita bisa disini cari makanan yang enak , disini atau sana atau lantai atas maybe"
Dia nampak melihat kanan dan kiri. Ini sangat seram. Menunggu jawaban dia seperti ingin mati saja.

"Iya udah kita lihat lihat dulu lah"
Dia berjalan mengapit tanganku kembali, dia ini ingin membuatku terbang atau ini imbalan dari tas nya yang banyak ini? Biar tidak kucuri?
Benar benar ya.

Setelah hampir 20 menit berjalan mengelilingi mall besar berlantai 3 ini sudah naik turun selama 5 kali. Akhirnya Prilly memutuskan untuk makan di restoran yang Alhamdulillah dari tadi kita lewati juga, mungkin jika kalian laki laki jomblo lebih baik kalian jomblo seumur hidup saja daripada berujung nasib seperti saya walaupun dia bukan pacar saya.

Setelah Prilly memasankan beberapa makanan , dia melirik kearahku yang nampak kelelahan akibat membawa barang belanjaan nya.

"Ya ampun, loe romantis banget sih jadi sahabat gue"
Dia mengelus rambutku yang kebetulan posisiku kini sedang tidur diatas meja karna kelelahan.

"Baru sadar loe kalau gue baik?"

"Nggak sih, udah lama sadarnya cuman hari ini makin sadar"
Kutunjukkan tanganku mengepal kearahnya sebagai balasan dengan spontan dia tertawa keras sambil terus mengelus rambutku yang berkeringat.
Jujur, Prilly tidak pernah sedikitpun merasa jijik dengan keringatku, hanya kadang kadang saja kalau dia lagi manja suka jijik.
Aku masih ingat sekali dulu SMP ketika aku ikut ekstrakurikuler futsal dia adalah wanita satu satunya yang membersihkan keringatku, aku tidak pernah menyuruhnya. Dia spontan saja mengelap ketika aku minum dengan posisi mendongakkan kepala.

"Makanan udah dateng nih, makan yuk"
Aku terbangun dari meja melihat banyak sekali makanan yang tersaji di depan mataku. Aku sesekali melihat Prilly dan dia tersenyum.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Ini banyak banget busettt",

"Yaudah nggak papa, makan aja" kata prilly sambil mengambil garpu dan sendok yang sudah disediakan.

"Yang loe abis bisa bisa"
Dia terlihat tertawa setelah memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"Loe kayak lupa aja, uang yang gue hasilkan dari syuting itu udah jadi hak paten uang gue, soal makan dirumah atau kebutuhan sekolah tetep bokap nyokap kan? So, santai aja"
Dasar wanita, aku heran. Apa wanita di dunia ini memang ditakdirkan boros? Bukan hanya Prilly. Bunda juga sering kali boros.

"Iya kan bisa ditabung buat yang lain pi"
Kataku akhirnya memakan salah satu makanan yang menarik dimata ku.

"Akhir akhir ini sih gue lagi nggak pengen apapun, jadi gue lagi males nabung. Loe lihat sendiri gue belanja kan?"

"Iya sampek toko di mall loe samperin semua"
Prilly melempar sayur selada ke arahku yang otomatis masuk dalam makananku. Aku hanya diam tak membalas karna bisa saja direstoran ini bakal terjadi perang kesepuluh kalau kubalas nanti, dia kan tidak mau kalah.

Saat aku dan Prilly sedang asik makan untuk menghabiskan semua makanan yang ada di meja ini, handphone Prilly yang dari tadi tergeletak disamping nya berbunyi tanda ada telepon.
Aku yang mendengar hanya melirik sekilas handphone Prilly karna dengan cepat Prilly meraih nya.

'halo kenapa?'

Aku yang penasaran dengan nada pelan bahkan tidak terdengar membicarakan kata siapa pada Prilly. Dengan gerakan mulut yang sama Prilly mengatakan bahwa itu adalah Maxime.

'aku lagi makan sama Ali , kenapa si?'

'nggak usah. Nanti aku kesana aja habis ini'

'oke , nanti aku telpon kamu lagi'

'see ya'

Prilly terlihat mematikan telpon nya lalu melanjutkan makan kembali. Aku yang kepo karna Prilly diam otomatis bertanya padanya.

"Kenapa?"

"Nggak papa"

"Cemburu sama gue?"

"Gak lah, gila!"
Dia mengelak dengan masih memakan makanan yang ada di meja yang kini sudah hampir habis.

"Ehh, habis ini ikut gue sebentar ya"
Aku melihat Prilly yang nampak memunculkan wajah melasnya, ya bagaimana ini adalah jurus nya.

"Mau kemana?"

"Ntar juga loe tau, boleh ya?"

"Lagian gue nebeng mobil loe, jadi kemana aja loe ya gue ngikut"

"Makasih"
Dia nampak tertawa riang dan bahagia, ntah apa yang sudah dilakukan dijangkung itu sampai membuat Prilly harus mengajakku pergi ke dia mungkin?

---------------------------------------------------

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang