Part 32

1.8K 156 10
                                    

Besok.
Rasanya sangat cepat, setelah mendapat persetujuan dari orang tua Ali dan orang tuaku sendiri. 6 bulan kemudian kami memutuskan untuk menikah. Semua persiapan benar benar kami siapkan sendiri tanpa bantuan WO, aku hanya ingin pesta pernikahanku akan lebih berkesan ketika aku sendiri yang mengurusnya bersama dengan Ali.
Bahkan aku yang sangat akur dengan Bunda Ali bisa menjadi bertengkar hanya karena peletakan meja catering yang tidak cocok dengan ku, sungguh sangat sepele namun inilah yang membuat semuanya merasa berkesan.

Sudah hampir seminggu aku dan Ali tidak boleh bertemu, jika dibilang dipingit juga tidak. Hanya saja Mama mengatakan untuk aku tidak bertemu dengan Ali atau berhubungan dengan nya sampai menikah nanti. Aku hanya menurut mereka saja, walaupun Ali tetap diam diam menelfonku untuk menanyakan sedang apa diriku.
Malam ini tubuhku sangat remuk, bagaimana tidak seharian ini ada pengajian dan siraman untuk persiapan besok. Aku baru saja meletakkan tubuhku dikasur beserta menghapus make up yang dari tadi pagi menempel di wajahku. Sangat melegakan.
Aku memasang alat aromatherapy untuk merilekskan diriku dan badanku. Aku menikmati bau nya yang sudah memenuhi kamarku. Pandanganku terhenti ketika melihat foto yang terpajang indah didinding menampilkan aku dan Ali yang masih sangat culun sedang merasakan kelulusan SMP bukan hanya itu, bahkan kelulusan SMA hingga prom night kupajang disana. Aku tersenyum kecil, mengingat laki laki yang selama ini menemaniku selama 10 tahun itu akan menjadi suamiku. Laki laki yang selalu rela tersakiti demi melindungiku, demi melihatku tersenyum, demi melihatku selalu bahagia. Apakah aku wanita paling beruntung didunia ini?

Lamunan yang panjang terhenti ketika dering ponselku berulang kali berbunyi, aku melihat disekitar ternyata ada didalam laci nakas. Pantas saja dari tadi pagi aku mencarinya sampai frustasi tidak ditemukan. Aku tertawa kecil setelah melihat beberapa pesan dan telfon dari Ali yang kuabaikan sejak pagi. Memang benar aku melupakan ponselku hari ini bukan? Dering ponselku kembali berbunyi menampilkan nama yang sejak tadi membuat aku terkikik pelan, langsung kuangkat tanpa menunggu lama lagi.

'Halo?'

'Kamu kemana aja sih? Aku kira kamu pingsan tau nggak karena gak percaya bakalan jadi istri aku' Dia seperti menjerit membuat suaranya terdengar dramatis dengan spontan aku menjauhkan ponselku dari telingaku.

'Apaan sih gajelas lo!'

'Kemana aja?' Tanyanya lagi karena belum mendapat jawaban

'Handphone aku masuk ke laci, dari pagi aku cari nggak ada yaudah aku tinggal. Dan ini baru ketemu karena kamu telfon'

'Kebiasaan deh. Sudah makan belom?'

'Belom, masih males. Kamu udah?'

'Belum juga, ketemu di mCd yuk!'
Ali merupakan satu satunya spesies paling nekat. Bahkan aku sedang tidak diperbolehkan bertemu dengan nya. Dan selama seminggu ini kami memang tidak bertemu. Hanya tinggal besok saja dia sudah tidak tahan?

'Ih, orang kita nggak boleh ketemu sama mama'

'Ya jangan sampai mama tau lah, nanti aku juga nggak bakal ketahuan bunda' Benar bukan? Dia memang laki laki nekat.

'Nggak mau ah'

'Elo mah, biasanya diajak bolos juga mau lu'

'Iya beda dong'

'Nggak papa lah yuk, mau aku jemput aja? Aku kangen berat sama kamu! Pengen aku cium sampe abis'
Katanya membuat rasanya aku ingin meremukkan wajahnya karena gemas. Dia sedang merengek sekarang, aku sudah bisa membayangkan wajahnya yang dibuat sangat imut.

'Gelik gue! Yaudah, ketemuan disana aja ya. Aku ganti baju sebentar'
Pasrahku selanjutnya, karena aku tidak akan bisa menolak Ali jika dia sedang dalam fase menjadi imut seperti ini. Aku juga merindukan nya.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang