Setelah berbicara lumayan lama, aku dan prilly memutuskan pulang, aku yang baru saja dari ruangan bos untuk meminta gaji keluar dengan tatapan terpaku menatap Prilly. Dia nampak cantik sambil menaiki vespa ku lalu memegang stick drum dimainkan dengan asal. Tak lupa dia juga menentang tas punggungku yang tadi kutitipkan padanya. Dia terlihat tidak mengetahui kalau aku sudah di depan pintu dan menatapnya. Ini tidak bisa ku diskripsikan, kalian para lelaki akan merasakan ini ketika melihat seseorang yang kalian cintai menunggu kalian dengan sabar. Tunggu aku sampai pantas buatmu Pi..
Tak mau membuat Prilly makin terlihat gabut, aku berlari sambil pura pura merapikan dompet. Bukan niat pamer tapi agar tidak terlihat kalau aku sudah lama disini."Lama yaaa. Sorry yaaa, lagi ngobrol tadi" Kataku sambil mengambil alih tas punggung milikku yang dari tadi ia letakkan dipangkuan.
"Santai aja donggg, kayak sama siapa ajaaa" Katanya sambil mundur kebelakang untuk memberi aku ruang duduk di depan. Dia memang selalu enggan turun. Aku melihatnya dengan tatapan tajam namun dia hanya nyengir kuda.
"Ribet tau gak" Kataku sambil menaiki vespa kesayangan ku.
"Kalo gue turun, makin ribet onengg" Dia memegang pundakku saat aku berusaha menyalakan vespa. Dia benar benar tidak mau turun. Hingga sekali hentakkan vespaku menyala membuat Prilly tepuk tangan.
"Tuh kan.. Kalo gue naikin pasti langsung nyala kann" Katanya.
"Emang abis di service, so tau loee! Artis kurang laris" aku menyalakan motor dan melenggang pergi dari cafe.
"Enak ajaa. Gue udah produksi 5 judul sinetron asal loe tau" Katanya tak terima.
"Peran pelengkap semuaaa" Aku tertawa keras dan dia jengkel memukul kepalaku yang memakai helm. Aku tertawa makin keras ketika melihat wajahnya yang manyun. Lucu sekali dia.
Dijalan aku berteriak dan melakukan hal gila untuk menggoda Prilly, dia yang malu dengan orang sekitar nya langsung memukul pundakku bertubi tubi. Entahlah aku sangat bahagia detik ini, sebenarnya yang aneh justru Prilly dia terlihat berpura pura tertawa dan senang saja. Tapi bukan Ali namanya jika tidak berusaha untuk membuat Prilly kembali tersenyum.Aku memberhentikan vespa ku didekat jembatan yang dulu semasa SMP sering kudatangi dengan Prilly. Biasanya Prilly minta kesini ketika dia ingin lari dari manager nya yang menyuruhnya syuting awal sekali. Sebenarnya bukan memaksa waktu itu hanya saja manager Prilly khawatir ketika dia harus syuting dikala sore hari, dia juga butuh istirahat. Namun Prilly? Malah memilih bermain dan tidak mau syuting di awal hari. Dia itu memang keras kepala.
"Gila sih, udah berubah banget ya" Katanua setelah turun daru vespa dan menghampiri pinggiran jembatan itu.
"Udah lama gak kesini juga kan?" Kataku yang juga ikut ikutan menghampiri Prilly.
"Iya, rasanya gue pengen balik SMP lagi deh. Dimana gue bisa nyemplung kemana aja tanpa malu"
"Sekarang juga bisa kalo loe mau" Kataku sambil duduk di pinggiran jembatan itu.
Sungai yang ad dijembatan bawah ini sudah tidak sederas dulu dan sebersih dulu. Batu batu besar yang dulu pernah aku duduki dengan Prilly pun sudah tak ada. Tapi tidak mengurangi kenangan kita dulu. Kenangan dimana pertama kali aku jatuh cinta pada sosok Prilly, dan tidak pernah merasa cemburu ataupun sakit hati karna Prilly tidak punya pacar pada saat itu.
Hingga semua berubah, aku dan Prilly jarang memiliki waktu berdua. Dia kadang lebih cenderung dengan pacar pacar barunya daripada aku. Aku memang punya banyak wanita yang bisa saja aku jadikan kekasih, tapi waktuku sudah habis untuk memantaskan diri bersanding dengan Prilly."Tapi jangan deh, entar air nya abis. Elo kan gendutan"
"Kurang ajar loe" Dia menoyor kepalaku pelan membuat aku terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah
Fiksi PenggemarGue gak ngerti lagi bisa suka pada pandangan pertama. tapi gue yakin aja dia bakal buat gue - Aliazka Terinspirasi dari novel "Teman Tapi Menikah" by Ditto dan Ayudia. Jangan salah paham jika bilang menjiplak saya hanya terinspirasi mungkin ada yan...