Liburan semester kini tiba, aku dan Prilly resmi menjadi kelas 3. Tapi yang membuat sedih aku berpisah jauh dengan Prilly, jika dulu kelas kami saling berhadapan kini kelasku dan dia jadi beda lantai. Aku anak IPA dilantai 2 dan Prilly berada dilantai bawah. Jika seperti ini bagaimana Prilly bisa terbiasa denganku?
Ketika liburan jujur, itensitas aku bertemu dengan Prilly semakin jarang. Aku selalu konsen ke cafe dan Prilly selalu konsen ke acting nya. Aku dan Prilly memang bukan orang yang bisa berdiam membiarkan waktu habis sia sia, bisa dibilang kita merupakan manusia produtif. Tapi kali ini Prilly libur syuting jadi menyempatkan untuk menemaniku yang juga berkerja di cafe untuk mengisi music live.
"Sendirian lagi loe?" Setelah putus dengan tiang anti badai Prilly memang memutuskan untuk sendiri. Tidak ada satupun laki laki yang dekat dengan dia selain aku. Ini kesempatan emas buatku, tapi aku selalu kaku jika harus berkata padanya.
"Mau sama siapa lagi?" Aku tersenyum lalu duduk dihadapan Prilly sambil mengusap sedikit keringat yang mengucur di keningku.
"Capek banget ya?" Aku menganguk lalu dengan romantisnya Prilly memberikan minuman yang dia pesan padaku.
"Thanks" Langsung saja kuminum mumpung gratis dan bukan air mineral.
"Ali, elo inget gak kakak kelas kita yang pernah nabrak gue waktu masih ospek?"
"Yang mana?" Aku coba mengingat karna itu sudah 3 tahun silam.
"Ih, yang waktu itu ngeband sama elo di acara penutupan ospek"
Katanya semangat. Aku mulai mencium bau tidak sedap saat ini."Oh dia, iya kenapa?"
"Dia masuk ITB tau, keren kan?" Aku menganguk saja sambil menghabiskan minuman Prilly.
"Terus dia juga ngeband tau kayak loe. Tapi gitaris, keren banget kan" Aku menganguk kembali. Ini aneh.
"Namanya siapa?"
"Kak Ryan"
"Oh"
"Ganteng tau dia, keren bisa main gitar"
"Gue juga bisa"
"Beda, kalo elo mah sering lihat gue nya"
"Tapi btw, kok loe bisa tau banyak tentang dia?" Kataku karna sudah mati penasaran dari awal tapi aku mencoba menjadi pendengar yang baik.
"Sebenernya gue di chat sama dia, dia DM akun instagram gue, terus udah move ke Whatsapp deh sekarang"
"Kok gue baru tahu sih? Berapa lama?" Sebenarnya ini untuk menutup kecemburuanku.
"Baru 2 bulanan lah, semenjak kita libur bulan kemaren dia udah chat chat aku gitu. Nggak intens sih, cuman sering cerita cerita aja"
"Oh gitu" Tuhan! Ini sakit sekali.
"Elo gimana? Katanya sama Erina?"
"Erina mana?"
"Yang katanya fans elo itu, yang cantik dan imut. Jadi gak?" Benar. Aku dekat dengan Erina satu perempuan yang mungkin bisa menggetarkan hatiku tapi tidak sekacau saat bersama Prilly. Entahlah dia manis membuat ku gemas saja.
"Buat temenan aja kok, Pi"
"Dia cantik gitu"
"Nggak mau pacaran gue, abisin duit. Kan mau beli mobil"
"Ih, beli mobil kapan kapan aja"
"Mana bisa, udah janji sama diri sendiri"
"Serah loe deh"
Prilly terlihat mengaduk minuman yang tadi sempat diberikan padaku. Aku dan Prilly terlihat diam karna dia juga sedang memainkan handphone nya namun beberapa menit kemudian sebuah suara yang tidak ingin kudengar mengejutkan aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah
Fiksi PenggemarGue gak ngerti lagi bisa suka pada pandangan pertama. tapi gue yakin aja dia bakal buat gue - Aliazka Terinspirasi dari novel "Teman Tapi Menikah" by Ditto dan Ayudia. Jangan salah paham jika bilang menjiplak saya hanya terinspirasi mungkin ada yan...