Part 15

2.3K 169 6
                                    

"Kan gue udah pernah bilang kalo sayang tuh pilih pilih gitu loh" Aku menunggui Prilly yang sedang menangis sesenggukan karna diselingkuhi oleh kekasih nya yang notabene lebih sempurna dariku. Apa lebihnya Ali dibandigkan dia artis papan atas memang? Aku hanya penyanyi cafe yang haru nyicil dulu buat beli mobil dan dia tinggal menjadi orang lain didepan kamera langsung bisa beli satu kontener.
Tapi ada satu yang bisa kubanggakan, yaitu tidak pernah mencintai sahabatku walaupun dia mencintai orang lain

"Emang bisa gitu kita sayang mau sama siapa? Bisa?" Katanya membalasku sambil menghapus ingusnya kasar. Keadaan Prilly saat ini memang mengenaskan, baju tidur yang robek sana sini yang dia bilang kesayangan jadi dia tidak membuangnya, lalu duduk dikasur yang rata tertutupi oleh snack dan bekas ingusnya.

Aku hanya terdiam saat Prilly mengatakan hal yang barusan, saat ini pun jika aku bisa memilih aku juga tidak akan jatuh cinta dengan sahabatku sendiri. Sayang nya semua tidak bisa dipilih hingga aku lebih memilih tinggal di jalan yang tak seharusnya.

"Diem kan loe? Gue bilang juga apa. Kita tuh nggak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta dan sayang tau gak"

"Tapi setidaknya kita punya pilihan untuk melangkah atau diam di tempat Pi, Jika elo aja tersakiti ditempat lama loe kenapa loe harus tinggal? loe bisa cari tempat lain yang cocok sama semua yang ada dengan diri loe"

Prilly yang mendengar nasihatku langsung berdiri dan berjalan kearahku, sampai didepanku dia menatapku dengan tatapan yang malah membuatku gugup bak ingin berak. Dia mengarahkan tangannya menuju jidatku.

"Kerasukan apaan loe bisa jadi sok iye gini?"

"Yeee dibilangin" Kataku melepaskan tangan Prilly dan melihat kearah jendela, daritadi memang aku duduk dipinggiran jendela, mungkin ini yang membuatku kerasukan.

"Loe juga tuh jangan stuck disitu situ aja" Prilly ikut menambahkan sambil mengikuti arah pandangku.

"Emang gue ngapain?"

"Iya jangan stuck suka sama gue terus"
Deg! Darimana dia bisa tahu? Aku kaget melihatnya dengan tatapan panik, apakah yang akan terjadi selanjutnya? apakah aku akan mengaku saat ini.

"Serius amat sih loe! emang loe suka beneran sama gue?"

"Enak aja! Kaga yaa, males banget sama cewek doyan galau kayak loe, yang ada gue tinggal kerja di cafe gak ditemenin salon gue juga yang digalauin kan susah. Orang kalau galau abisin duit buat makan sama tissue gini"

"ALI" Dia memukul lenganku dengan keras tapi malah membuatku bahagia anehnya, mungkin karna dia kembali menjadi Prilly yang penuh kekerasan.

"Tapi awas aja yaa, sampai loe suka sama gue! Gue musuhin seumur hidup"

"Sapa juga"

"Ihh beneran gue nggak bercanda"

"Sapa juga? yang ada bercanda kalo gue suka sama loe! wleee"

**
Untungnya Prilly tidak membawa lagi masalah kemarin dengan hari ini, Dia masih sehat bugar dan kembali sekolah. Dia benar benra unik, sedikit sedih , sedikit bahagia. Bisa kau bayangkan bagaimana aku menjadi sahabatnya?

"Ali? Gak kerasa ya mau kelas 3 SMA aja"

"Jangan suka galau makanya, jadi gak kerasa kan" Hari ini aku bermain futsal dan ditemani oleh Prilly aku memang sesekali main futsal sesekali juga main basket seadanya aja lah yang penting main daripada nganggur.

"Nyebelin. Entar temenin gue syuting yuk, Gue males nih pasti ketemu dia"

"Kan emang lawan main elo bege"

"Iya tapi ya gimana, biar ada yang hibur gue juga. Ali, siapa lagi kalau bukan elo temen gue cobak?"

"Iya bawel" Aku memakai kaos kaki jadi tidak konsen karna Prilly yang mengelus kepalaku ini memang bukan pertama tapi entahlak hal ini membuatku makin jatuh cinta dalam dengan Prilly.

"Gausah ke cafe yaa" Katany manja membuat aku paham apa artinya, aku menengok kearahnya dan dia mengedip ngedipkan matanya menandakan kalau dia sedang membujukku.

"Iya ahh, gue main dulu" Aku langsung berlari kedalam lapangan menghindari Prilly yang terus menatapku seperti itu, bisa bisa aku kelepasan menyatakan cinta padanya aduh gawat jangan sampai.

"SEMANGAT ALI" Teriaknya saat aku berusaha kabur darinya tadi, aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan kearahya yang membuat adik kelas pada ngiri karna memang aku idola disekolah ini. Bagaimana tidak, seorang ketua osis yang jago basket, futsal dan main musik itu paket komplit bukan? Jangan bohong para wanita pasti kalian sering menghayal mendapatkan kekasih sepertiku ini. Hahaha

**
Aku benar benar menemani Prilly syuting, walaupun Prilly menjadi lembek sekali ketika harus berhadapan dengan lemari dua pintu itu. Aku tidak bisa melihat Prilly selemah ini, ini bukan pertama kalinya dia berpacaran tapi ini pertama kalinya dia sealay ini, Galau dan terus terusan baper melihat dia disekitarnya. Apa dia lagi mendapatka bulan ya? yang aku dengar dari bunda kalau perempan dapet pasti sensitif terhadap apapun.

"Elo dapet ya Pi?" Langsung saja kutanyakan daripada kepo. Prilly yang daritadi memoles wajahnya didepan cermin langsung menghadapku dam memegangi pantatnya.

"Ih kenapa? Bocor ya?" Oke dia salah mengartikan.

"Nggak tau"

"Ih! Terus elo bilang gitu tujuan nya apa?"

"Iya siapa yang gak kepo kalau elo patah hati segininya, Kata bunda kalo cewek dapet pasti kayak elo gii ciri cirinya daripada gue pusing kan mending gue tanya sam elo, terus gue ke ind*maret beliin elo kiranti deh" Kataku malam mendapat toyoran khas dari Prilly Latuconsina.

"Sialan! Kaga yaaa, gue ngga lagi dateng, bukan kalendernya juga"

"Ya makanya loe jangan sensi gini, males gue lihatnya" Kataku lalu mengeluarkan Hp daripada melihat  wajah masam dari gadis ini.

"Yaudah pulang aja sih"

"Yaudah" Aku berdiri namun dengan cepat Prilly meraih tanganku dan menyuruhku kembali duduk.

"Sensi amat, jangan jangan elo lagi yang dapet"

"Emang gue lucinta luna?"

"Ehhh, Gue kenal dia tahu" Katanya membuat aku antusias.

"Serius?"

"Beneran, gue waktu itu ketemu dia ditempat gym, aku sama maxime dia sama gatau siapa. Pokoknya dia sapa aku katanya yang pemain sinetron, dia gak kelihatan tau kalo cowok" Oke, ini akan menghibur Prilly jadi aku harus menyesuaikan diri agar dia terhibur juga.

"Iya belom tentu dia cowok juga Pi"

"Tapi yang gue lihat cara dia jalan itu kayak cowok"

"Emang bisa bedain gitu ya elo?" Ini penyakit wanita yang tak aku pahami, mereka bahkan paham cara berjalan wanita dan pria. Aku saja tidak, yang aku anggap jalan ya ketika ketika berpindah dengan menggunakan kaki sudah hanya itu.

"Bisa, kelihatan juga kali"

"Gaya ngomongnya juga bikin kezel banget asal loe tahu aja. Gue juga punya saudara cedel tapi gak gitu gitu banget perasaan kalo ngomong, Haha, Gue jadi inget nge gym bareng Maxime deh , Li" 
Ya Tuhan tenggelamkan aku kedasar laut daripada meladeni perempuan galau, Bagaimana bisa aku mencintai dia dengan setulus hati hamba Ya Tuha? Gimana bisa? Aku hanya menjerit dalam hati tapi diluar tersenyum dan memijit punda Prilly tanda menguatkan sekaligus gemas dengan tingkahnya.

---------------------------------------------------------------------------------

Jadi Lucinta Luna sih ini?
Hehehe! Im Back! Jangan lupa like , comment and share nya yaa! Love you all

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang