Part 3

4.9K 227 0
                                    

Setelah rangkaian acara di sekolah barunya selesai semua siswa disekolah ini berhamburan untuk pulang tak terkecuali sepasang sahabat Ali dan Prilly. Mereka terlihat berjalan beriringan sambil membicarakan semua hal terlihat seperti saudara apalagi dari wajahnya saja mereka mempunyai persamaan.

"Syuting loe?" Tanya Ali pada Prilly yang asik dengan handphone karena menghubungi sopirnya.

"Enggak, nanti malem sih jadi ada waktu istirahat"
Jawabnya walaupun tanpa melihat Ali.

"Gue iri deh sama loe"

"Ha? Kok bisa sik" Teriak Prilly kaget mendengar lontaran sahabatnya itu. Dia bahkan tidak pernah mengatakan hal itu, yang dia katakan selalu saja bahwa dia beruntung tidak ada jadwal kerjaan yang mengikatnya jadi dia bisa main sepuasnya.

"Iya"
Ali pun duduk di kursi yang sengaja disediakan untuk anak anak yang menunggu jemputan, letaknya saja tepat disebelah pos satpam.
Melihat itu Prilly pun juga ikut duduk disebelah Ali sambil melihat nya dalam.

"Gimana ya, gue iri aja. Elo udah bisa beli apa aja yang loe mau sedangkan gue? Beli jajan aja gue minta nyokap"
Jawab Ali dengan mengeluarkan jaket hitam dari dalam tas nya.

Prilly yang melihat penuturan itu sontak saja tertawa, melihat wajah Ali yang dibuat sedih mengingat Ali memang tidak pernah memasang raut sedih didepan Prilly malah jadi bully an baru untuk Prilly.

"Apaan sih ketawa" Kata Ali sewot melihat sahabatnya ini tertawa keras.

"Elo aneh" Kata prilly masih dalam keadaan tertawa

"Apa aneh? Orang beneran gini, rese tau nggak loe"

Prilly pun berusaha menghentikan tawanya untuk membalas perkataan Ali.
"Oke sorry, gini gue kerja jadi pemain sinetron itu karena hobi gue acting. Terus hobi elo kan juga banyak kenapa nggak cari peluang dari hobi elo jugak?"
Ali melihat Prilly sambil berbinar malah membuat Prilly memundurkan duduknya sedikit, dia takut.

"Eh kenapa?"
Kini Ali malah memegang erat lengan Prilly membuat Prilly sedikit berteriak karena terkejut.

"Apaan sih li"

"Gue baru tau" Prilly makin bingung dengan sikap Ali yang kini malah menambahkan guncangan dilengan Prilly.

"Apasih takut gue"
Kata prilly namun diiringi senyuman Ali yang mengembang. Prilly melihat wajah Ali saksama sepertinya dia sedang membayangkan sesuatu, Prilly yang tau itu hanya geleng geleng kepala.

Saat membiarkan Ali dengan pikirannya Prilly melihat dari jauh mobil yang biasa ia kendarai. Dia pun juga hafal nomor polisi nya.

"Eh sopir gue udah Dateng, duluan yaa. Baik baik loe ngelamun aja kesambet"
Kata prilly sambil memukul pelan pundak Ali dan pergi.

"Hati hati Pi"
Melihat Prilly yang sudah menaiki mobilnya dan pergi menjauh dari sekolah Ali pun langsung berdiri dan meninggalkan tempat itu.

Namun, karna dia yang terlalu asik melihat arah mobil Prilly sampai tak sadar menabrak seseorang.

"Awwwww" Teriak wanita itu dengan diiringi buku nya yang jatuh berserakan.

"Kalau mau jalan liat liat dong. Jatuh semua buku gue" Teriaknya sambil memungut buku kasar. Ali yang kaget hanya sanggup melongo tanpa membantu.
Setelah membereskan bukunya yang jatuh wanita itu melihat kearah Ali yang masih saja bengong.

"Kerasukan loe"

Ali lalu tersadar dan tersenyum kearah wanita itu.
"Sorry, gue nggak sengaja tadi. Gue juga speachels liat loe cantik bgt" Ali terang terangan memuji wanita dihadapan nya ini, wajah yang oval ditambah dengan lesung Pipit yang ada di pipinya membuat Ali terpesona dalam sekejap dengan wanita ini.

"Apasih" karna salah tingkah dipuji oleh laki laki yang baru saja disini namun sudah terkenal cukup membuat pipinya merona.

Saat wanita itu melangkah Ali pun dengan cepat menahan tangannya.

"Sorry, nama loe?"

"Aqila. Panggil aja qila"
Ali menganguk lalu melepaskan tangan wanita itu.

"Gue boleh pergi?"

"Oh silahkan" Jawab Ali sambil meminggirkan badannya sedikit.

"Tapi btw, gue juga minta maaf marah sama loe tadi, gue lagi nggak good mood hari ini"

"Its okay" jawab Ali sambil mengedipkan matanya santai.

"Oke bye"
Ali pun melambaikan tangannya.

Sembari berdoa kepada Tuhan semoga ini adalah langkah dimana dia akan move ke wanita itu dan melupakan perasaan nya pada sahabat kecilnya itu. Karna jika diteruskan dia sama saja memilih untuk tidak mengenal Prilly lagi, dia sudah terlalu nyaman dan sayang dengan wanita itu.

Seperti biasa Ali tak pernah langsung pulang dia selalu mampir ke warung dekat sekolah langganan nya untuk hanya sekedar bertemu dengan teman lama ataupun mendapat teman baru.

"Broooo" teriak seseorang yang baru saja datang dari luar melihat Ali yang diam sambil memainkan ponselnya.

"Oi"

"Sendiri aja" katanya lalu duduk didepan Ali yang kosong.

"Ngeledek"
Jawab Ali diiringi tawa mereka.

"Prilly mana?" Katanya. Dia termasuk teman dari SMP yang juga satu SMA dengan Ali pantas saja dia tahu, ali dan Prilly sudah cukup fenomenal dulu apalagi mereka pernah nge-band.

"Syuting dia"
Jawabnya singkat sambil fokus ke handphone nya.

"Oh, Prilly makin cantik ya" Aldo berkata seperti itu membuat spontan ali mendongak menatap tak suka pada Aldo. Aldo yang paham langsung terkekeh keras

"Awas loe macem macem sama Prilly"

"Posesif" kata Aldo meledek Ali.

"Elo playboy nggak cocok buat Prilly"
Katanya mulai emosi.

"Sok ngerti banget selera Prilly, bokap nya loe?"
Tawa Aldo semakin keras meledek Ali.

"Iya gue emang nggak tau persis tapi sebagai sahabat gue harus bisa jagain dia dari cowok model kayak elo gini"

"Jagain apa cemburu lu?"
Skakmat. Aldo berhasil memancing Ali kini. Laki laki tampan itu ternyata sudah bisa menebak. Sambil menyedot rokoknya Aldo terus saja menggoda Ali.

"Rese"
Sadar jika dipancing Ali meminum teh susunya yang dari tadi belum ia sentuh.

"Tapi wajar sih cewek cowok sahabatan dan udah lama pasti salah satunya nyimpen perasaan"

"Gak ada"
Kata Ali masih coba menutupi semua, ia ingin ini semua menjadi rahasia nya. Jika seseorang tau pasti cepat lambat Prilly akan tahu, dan Ali akan kehilangan Prilly dia tidak menginginkan itu.

"Hallah. Gue cowok gue juga ada sahabat cewek, dan kebetulan aja cewek nya yang punya perasaan sama gue"
Menarik. Satu yang ada dipikiran Ali, bisa dibuat pelajaran nih.

"Oh ya? Terus elo pacarin?"

"Nggak sih orang gue biasa aja, gue sayang dia ya kayak sayang sama sahabat dia aja baper. Tapi sampai sekarang masih awet sih sahabatan. Dia udah punya cowok malah tapi kok gue jadi gak suka"
Ali dan Aldo pun tertawa kenapa bisa sama? Tapi dikisah Ali hanya dia yang memiliki perasaan. Itu hanya mungkin.

"Salah gak sih gitu, jatuh cinta sama sahabat sendiri?" Canda Ali membuat Aldo terkekeh.

"Menurut gue sih nggak salah. Tapi kadang kita yang bikin hal itu jadi salah"

"Contohnya?"

"Cinta sama sahabat itu cuman satu kesalahan nya, yaitu kita nggak berani ungkapin demi jaga persahabatan kita. Itu sih" Ali mengangguk paham.
Jika dipikir memang benar, itu adalah kesalahan nya. Kita tidak mungkin berkata jika untuk merusak hubungan yang sudah dimulai dari awal.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang