Part 24

1.5K 126 6
                                    

Sebuah cafe yang tidak lumayan ramai menjadi destinasiku bersama Ali, dia dan aku memilih cafe ini karena ada beberapa makanan yang akan dikenalkan nya padaku.
Katanya dia sering makan bersama band nya disini, aku hanya menganguk saja menurut apa yang dia katakan.

"Loe berapa hari di Bandung?"
Katanya sambil menatapku dengan wajah nya yang sangat antusias, dia selalu saja seperti ini ketika bertemu denganku. Membuat aku semakin menyayangi sabahat sehidup matiku.

"Gak lama cuman semingguan mungkin kurang, syuting iklan series gitu"

"Widih, makin cemerlang aja loe" Katanya kusambut dengan tawa yang renyah.
Sedikit canggung beberapa menit karena memang sudah lama tidak bertemu namun dengan cepat aku bisa mencairkan suasana.

"Masih jomblo aja loe?"

Dia tertawa sambil mengambil beberapa cemilan yang datang "Dih, kayak loe nggak aja sih pi"
Aku hanya tersenyum tipis.

"Gak ada waktu, mungkin nanti"

"Jangan sampe loe trauma sama mantan loe itu ya, lihat aja. Bisa gue abisin dia bikin loe trauma"
Aku menggeleng ikut mengambil cemilan yang dimakan oleh Ali, aku menatapnya sekilas lalu mengamati seluruh cafe yang sangat unik ini.
Nuasa klasik membuat cafe ini menjadi nyaman, belum lagi musik syahdu yang mereka mainkan sangat pas denganku

"Sebenernya sih, gue lagi deketin cewek" Aku mematung.
Bukan, bukan untuk cemburu tapi dia baru saja cerita denganku membuat aku sedikit kaget.

"Serius?"

Dia menganguk, "Anak kelas sebelah, cakep kayaknya juga baik. Kalo sukses gue kenalin ke loe"

"Males banget kenapa baru cerita sekarang?"

"Takut elo tersindir, elo kan jomblo" Dia meledekku dengan menjulurkan lidahnya. Membuat aku spontan memukul tangan nya yang malah membuat dia tertawa lepas.
Aku hanya tersenyum, rasanya sudah lama semenjak dia menggodaku saat SMP. Membuat aku kesal setiap saat, tapi juga membuat aku rindu untuk memukul muka nya yang menyebalkan.
Aku tidak pernah meminta sahabat yang selalu melindungi ku disaat aku sedih. Aku hanya mau sahabat yang selalu setia berdiri ditempatnya bagaimana pun aku dan langkah yang kuambil kedepan nya.

———
Waktu sudah sangat cepat berlalu, hari ini aku sudah kembali ke Jakarta untuk berkuliah dan berkerja. Meninggalkan Bandung bersama sahabatku disana, mereka seperti tempat aku pulang saja. Aku tersenyum sendiri mengingat Ali berkata akan membeli mobil sebentar lagi, dan dia akan menjemputku dengan mobilnya jika berhasil. Anak itu memang selalu bekerja keras.
Beruntunglah kamu nanti calon istri seorang Ali.

Bulan berganti, Tahun pun mengikuti. Aku  mulao sibuk mengurus skripsi dan syuting sana sini. Jika sibuk seperti ini. Aku bahkan langsung memiliki kekasih, mungkin memang saatnya datang sekarang.
Dimas,
Seorang pengusaha baru berasal dari Bandung yang bertemu denganku karena salah satu teman syuting yang merupakan sepupunya. Jodoh memang selucu itu, membuat kita sadar jika dunia memang sempit. Dia sangat baik dan dewasa seperti umurnya yang berjarak 3 tahun lebih tua dariku, tapi aku suka dia bisa membimbing ku menjadi wanita yang lebih dewasa juga.
Ali juga bercerita jika dia berhasil memacari wanita incaran nya tepat 2 bulan setelah aku pulang dari Bandung. Totalnya dia berpacaran selama 3 Tahun jika benar, tapi belum barang sekalipun aku mengenal sosoknya. Hanya dari cerita milik Ali.

Aku hanya tidak menyangka persahabatan ku menjadi segini panjangnya. Aku harap sampai kelak punya anak dan anak kita akan melanjutkan persahabatan kita, pasti akan lucu sekali.

"Kamu lamunin apasih sayang"
Dimas datang sambil mengelus rambutku, aku memang ditempat syuting namun laptop untuk mengerjakan skripsi masih ada dipangkuanku. Memikirkan kata kata untuk skripsi malah membuat pikiranku kemana mana.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang