Part 18

1.7K 157 1
                                    

Setelah berbicang lama dengan Ryan , Prilly juga Erina. Aku dan dia memutuskan untuk pulang, dijalan aku mengulang semua cerita lucu disana tadi tapi sepertinya Erina tidak menyukai itu.

"Kamu sama Prilly tuh deket banget ya?" Katanya tiba tiba ketika aku tertawa mengingat beberapa cerita Prilly di acara tadi.

"Iyalah deket banget, kamu tau nggak aku dulu pernah nge band sama dia pas SMP. Aku ngajak Prilly gabung bukan karna suara dia bagus sih. Hanya biar bisa main aja sama dia, lugu banget kan? Hahahaha"
Erina hanya tersenyum menghadap depan diam seperti patung. Mungkin dia kelelahan.

"Kamu sayang banget sama Prilly?" Katanya lagi.

"Iya sayang, dia kan sahabat aku. Udah kayak saudara gitu" Kataku semangat pada Erina. Setelah itu hanya aku yang mendominasi pembicaraan, Erina terus saja diam kalau tidak tersenyum.
Sebenarnya aku kurang paham dengan perubahan sikap Erina, padahal dia tadi kelihatan sangat gembira menanggapi ceritaku dan Prilly.

Sampai di depan rumah aku langsung turun diikuti dengan Erina. Dia berpindah untuk menyetir mobilnya pulang.

"Makasih ya Er, kamu udah ajakin aku dan kenalin aku sama temen mama kamu"
Dia hanya tersenyum tipis lalu masuk kedalam mobil.

"Aku mau langsung pulang, salam ke Bunda kamu ya"
Aku menganguk lagi dan dia langsung manancap gas nya pergi. Erina tidak seperti biasanya yang bahagia dan ceria. Ini aneh sekali memang.
Aku memasuki perkarangan rumah dengan melepas sepatuku diluar.
Aku masih saja bingung dengan tindakan Erina.
Aku membuka pintu dan melihat Bunda sedang menonton TV dengan memakan mie instan.

"Assalamualaikum bun" Kataku masuk lalu menuju ke dapur untuk cuci kaki dan minum air.

"Waalaikumsalam" Jawabnya. Setelah aku menyelesaikan semua, aku duduk disebelah bunda dengan melihat acara sinetron kesayangan Bunda.

"Kamu kenapa sih? Dateng dateng bukan nya seneng malah kusut gitu" Aku tersenyum lalu mengambil mie instan dipangkuan bunda dan memakan nya.
Aku masih menimbang apakah aku harus bercerita?

"Erina kenapa?"
Tanya Bunda membuat aku langsung mendongak. Bagaimana Bunda bisa tahu aku punya masalah?

"Nggak bun" Kataku singkat lalu menyandarkan punggungku di sofa sebelah Bunda.

"Kamu tahu nggak? Kalau wanita tuh bisa tahu apapun yang dirasakan orang disekitarnya"

"Bunda sok tau banget" Kataku tertawa lalu mengganti channel TV yang tadi di tonton Bunda.

"Wanita itu peka banget Ali" Katanya lagi. "Dia punya insting bagus, termasuk sama orang yang dia sayangi. Dia lebih cenderung bisa merasakan perasaan orang disekitarnya"

"Bisa gitu bun?"

"Kelebihan seorang wanita" Kata Bunda sambil mengangkat bahunya.

"Tapi, tadi aku bahagia banget disana. Kok si Erina jutek?"

"Ya mungkin ada hal lain yang bikin dia gak mood" Kata Bunda enteng lalu menuju dapur meninggalkan aku di depan TV. Lalu apa yang buat dia sedih? Apa aku tadi salah ngomong? Atau Prilly yang salah ngomong? Terus dia ngambek sama aku?
Wanita serumit ini?

"Tadi aku ketemu Pily juga Bun" Kataku ke Bunda yang sedang cuci piring. Lalu Bunda kembali duduk disampingku.

"Nah itu, wanita bisa peka sama pasangan nya. Sayang aja, pasangan nya merasa senang karna wanita lain. Itu yang bikin sakit hati"
Aku sedikit kalang kabut mendengar perkataan Bunda.

"Enggak kok Bun, aku seneng karna bisa ngobrol seru disana. Lagian si Erina juga tadi ikutan seneng banget gitu" Kataku meyangkal, aku tidak ingin Bunda bisa meramal perasaan ku. Bunda ini sedikit julid.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang