Part 27

1.4K 129 2
                                        

Ali pov

"Ih kok diem aja" Saat ini Cinta sedang merengek untuk diperhatikan ketika dia membawa sebuah aplikasi penyatuan wajahku dan dia dalam bentuk bayi.
Ini sangat menggelikan, sejak beberapa hari yang lalu dia selalu terus terusan mengatakan soal menikah dan kehidupan setelahnya. Aku hanya belum yakin jika fia akan menjadi istriku.

Aku berjalan sempoyongan karena Cinta yang terus menempel pada tubuhku dan menunjukkan beberapa foto yang dia pegang di handphone nya sangat menyebalkan.
Di tengah perjalanan HP ku berdering membuat Cinta melepaskan gandengan nya ditanganku dan melihat pergerakan ku saat mengambil Handphone disaku celanaku. Kulihat tertera nama Prilly disana, aku langsung melirik kearah Cinta yang memasang wajah penasaran ingin melihat wajah siapa di Handphoneku.

"Kamu tunggu sini, aku angkat telfon sebentar. Habis itu kita makan malem" Perintahku menyuruh Cinta duduk, karena ini sudah sore hari aku harus mengajak dia makan malam.
Dia hanya diam saja sampai aku menjahuinya untuk berbicara dengan Prilly.

'Halo?' Kataku menerima telfon darinya, entah kenapa aku menjadi gugup tanpa alasan

'Ali aku!!'
Ya, dia tidak berubah masih saja berteriak diumurnya yang sudah mencapai 23 tahun

'Kenapa?' Jawabku enteng

'Ke Jakarta kapan? Gue mau ngomong nih sama elo'

'Nggak tau, sekarang aja kenapa sih?'
Sesekali aku melihat kearah Cinta yang masih saja duduk ditempat yang aku suruh tadi, dipikir dia memang gadis penurut yang menggemaskan

'Ih gaenak, pokoknya minggu depan loe harus ke Jakarta. Gak sempet, ya sempetin lah. Penting ini, sebentar juga kok. Jangan sok sibuk deh! Kalo mau ajak Cinta juga gak papa'
Seperti biasanya dia akan ngomel panjang kali tinggi ketika aku menolak semua perintah dan wewenangnya. Jika dipikir Prilly jauh lebih manja ketimbang Cinta, tapi bagaimana aku masih menyukai gadis yang sialan nya sahabat ku ini

'Iya bawel' Aku hanya mempunyai satu pilihan bukan? Jadi ya baiklah

'Hehe, thankyou. Sampai ketemu! Gue mau take dulu. Bye!'

Setelah itu aku berjalan kembali menuju  Cinta, dia tersenyum kearahku dengan lebar seakan tidak ada hal yang membuatnya sakit hati. Kadang aku sangat sedih melihatnya seperti ini, dan sangat merasa bersalah. Memang ini semua salahku aku bahkan tidak bisa membuat hatiku berbalik sedikitpun untuk Cinta sejak 3 Tahun yang lalu. Aneh

Dia kembali menarik tanganku, dan aku hanya menurut saja. Dia bahkan tidak meminta penjelasan untuk siapa dan apa yang aku bicarakan di telfon tadi. Maafkan aku Cinta.
Aku dan dia berada disebuah restoran favorite nya. Bukan kami. Karena aku sedikit tidak nyaman disini. Selain harganya mahal, juga tempatnya yang terlalu romantis membuatku bergidik. Kalian tau aku bukan tipikal laki laki romantis bukan?

"Tadi Prilly ya?"
Celetuknya setelah lama aku dan dia tidak membuka pembicaraan selama perjalanan dari kampus ke restoran ini. Aku hanya menganguk pelan sambil memakan makanan yang kupesan.

"Sampai mana skripsi kamu?"
Ya, aku lupa menjelaskan. Sekarang aku sedang berada di semester terakhir. Jika Prilly kemarin sudah dinyatakan lulus, aku yang notabene sangat rajin dan berkemampuan diatas Prilly malah belum selesai mengerjakan

"Sudah, tinggal ke Dosbing aja"
Jawabku masih sambil memakan makanan ku yang setengah habis. Cinta memang sudah lulus, dan menunggu Upacara wisuda. Jika Dosbingku langsung menyuruhku untuk sidang mungkin aku juga akan menyusul Cinta untuk Wisuda, jika tidak aku akan mengikuti wisuda setelah Cinta tentunya.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang