Part 1

8.1K 328 3
                                    

Berawal dari percakapan yang sangat amat tidak penting membuat keduanya ditumbuhkan rasa nyaman, Bersahabat dengan waktu yang lama tanpa tahu jika Ali sudah mulai ditumbuhkan rasa sayang pada prilly, Walaupun ali termasuk tipikal yang suka ganti pacar berkali kali tapi dia masih setia sayang pada prilly tanpa mau mengatakan demi menjaga persabahatan mereka.

"Lii bangun!!!!" Teriak wanita bertubuh mungil sambil mengetuk kasar pintu kamar milik ali. membuat orang yang memiliki kamar tenganggu.

"Li loe mau telat ospek ha?" Teriaknya masih setia membangunkan Ali.

"Loe berisik banget sih pi" Ali menggaruk kepalanya yang tak gatal karena Prilly masih saja terus meneriaki nya dari luar kamar.

"Sampai 5 menit loe nggak siap. Gue tinggal"
Ali langsung buru buru bangun dan ke kamar mandi, ia tidak mau cewek menggemaskan itu marah dan akhirnya menghabiskan uang nya. Padahal dia artis yang kaya tapi masih saja selalu minta sesuatu pada Ali.

Usia persahabatan mereka kini sudah mencapai 2 tahun. Tak dikira ternyata Ali dan prilly kembali satu sekolah. Mereka memang sepakat untuk memilih SMA yang sama namun ia tak menyangka saja jika takdirnya terpilih di SMA yang paling akhir ia cantumkan dan lebih parahnya mereka satu sekolah. Benar benar takdir yang tidak bisa dikira.

"Berangkat yuk pi"

"Bunda?" Kata prilly sambil mengode untuk berpamitan pada ibu Ali. Mereka memang sudah sangat akrab bahkan sesama keluarga.

"Bun, aku sama pily berangkat" Teriak Ali dari depan Prilly "iya hati hati kamu" Ali menambahkan lagi dengan suara menirukan ibunya seakan ibunya yang menjawab.

"Udah kan? Yuk"
Ali berjalan keluar sambil merapikan sedikit bajunya.

"Durhaka loe sama ibu loe sendiri"

"Lagian orang nya mandi. Katanya nanti telat. Musti nunggu bunda selesai mandi?" Ali sambil mengeluarkan sepeda gunung nya yang masih sama ketika digunakan saat SMP dulu. Sambil sesekali membersikan nya.

"Iya nggak sih"

"Yaudah naik" Ali pun menaiki sepedanya mengode Prilly untuk naik di belakang walaupun tidak ada boncengan Prilly masih saja selalu mau untuk berangkat sekolah dengan Ali.

"Li, gue capek kalau naik belakang gini" Kata Prilly sambil masih menaiki sepeda bagian belakang.

"Terus? Mau boncengin gue?"

"Nggak deh makasih"

"Lagian orang udah punya mobil sendiri dirumah masih aja nebeng yang pake sepeda buntut gini"

"Bawel" Prilly langsung membungkam mulut Ali

"Gimana udah belom?"

"Iya" Ali pun menggayuh maju sepedanya meninggalkan pelataran rumah yang tak terlalu besar ini.

"Lagian li, gue bosen kalau berangkat naik sopir. Nggak ada yang diajak ngobrol berasa patung"
Prilly berbicara ketika Ali masih berusaha menggayuh sepedanya menuju sekolah.

"Loe kan bisa ngomong sama sopir?"

"Nggak nyambung gue sama sopir"

"Sombong"

"Ih beneran" Prilly pun memukul pipi Ali pelan. "Kalau gini kan enak, bisa kena angin pagi sekaligus ada yang diajakin ngobrol"

"Semua kan ada kekurangan dan kelebihan"

"Tau gue mah"

Hampir 20 menit dijalan mereka berbincang bersama , bergurau pokoknya membuat waktu dijalan berasa hilang gitu aja.
Terlihat Ali memakirkan sepeda buntutnya dan Prilly yang merapikan sedikit bajunya. Ya walaupun mereka tidak dalam keadaan keren. Bagaimana mungkin keren jika banyak sekali bahan yang tak penting bergelantungan di badannya.

"Udah yuk"
Kata prilly sambil menarik tangan Ali.

"Kayaknya kita kepagian deh pi"

"Pale Lo. Noh udah pada dilapangan"
Ali hanya cengengesan saat melihat lapangan sudah banyak siswa yang berbaris dengan tampilan yang sama dengan mereka.

Mereka pun bergerak menuju ke tengah lapangan​ bergabung dengan semua siswa disana.
Setelah upacara pembukaan semua siswa diarahkan untuk melihat kelompok kelompok yang ditulis dipapan depan.
Semua murid berdesakan , berbeda dengan Prilly. Dia hanya diam sambil mengipas kipas tubuh nya dengan id card lumayan besar yang mengantung di lehernya. Dia pun sedikit menepi dari keramaian.

"Gimana Li?" Tanya Prilly saat lelaki tampan keluar dari segerombolan siswa yang melihat kelompoknya. Iya, Ali yang mencarikan nama Prilly sebenernya Prilly ingin melihat sendiri namun Ali melarang dengan alasan Prilly berbadan kecil bisa saja dia mati terinjak disana.

"Pisah kelompok kita. Elo 7 gue 10"

"Yahhh" sesal Prilly karna tidak satu kelompok dengan sahabat sejak SMP nya ini.

"Yaudah nggak papa. Bukan kelas juga ini" Ali langsung merengut kepala Prilly untuk dielus. Ini kebiasaan Ali yang selalu dilakukan pada Prilly tapi ya Prilly hanya diam saja. Prilly menganggap kalau ini adalah tanda dia sayang pada Prilly.

Mereka berjalan kembali ke barisan untuk pulang. Karna agenda hanya ini dan dilanjutkan besok pagi. Prilly yang berjalan dibelakang Ali sambil membenarkan kunciran rambut nya sampai tidak melihat arah depan sama sekali.

"Awwww" teriak Prilly seiring dengan tubuh nya yang ambruk karena ditabrak oleh seseorang.

"Eh maaf dek. Sini aku bantuin"
Ali yang mendengar lengkuhab Prilly kesakitan langsung melihat kearah belakang.
Terlihat Prilly yang terduduk di tanah dan tangan kakak kelasnya yang berusaha menolong Prilly. Panas. Itu yang dirasakan Ali, tapi bagaimana dia harus menyembunyikan perasaan ini agar dia masih tetap bersama Prilly.

"Makasih kak"
Kata prilly sambil membersihkan bajunya yang kotor.

"Maaf dek"

"Oh aku yang salah kok kak nggak lihat depan. Santai aja"

"Oke. Aku duluan"

"Iya kak"
Setelah kakak kelasnya itu berlalu, Ali langsung datang menuju kearah Prilly.

"Kenapa pi?"

"Sakit li. Abis nyusruk gue"

"Makanya jalan jangan nunduk. Kayak cari gopekan ilang aja"

"Bawel ya loe. Cowok juga. Tolongin kek"

"Apa?"
Prilly hanya tersenyum penuh arti. Jika begini perasaan Ali mulai memburuk, diakalin apalagi ini sama si curut imut.

"Bawak in tas gue yaa. Pegel. Yayayayaya"
Kata prilly sambil mengedip ngedipkan matanya mencoba merayu Ali.

"Kan kan. Kecium tau gak"

"Ihh tolongin!!!!"
Teriak Prilly dengan nada manjanya. Membuat Ali tidak tega untuk menolak nya.

"Iya iya sini mana"

"Ihh sahabat aku ganteng banget"

"Belek kering"
Lalu ali berjalan meninggalkan Prilly yang tersenyum puas berhasil membuat sahabatnya itu kesal. Jujur Ali paling kesal jika sudah seperti ini tapi entah kenapa ali juga tidak pernah menolak untuk menolong Prilly.

Namanya juga sayang.
------------------------------------------------
Have fun!

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang