Part 20

1.9K 157 1
                                    

Prilly benar benar pulang bersamaku, dia sekarang sudah duduk di jok belakang motor vespaku.
Walaupun naik vespa berdua aku tetap diam tidak berbicara sepatah katapun dengan nya, dia pun sama sepertiku diam saja, bahkan sesekali dia bersandar di pundakku aku diam saja. Karna hal itu memang sudah biasa dia lakukan.

"Loe pake rok gitu kenapa pulang minta sama gue sih?"
Kataku akhirnya karena tidak kuat melihat kecanggungan ini.

"Gue kan nggak mau loe marah, gue bakal nemenin loe sampek elo baik baik aja" Jawabnya

"Gue nggak marah sama loe kok"

"Tapi sama nyokap cowok gue, ya sama ajalah"
Sahutnya cepat membuat aku diam saja karna kalah telak.
Menyusuri jalan malam dengan wanita memakai rok menggunakan motor memang menyusahkan, sesekali aku harus mengontrol kecepatan karna kalau tidak rok Prilly akan terbuka lebar.

"Besok loe sibuk nggak?"
Kulihat dari spion dia nampak berfikir untuk menjawab pertanyaanku.

"Nggak kenapa? Tapi paginya gue syuting sebentar aja kok"

"Besok gue jemput ke lokasi loe boleh?" Tanyaku membuat dia sedikit mendekat kearahku. Mungkin dia tidak ingin berbicara keras

"Ngapain? Mau kemana?" Tanyanya.

"Mau ajakin loe jalan, itupun kalo loe mau" Sahutku sambil memegangi roknya yang akan terbuka karna terkena angin.

"Boleh, gue besok juga gak ada janji. Jemput gue jam 12 siang aja pas makan siang, sekalian"

"Oke"
Akupun mengantar Prilly pulang masih dengan ribet menutupi rok Prilly, Prilly yang melihat itu tersenyum dan sesekali menepuk pipiku gemas.
Prilly memang selalu senang jika diperhatikan walaupun dalam hal kecil, aku sudah bilang dari awal bukan? Membuat Prilly bahagia itu sangat sederhana.

**
Hari minggu ini kugunakam untuk menunggu siang hari saja. Menunggu sambil menonton DVD sepertinya nyaman, setelah menyiapkan beberapa cemilan , bunda yang dari depan sehabis menjemur pakaian masuk kedalam sambil berteriak.

"Ali, Erina nyariin kamu tuh" Lalu Bunda masuk ke dalam kamar untuk merapikan baju yang sudah kering. Tak lama Erina masuk dengn wajah yang ceria, dan ikut duduk disebelahku

"Hai" Sapanya.

"Kamu ngapain?" Aku masih terkejut, dia memang penuh kejutan.

"Dadakan ya? Nggak papa. Ini mau sekalian kasih oleh oleh buat kamu dari Mama" Katanya memberikan beberapa bingkisan, isinya dari mulai makanan hingga pakaian. Ini banyak sekali untuk disebut oleh oleh.

"Ini banyak banget er. Makasih ya" Aku melihat beberapa bingkisan

"Nggak papa. Ali main yuk, mumpung kamu nggk belajar"
Ajaknya membuat aku sukan untuk menolak, jika aku pergi dua kali Bunda akan marah. Tapi jika aku memilih pergi dengan Erina janji pentingku bisa batal.

"Mau kan?" Ajaknya lagi membuat aku terkejut

"Sebenernya mau, tapi aku sudah punya janji siang nanti"
Aku berkata hati hati, karna Erina termasuk anak yang sangat sensitif aku takut salah bicara.

"Sekarang?"

"Nggak nanti siang"

"Yaudah, kamu bisa langsung kesana setelah pergi sama aku" Dia seperti memberi solusi namun inilah titik masalahnya.

"Nah, Bunda kan larang aku sering main Er. Kalau kamu ajak terus aku keluar lagi Bunda bisa marah dan nggak bolehin aku pergi sama kamu lagi"
Senyum yang tadi menghiasi wajahnya kini menghilang entah kemana, aku sedikit menyesal tapi aku kepalang janji kemarin malam.

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang