Part 25

1.7K 125 6
                                    

Hari ini hari yang tepat untuk double date itu. Karena hari ini merupakan hari dimana terakhir ku menyangdang sebagai mahasiswa, esok paginya aku sudah akan di wisuda menjadi sarjana. Senangnya, rasanya semua yang aku lakukan saat menyelesaikan skripsi tidak sia sia. Berbeda dengan Ali yang sudah lulus jarak 5 bulan sebelum aku lulus. Dia memang lulus lebih dulu karena kuliah terlebih dahulu, berbeda denganku yang masuk setelah dia masuk kuliah.
Tetapi jika dihitung dia dan diriku termasuk cepat aku lulus karena aku lulus tidak genap 4 tahun tapi Ali genap 4 tahun lebih.
Aku sangat bangga dengan diriku sendiri saat ini. Waktu memang rasanya cepat sekali berlalu belum lama aku melihat Ali membawa mobil baru kerumah namun tiba tiba kami sudah lulus saja. Ali masih menetap di Bandung karena semua pekerjaan nya dan tentu kekasihnya ada disana. Jadi dia kadang mondar mandir Jakarta Bandung jika dia ingin bertemu aku.

Sebuah cafe klasik, tempat dimana saat SMA Ali menghasilkan uang disini adalah yang kami pilih. Itung itung nostalgia masa SMA, dan supaya si artis baru sombong itu tidak menjadi puas diri.
Bicara tentang pekerjaan nya Ali memang menjadi artis bukan pesinetron melainkan pemain Bas, dia menjadi salah satu pengering disebuah acara talkshow live. Dia menjadi pusat perhatian karena memiliki ketampanan paling menonjol dari band nya. Yah visualnya selalu saja dimanfaatkan.
Ali lebih tampam saat ini dibandingkan saat SMP dan SMA dulu, jika melihat dulu mugkin fans nya akan kabur terbirit tidak jadi menyukainya, namun saat ini dengan stylish yang uptodate tak lupa visualnya yang pada dasarnya good looking dipoles dengan rambut proposional membuat dia semakin tampan.
Tetapi dia tidak bisa mengalahkan ketampanan Dimas. Tetap saja.

"Dimana dia?" Tanya Dimas kepadaku saat baru saja turun dari mobilnya, dengan sigap dia menggandeng tanganku lembut padahal aku sedang tidak memakai gaun ribet,
Dia seromantis itu memang.

"Paling didalem, katanya sih udah dateng" Dia menganguk masih sambil memegang tanganku hati hati.
Kami masuki cafe yang sudah banyak berubah dari saat aku SMA, bahkan interior nya sudah berubah desain. Aku memandangi beberapa tempat untuk memastikan apakah ada yang sama seperti saat aku SMA.

"Piyi!!!" Seseorang memanggil namaku dengan gaya khasnya, siapa lagi jika bukan Ali. Dia satu satunya laki laki yang memanggilku dengan nama menjijikkan itu,
Tapi itu kesukaan dia jadi biarkan.
Aku membalas lambaian tangannya lalu menarik Dimas untuk menuju tempat Ali, dia sudah bersama seorang perempuan yang aku yakin adalah Cinta.

"Apa kabar" Tanyaku sambil memeluk tubuh kekar milik Ali singkat, dia membalas sambil berkata jika dia baik baik saja.
Lalu pandanganku menuju gadis lugu yang jika dilihat dia keturunan china karena matanya yang sipit. Tak lupa kulit putihnya, dia tersenyum ramah kearahku hingga matanya menghilang aku yakin dia keturunan china.

"Halo, ini namanya Cinta. Gue sering denger dari Ali tapi baru ketemu sekarang. Aku prilly"
Sambutku sambil cepika cepiki gaya sapaan anak perempuan seperti biasanya

"aku juga, baru sempet ke Jakarta. Lain kali main Bandung katanya cowok kamu orang Bandung"

"Eh iya, ini dia namanya Dimas" Aku mengenalkan Dimas membuat mereka saling menjabat tangan
Aku duduk didekat Ali, kebetulan meja kami berbentuk bundar jadi Aku , Ali , Dimas lalu Cinta dekat dengan Ali.
Aku mencolek tubuh Ali untuk melihat kearahku

"Inget gak, disini tempat yang bisa bikin elo beli motor sama nraktir gue makan"
Kataku sambil melihat anak band yang kebetulan tampil didepan untuk menghibur pengunjung.

"Iya gila, udah lama banget. Sampe sekarang gue udah bisa cari uang lebih gede. Gue tanya beberapa crew tapi kayaknya udah pada resign gitu"

"Yaelah, kita kan waktu itu SMA"

"Yang nonton gue sama mantan loe kan? Sapa tuh namanya, yang punya cafe ini kan kalo gasalah"

"Bukan Ali, apaan sih loe!" Aku mencubit perut Ali membuat kami tertawa membuat Dimas dan Cinta ikut tertawa,
Mungkin mereka mengira jika hubunganku dengan Ali sangat dekat. Namun keadaan berubah canggung ketika aku dan Ali berhenti tertawa, sepertinya mereka tidak berfikir baik tentang hubunganku?

Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang