Melihat warna biru di langit dari hamparan karpet hijau alami, menyelami udara kesejukan dan bau alam membuat hati Naruto tenang. Mata birunya tak lelah mengenal waktu begitu melihat langit biru, warna yang juga dimiliki sang ayah. Saat memandangnya membuat Naruto merasa sang ayah juga tengah melihatnya. Tak pelak semburat warna kemerahan yang muncul di sore hari juga sangat Naruto sukai, sama halnya dengan langit biru. Ia merasa dengan memandang langit, kedua orang tuanya juga tengah memandang bersama senyuman di bibir.
Gumpalam putih bagaikan permen kapas hilir mudik di atas langit, memberikan nilai plus bagi langit itu sendiri. Burung-burung terbang bermain di atas awan, bergembira sembari bersiul dengan merdu.
Bibir merah Naruto melengkung, membentuk senyum manis nan sederhana. Tangan kanannya terjulur ke atas seolah ingin menggapai langit, merasakan bagaimana terbang bebas layaknya hewan disana.
Angin berhembus, membawa banyak kelopak bunga beterbangan di taman tempat Naruto berada. Mata si gadis terpejam lembut kala hembusan itu membelai wajah, merasakan dingin saat kelopak-kelopak bunga berjatuhan di permukaan kulitnya.
Tirai lentik itu bergetar lembut, menandakan terbukanya kelopak mata si gadis pirang. Bangkit dari posisinya, Naruto menghirup dalam-dalam aroma bunga di sekitar. Merentangkan tangan dengan bebas, Naruto tersenyum merasakan hembusan angin itu kembali.
Menerbangkan beberapa helai rambut dan rok bagian bawah dress putihnya, ia merasa melayang sejenak. Hembusan angin mereda, Naruto mulai menurunkan tangan dan berjalan mengelilingi taman keluarga Malfoy itu.
Melangkahkan kaki menuju bunga favorit-nya, bunga Matahari. Bunga-bunga itu bermekaran di taman, menyilaukan mata karena warna kuning hangatnya. Naruto mengulurkan tangan menyentuh ringan kelopak bunga, merasakan di ujung jarinya kelembutan yang bagaikan sutera halus. Naruto membungkukkan badan hingga wajahnya dekat dengan bunga, mencium samar wangi di sana. Jemari lentik itu mengibaskan aroma, berniat lebih mencium wangi dengan jelas. Mata ia pejamkan agar bisa meresapi wewangian bunga, namun sesuatu menggelitik hidung mungilnya.
Bukan harum yang ia cium, melainkan sesuatu dengan tekstur halus yang agak menggelitik. Kening si gadis keturunan Malfoy itu mengkerut, membuka matanya dan dikejutkan dengan bagian tengah bunga matahari di depan wajahnya. Mata si gadis melebar sedikit, reflek menundurkan wajahnya dari bunga. Naruto otomatis bersin beberapa kali, entah mengapa membuat suara imut.
Mutiara biru itu melihat baik-baik ukuran bunga, seingatnya ukuran bunga lebih kecil dari sekarang. Ia bahkan tidak mengucapkan mantera atau mengayunkan tongkat sihir, tapi mengapa tumbuhan bunga itu memanjang?
Jari telunjuk menempel di dagu, bertanya-tanya apa yang terjadi.
"Kau kenapa, gaki? Hoammm, " tanya Kurama dalam mindscape-nya. Rubah itu baru saja terbangun membuatnya sejenak mengulet, menemukan bahwa Jhincuriiki-nya sedang memandang bunga yang diketahui favorite Naruto.
"Kuu, apa kau tahu? Bunga itu baru saja tumbuh lebih besar, " ujar Naruto yang kini berpindah ke alam bawah sadarnya.
Ia terduduk di atas air, menyilangkan kaki dengan raut wajah yang heran.
Alis Kurama menaik, "Tumbuh? "
"Iya, baru saja aku ingin mencium bunga Matahari jadi aku memejamkan mata. Tapi saat aku membuka kembali mataku, bunga itu tiba-tiba ada di depan wajahku, " jelas gadis yang sangat disayangi Draco itu.
"Apa kau menyihirnya? " Kurama membaringkan kembali tubuhnya seraya berucap malas.
Bibir si pirang mengerucut kecil, "Ish kalau aku yang menyihirnya bagaimana mungkin aku berpikir keras. "
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Girl
FanfictionDisclaimer: Harry potter milik J.k.Rowling dan Naruto milik Masashi Kisimoto. Saya cuman pinjam Naruto benar-benar tak mengerti banyak hal. Bagaimana dia lahir, siapa sebenarnya dia, mengapa dia dibawa oleh orang yang sudah dianggap ayahnya ke kelu...